"Pernikahan itu bukan tentang dengan siapa kamu menikah atau seberapa banyak materi yang dimiliki pasanganmu. Karena semua itu adalah titipan dari Allah, jadi dekatilah Allahnya agar semuanya dimudahkan."
AZKAILA MAHIDA
.
.
.
Suasana pagi hari di pondok pesantren Al Ikhlas memang selalu ramai dengan para santri dan santriwati yang tengah bersiap untuk melakukan aktivitas rutin mereka. Apalagi hari ini adalah hari jum'at yang merupakan hari libur pondok, jadi mulai dari sekolah umum maupun diniyah diliburkan.Jika pada umumnya hari libur itu adalah hari ahad atau minggu, maka di pondok jatuh pada hari jum'at. Lebih tepatnya mulai malam jum'at sampai hari jum'at sore, santri akan diberikan waktu istirahat. Jum'at adalah hari yang istimewa bagi umat islam, tapi bukan berarti hari lain tidak istimewa. Namun, di hari jum'at itu terdapat keutamaan tersendiri jika dibandingkan dengan hari-hari lain.
Di hari jum'at ini para santri dan santriwati dikerahkan untuk melakukan roan atau kerja bakti besar-besaran karena sebentar lagi akan ada acara pernikahan massal. Seperti tahun-tahun sebelumnya, di Pondok Pesantren Al Ikhlas akan selalu diadakan nikah massal untuk kang santri dan mbak santri yang memang sudah siap atau biasanya telah dijodohkan oleh Pak Kyai.
Di saat yang lain tengah melakukan roan, di dapur ndalem ada Umi Fatimah yang dibantu dengan Rara tengah sibuk mengupasi pisang. Keduanya bahkan beberapa kali saling melontarkan guyonan-guyonan kecil.
"Duh Nduk... Di dekat kamu tuh Umi bawaannya pengen ketawa mulu deh, hahaha...," ceplos Umi Fatimah dengan disertai tawa kecil beliau yang juga ikut menular pada Rara.
Alhasil keduanya kembali tertawa bersama, tapi itu tak berlangsung lama. Sebab Umi Fatimah tiba-tiba melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat Rara seketika terdiam.
"Nduk, Umi dengar kamu sekarang sudah 19 tahun ya? Ada rencana nikah muda gak, Nduk?" tanya Umi Fatimah.
Rara terdiam sejenak, karena bingung ingin menjawab apa. Sebab di dalam hatinya pun dia masih maju mundur jika itu berkaitan dengan pernikahan dan keluarganya pun tidak ada yang menyinggung persoalan ini. Sebelum menjawab pun, Rara terlebih dahulu menunduk dan melafalkan basmallah untuk menenangkan hatinya.
"Emm... Rara sendiri masih maju mundur kalau masalah nikah muda, Mi. Toh Rara juga belum ada calonnya, jadi masih bisa santai dulu Mi, hehehe...," balas Rara santai dan disertai dengan kekehan kecil andalannya.
Umi Fatimah yang mendengar balasan dari salah satu tenaga pengajar di pondoknya ini juga ikut tertawa kecil seraya mengacak pelan kepala Rara. "Kalau tiba-tiba kamu udah ada calonnya gimana Ra? Mau ndak?" tanya Umi Fatimah lagi.
Pandangan Rara sontak saja kembali terfokus pada Umi Fatimah, pandangannya menunjukkan keterkejutan serta ada sedikit keraguan di sana. "Emm... Rara nderek dawuhipun Abah mawon, Mi," ungkap Rara masih dengan senyumannya. (Rara ikut katanya Abah saja, Mi.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Kaila
Spiritual‼️CERITA LENGKAP‼️ [AL FATIH SERIES 1] Kisah ini tentang Kaila seorang gadis 19 tahun yang diam-diam mengagumi seorang Gus di pondoknya, tapi apa mau dikata jika sosok dia bukanlah jodohnya melainkan jodoh sahabatnya. Lalu tak berselang lama ia men...