•|| JUK-63

14.6K 1.6K 192
                                    

"Gak ada yang namanya kebetulan, kalau namamu yang kusebutkan saat ijab qobul berarti ya memang kamu yang ditakdirkan untukku."

Muhammad Abbad Fazal

.
.
.

"Hah?! Sek sek Mbak, kita masih pertama kali ketemu kok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hah?! Sek sek Mbak, kita masih pertama kali ketemu kok. Aku juga udah lama boyong dari Al Ikhlas dan 3 bulan ini aku lagi ada kepentingan di Madiun," jelas Nina yang tentu saja membuat Rara tertegun.

"Wallahi Mbak, aku masih inget banget kok kalau itu Mbak yang ngasih," kata Rara mencoba membela diri.

"Emm... Atau Mbaknya punya saudara kembar ya?" Suasana tiba-tiba hening saat Rara mengutarakan pemikirannya dan hal itu tentu saja membuat Rara otomatis mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk berusaha mendapatkan jawaban.

"Mbak, saya ini anak tunggal jadi bagaimana mungkin saya punya saudara kembar? Kayaknya sampean salah liat deh. Udah ah, yuk makan-makannya dilanjut lagi!" balas Nina yang semakin membuat Rara tak percaya.

Anak tunggal? Lalu yang waktu itu siapa? Kenapa mereka sangat mirip? Pertanyaan itu rasanya terus berputar-putar di sekeliling Rara.

Puk!

"Dek? Duduk! Ngapain dari tadi berdiri terus?" interupsi Kaila yang sedari tadi melihat adik sepupunya masih dalam keadaan berdiri dan seolah seperti orang linglung.

"Hah? Oh... I-iya Mbak," sahut Rara sedikit terbata dan kembali duduk di tempatnya semula. Bukannya apa-apa, pasalnya sudah lebih dari 10 menitan Rara masih saja berdiri tanpa pergerakan. Sedangkan yang lain sudah duduk di tempat masing-masing bahkan sudah sibuk dengan makanan yang dihidangkan oleh pelayan.

"Kamu mikirin apa sih, Dek? Kok Mbak rasa, ini kayak mengganggu konsentrasi kamu deh," tanya Kaila begitu lembut dan sesekali mengelus lembut punggung tangan adiknya.

Sejenak Rara terlihat menghela napas kecil dan menoleh ke arah kakak sepupunya, "Mbak... Rara sebelumnya pernah liat dan ketemu sama Mbak Nina. Beliau yang waktu itu ngasih paket teror yang pernah jadi huru-hara waktu itu loh, inget gak?"

Mendengar itu tentu saja Kaila sontak terdiam sejenak, "Kamu serius, Dek? Soalnya beberapa bulan ini Nina gak ada di Blitar. Dia ada kerjaan penting di Madiun dan ini kita kumpul tuh sebenernya buat nyambut kedatangannya Nina dari Madiun loh." Rara menatap Kaila tak percaya saat telinganya menangkap penjelasan itu.

"M-mbak se-serius?" beo Rara dengan terbata-bata. Kaila yang memang berkata jujur tentu saja membalasnya dengan anggukan mantap.

"La terus waktu itu yang tak liat siapa dong? Masa setan??" adu Rara lemas seraya menyenderkan punggung pada sandaran kursi.

×××

Sorak-sorai para santri dan santriwati memenuhi halaman pondok pesantren Al Ikhlas. Saat ini di bawah tenda besar yang telah dihias sedemikian rupa indahnya telah berjejer 6 pasangan santri dan santriwati yang baru saja dinikahkan oleh Kyai Fajar.

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang