"Mungkin gak sekarang, tapi percayalah nanti pasti ada yang lebih baik."
Ahmad Faris Zidane
.
.
."Kemaren kayaknya ada yang nangis-nangis karena ndak mau ditinggal ya, Jeng. Eh sekarang bawaannya galak mulu deh sama istri sendiri," sindir Umi Fatimah yang dibalas kekehan kecil oleh besannya, Umi Alma.
"Yang nangis siapa Mi?" tanya Kaila ingin tahu.
"Aaaaaa.... Dek buka mulutnya!" titah Gus Fathan seraya menyodorkan buah apel di depan mulut Kaila.
Kaila yang mendapat perlakuan mendadak itu, menatap kesal sang suami. Ganggu suasana saja batinnya mengkesal. Meskipun begitu mulutnya tetap menerima suapan Gus Fathan.
"Apa? Kenapa natap Mas kayak gitu hmm?" Lagi-lagi jiwa menyebalkan Gus Fathan muncul ke permukaan.
Tanpa merespon pertanyaan suaminya, Kaila justru mengalihkan pandangannya pada salah satu kakak kembarnya, Gus Faris.
"Mas Faris!" seru Kaila berusaha meminta atensi sang kakak yang tengah sibuk bermain catur bersama Gus Abbad.
"Kenapa Dek?" tanya Gus Faris setelah menyelesaikan permainannya.
"Inpo penukaran suami dong, Mas!" cerocos Kaila tanpa pikir panjang.
Gus Fathan yang masih setia duduk di kursi samping ranjang Kaila, menatap istrinya itu tak terima. Anggota keluarga lain yang ada di sana kompak menyemburkan tawa saking puasnya melihat ekspresi Fathan.
"Kamu ini kenapa to, Dek? Mas kurang apa? Ganteng? Perasaan suamimu ini udah ganteng deh. Kaya? Alhamdulillah, cukup lah ya. Pinter? Masyaa Allah, sudah pasti!"
"Hueekk... Kepeden poooll bojomu, Nduk!" seru Gus Faris kencang. (Pede sekali suamimu, Nduk!)
Kaila menatap suaminya dengan tatapan yang sedikit aneh. Tangannya bergerak memeriksa dahi dan leher Gus Fathan secara bergantian, ya kan siapa tau sedikit panas atau bagaimana.
"Mas Fathan tak tinggal merem beberapa hari ini gak kehabisan obat kan ya?" tanya Kaila teramat polos dan enteng.
"Pffttt...." Gus Farhan menatap adiknya, Gus Faris dengan tatapan tajam khas miliknya. Tangan kekar milik lelaki 23 tahun itu juga bergerak cepat membekam mulut lemes adiknya.
"Udah diem dan jangan bikin ulah bisa?!" tegas Gus Farhan yang membuat Gus Faris langsung menciut, meskipun di belakangnya tetap menye-menye tak jelas.
"Emang dasarnya kulkas ya mau diapa-apain tetep aja kulkas," sindir Gus Faris sangat lirih.
"Eh udah malam banget nih, kita pamit pulang dulu ya...," seru Umi Fatimah mengalihkan fokus orang-orang yang berada di sana.
Jam memang sudah menunjukkan pukul 9 malam saat ini. Kaila juga sudah sadar sejak 5 atau 6 jam yang lalu.
"Eh eh iyaa... Ayo kita pulang! Kaila juga masih dalam masa pemulihan, jadi biar dia istirahat dulu," timpal Umi Alma dan beliau juga segera mengemasi barang-barangnya yang berceceran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Kaila
Spiritual‼️CERITA LENGKAP‼️ [AL FATIH SERIES 1] Kisah ini tentang Kaila seorang gadis 19 tahun yang diam-diam mengagumi seorang Gus di pondoknya, tapi apa mau dikata jika sosok dia bukanlah jodohnya melainkan jodoh sahabatnya. Lalu tak berselang lama ia men...