‼️CERITA LENGKAP‼️
[AL FATIH SERIES 1]
Kisah ini tentang Kaila seorang gadis 19 tahun yang diam-diam mengagumi seorang Gus di pondoknya, tapi apa mau dikata jika sosok dia bukanlah jodohnya melainkan jodoh sahabatnya.
Lalu tak berselang lama ia men...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Zahra menatap heran mobil yang berada di halaman ndalem. "Kok mobilnya kayak punya Abah ya?" monolognya. Tak ingin membuat Umi Fatimah menunggu lama, Zahra pun segera berjalan menuju ndalem.
"Assalamu'alaikum," salamnya saat sudah berada didepan pintu masuk ndalem.
"Wa'alaikumussalam," balas semua orang yang ada di sana dan ternyata semua keluarga ndalem tengah berkumpul.
Umi Fatimah yang memang berada di dekat pintu pun menghampiri Zahra. Zahra dituntun masuk oleh Umi Fatimah, saat sudah berada didalam sana Zahra dibuat terkejut akan kehadiran kedua orangtuanya. Zahra mengedarkan pandangannya dan memang hanya ada keluarganya dan keluarga ndalem. Ada apa ini? batin Zahra sungguh kebingungan.
Zahra berjalan menghampiri kedua orangtuanya dan menyalami tangan keduanya. "Abah sama Umi kok tumben banget nyambang Zahra gak ada ngasih kabar?" tanya Zahra to the point.
Kyai Munif mengusap lembut kepala anaknya yang tertutup oleh khimar syar'i. Sebaliknya Umi Zainab justru terkekeh geli mendengar pertanyaan putri keduanya itu. "Emangnya kita mau nyambang kamu?" tanya beliau dengan senyuman jail khasnya.
"EHEM!" Dehaman Kyai Fajar yang seperti meminta perhatian terdengar. Semua yang ada di ruangan itu mengalihkan fokusnya pada Kyai Fajar.
"Nduk Zahra, jadi maksud kedatangan kedua orang tua kamu ke sini karena kami ingin menjodohkan kamu dengan salah satu putra kami yaitu Abbad," jelas Kyai Fajar. Abbad dan Zahra sama-sama melotot karena terkejut.
"Apa-apaan ini! Kenapa bukan Kaila yang dijodohkan dengannya? Kenapa justru Zahra, teman dari Kaila? Bukan ini yang Abbad harapkan!" batin Abbad terus berteriak seolah ingin menunjukkan eksistensinya.
Abbad yang saat ini memang kebetulan duduk di samping Kyai Fajar pun menatap sang ayah tidak terima. "Abah bercanda kan?" tanyanya lirih dengan nada memelas. Kyai Fajar menggelengkan kepalanya. Abbad yang mendapat respon seperti itu merasa diterjunkan dari atas jurang saja. Sungguh bukan ini yang dia maksud, bukan ini yang dia inginkan.
Abbad yang duduk di antara Umi Fatimah dan Kyai Fajar, beralih menatap ibunya berniat meminta pertolongan. Umi Fatimah yang paham maksud anaknya hanya bisa memberikan ketenangan lewat usapan lembut pada bahu lebar sang putra bungsu. Abbad menggeleng ke arah sang ibu yang dibalas senyuman lembut Umi Fatimah serta anggukan.
"Nduk Zahra bagaimana? Kamu setuju dengan perjodohan ini kan?" tanya Umi Fatimah yang sedari tadi memilih diam.
Zahra yang ditanya seperti itu merasa sangat bimbang. Situasi ini sangat mendadak baginya. Jika boleh jujur bahkan Zahra sendiri belum terpikirkan untuk mengakhiri masa lajangnya dalam waktu dekat. Tapi jika seperti ini jadinya, ia harus bagaimana?