•|| JUK-10

41.4K 2.9K 52
                                    

"Jika mengagumimu akan terasa sesakit ini, mungkin dari dulu akan kuhilangkan rasa ini."

Azkaila Mahida

"Mbak ada gula sama kopi gak ya?" tanya seseorang dari balik tubuh Kaila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak ada gula sama kopi gak ya?" tanya seseorang dari balik tubuh Kaila. Kaila berbalik dan ternyata dari jarak 2 meter berdiri sosok tampan Gus Reval di sana. Iya saat ini adalah jadwal Kaila untuk piket ndalem dan dia kebagian dapur.

"Sebentar Gus, saya cek dulu," kata Kaila lalu segera mengelap tangan basahnya, karena baru saja selesai mencuci piring. Kaila berjalan ke arah rak tempat toples-toples kecil wadah gula, kopi,garam dan bahan lainnya.

Gus Reval bersender pada dinding dapur dengan tangan yang bersedekap dada sembari menunggu Kaila mencari apa yang ia butuhkan. Kaila berbalik menghadap ke arahnya, "Gula sama kopinya masih ada Gus."

Reval mengangguk, "Saya minta tolong dibuatkan 5 gelas kopi ya mbak, terus nanti sampean anter ke ruang tamu nggeh." Kaila tersenyum dan mengangguk, "Enggeh Gus."

"Ya udah, kalo gitu saya tinggal dulu ya mbak," pamit Gus Reval dan berlalu dari dapur ndalem. Hanya Kaila yang tersisa di sana. Kaila segera menjalankan tugasnya untuk membuatkan kopi, tak lupa juga Kaila menambahkan beberapa camilan kecil ya kan siapa tau untuk makanan pelengkap minum kopi. Dirasa semua sudah siap, Kaila segera mengantarkan pesanan Gusnya tadi ke ruang tamu. Ternyata di sana tengah berkumpul ketiga Gusnya, pamannya Wildan dan satu lagi seingat Kaila namanya Gus Zain putra dari Umi Sarah.

Melihat keponakannya datang, Wildan segera bangkit dari duduknya dan mengambil alih barang bawaan Kaila.

"Makasih cantik, udah sana balik lagi," kata Wildan lirih setelah memindahkan nampan berisi kopi dan makanan kecil dari tangan Kaila ke tangannya. Kaila mengangguk dan berlalu dari sana.

Sepeninggal Kaila, Wildan berbalik dan meletakkan nampan itu diatas meja. Diam-diam ternyata sedari tadi ada yang memperhatikan interaksi antara Wildan dan Kaila.

"Gus Wildan cukup dekat ya dengan Ning Kaila?" tanya Zain yang terkesan menyindir. Semua Gus yang ada di sana bungkam. Wildan menaikkan sebelah alisnya, "Hmm? Ada yang salah?"

Zain terkekeh, "Bukankah di agama kita diajarkan untuk menjaga jarak dengan lawan jenis yang bukan mahramnya, Gus?"

Abbad yang tengah memakan kue kering yang dibawakan Kaila tadi tengah berusaha keras untuk tidak menyemprotkan tawanya. Begitu pula Reval yang justru sudah terkekeh geli. Fathan? Jangan ditanya, dia akan selalu menjaga image dinginnya.

Merasa aneh, Zain memandang ke arah Abbad dan Reval. "Apa ada yang salah?" tanyanya. Mereka yang ditanya menggeleng secara bersamaan.

Wildan menyeruput kopinya sebelum akhirnya ikut terkekeh. "Apakah salah jika saya begitu dekat dengan keponakan sendiri yang notabenenya adalah anak dari kakak perempuan kandung saya, Gus?" tanya Wildan balik.

Jodoh Untuk Kaila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang