•|| JUK-7

39.4K 3.2K 31
                                    

✨ بسم اللّه الرّحمن الرّحيم ✨

*Cinta terbaik adalah di saat kau mencintai seseorang yang membuat akhlakmu semakin baik, jiwamu semakin damai dan hatimu semakin bijak.*

Habib Umar bin Hafidz

Habib Umar bin Hafidz

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eungh... " Suara lenguhan terdengar di sebuah kamar yang didalamnya terdapat seorang gadis cantik sedang tertidur. Tapi apalah daya si gadis merasa terganggu karna adanya ciuman bertubi-tubi pada pipinya.

"Ish...." kesalnya dengan menepis tangan seseorang yang memencet hidung bangirnya.

"Heh! Bangun udah jam berapa nih? Sholat subuh dulu sana," seru seseorang keras. Hingga membuat gadis itu yang tak lain adalah Kaila, terbangun dari tidur cantiknya. Diucek-uceknya terlebih dahulu mata ngantuknya dan bangkit terduduk di atas kasur.

Dengan mata yang masih berusaha mengerjap-ngerjap dan tangan yang Kaila rentangkan, ia bersuara, "jam berapa sekarang?"

"Jam 5 kurang," jawab seseorang yang berada dihadapan Kaila, yang tak lain adalah Wildan.

Kaila membelalakkan matanya, "Hah?!"

Karena merasa gemas dengan tingkah ponakannya itu, Wildan segera menarik tangan Kaila supaya lekas bangkit dari kasur. "Udah sana cepet ke kamar mandi terus sholat," suruhnya sembari mendorong pelan tubuh Kaila ke arah kamar mandi yang ada didalam kamar.

Tak berapa lama Kaila sudah selesai dengan urusannya di kamar mandi. Saat sudah berada diluar ternyata Wildan telah menggelarkan sajadah untuknya dan ada sebuah mukena terusan di atasnya. Kaila tersenyum tipis melihatnya, Wildan memang paman terbaik menurutnya ya meskipun mereka sering beradu mulut tapi dibalik itu semua Kaila tau jika Wildan sangat menyayanginya seperti kedua abangnya.

Kaila segera berjalan ke arah sajadah dan mulai menunaikan sholat qobliyah subuh dan setelahnya baru menunaikan sholat subuh. Karena sholat qobliyah subuh sendiri termasuk sholat sunnah yang dianjurkan, sebab pahalanya melebihi dunia dan seisinya jadi sangat disayangkan apabila tidak dikerjakan. Seusai membaca wirid dan do'a, Kaila lekas melepas mukena yang ia yakini adalah kepunyaan Umi Fatimah.

Tak ingin berlama-lama di dalam kamar, Kaila segera berjalan keluar. Sesampainya di dapur ternyata sudah ada Umi Fatimah yang tengah memasak untuk sarapan pagi.

"Assalamu'alaikum, Umi," salam Kaila dan berjalan mendekati Umi Fatimah yang tengah menggoreng tempe.

Umi Fatimah menoleh sejenak ke arah Kaila, "Wa'alaikumussalam, loh Nduk Kaila udah bangun to? Umi kira kamu masih tidur karna kecapekan kemaren."

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang