•|| JUK-30

38.7K 3K 124
                                    

"Kamu adalah anugerah terindah yang dititipkan Allah padaku, dek."

AHMAD FATHAN ZHAFRAN

.
.
.

Mendengar hal itu Gus Fathan dengan gesit segera berlari ke arah Umi Fatimah dan memeluk wanita paruh baya itu dengan begitu erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar hal itu Gus Fathan dengan gesit segera berlari ke arah Umi Fatimah dan memeluk wanita paruh baya itu dengan begitu erat.

"Hiks... hiks... hiks... Umi... Masyaa Allah, alhamdulilah Fathan sebentar lagi mau jadi abi, umiii..." adu lelaki 22 tahun itu pada sang ibu.

Umi Fatimah juga tidak bisa menahan air mata harunya, tangan keriputnya mengelus pelan rambut hitam kecoklatan milik sang anak. Ini adalah sebuah nikmat yang dianugerahkan Allah kepada mereka, cucu pertama keluarga Al Fatih dan Al Bisri, Masyaa Allah.

Semua yang ada di sana bahkan dibuat tak percaya dengan ini semua. Perasaan bahagia hadir begitu saja dalam hati mereka semua, karena akan hadirnya sosok personil baru dalam kedua keluarga besar itu.

Kyai Fajar pun tanpa malu-malu juga ikut meneteskan air mata bahagia. Begitu pula Wildan yang saat itu dengan cepat langsung mengabari keluarga kakaknya di Surabaya.

"Gak nyangka di usia muda kinyis-kinyis gini udah mau dipanggil kakek aja," lemas Wildan yang bisa didengar oleh Abbad. Keduanya duduk bersisihan jadi wajar jika Abbad bisa mendengarnya.

Puk... Puk... Puk...

Gus Abbad menepuk-nepuk pelan pundak Gus Wildan, tapi pelannya laki-laki itu beda ya.

"Yang sabar ya, Kek." kata Gus Abbad berusaha menghibur lelaki berusia 25 tahun itu dengan selingi senyum mengejek.

Gus Wildan langsung menatap tak suka Abbad. "Anda mau menghibur saya atau mau menyindir saya?" sinisnya.

"Kalo bisa dua-duanya, kenapa harus milih satu?" ejek Abbad dengan nada songong khasnya.

Bugh!

"Rasain tuh bantal!" ejek Gus Wildan balik setelah puas karena sudah melempar bantal sofa yang ada di sana pada Gus Abbad.

Pada akhirnya juga mereka saling lempar-lemparan bantal seperti anak kecil. Wildan yang tak terima karena dipanggil kakek dan Abbad yang tak terima karena menerima timpukan bantal dari lelaki 25 tahun itu.

"Heh kalian ini apa-apaan sih?! Udah pada gede masih aja main perang bantal kayak anak kecil, yo mbok ingat umur gitu loh!" interupsi Kyai Fajar tak habis pikir dengan kelakuan 2 lelaki dewasa itu.

Mereka semua yang ada di sana dibuat tertawa oleh aksi perang abal-abal kedua Gus tampan berbeda umur itu. Umi Fatimah saja juga ikut terkekeh meskipun masih ada sisa-sisa air matanya tadi.

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang