00

56.2K 2.8K 63
                                    

Namanya Fenya Abysara , gadis remaja tanggung yang hobinya membaca novel . Berjam-jam dapat ia habiskan hanya untuk duduk diam membaca novel--khususnya yang fantasi .
Seperti saat ini , dia tengah asyik sendiri , ditengah keramaian orang-orang di halte depan sekolahnya . Membaca dengan seksama, sama sekali tidak peduli keadaan sekitarnya.
Hari ini cuaca cukup panas , beberapa teman satu sekolah fenya juga terlihat sibuk sendiri , bermain hp.
Wajah serius fenya tiba-tiba berubah secara mendadak, terganti dengan wajah terkejut. Fenya berdecak sebal, sembari mengacak rambutnya . Dalam hati ia beberapa kali mengumpat dengan kata-kata kasar.

"Kenapa sih selalu ada plot twist yang membagongkan ??" Fenya bertanya tanya dalam hati.

Tanganya masih memegang novel , novel itu bersampul merah dengan kelir-hiasan bewarna emas. Novel itu berjudul (Red Lily). Fenya tidak sengaja menemukan buku itu saat mendatangi sebuah bazar buku di mall. Beruntung saat itu sedang diskon , akhir bulan keuangan Fenya juga sedang buruk.
Tak lama , sebuah bus merapat . Orang-orang berdesakan masuk. Begitu juga Fenya , segera menaiki bus . Setelah semua masuk , sang sopir segera melajukan bus.

Bus itu melesat ,melalui jalur khusus . Setelah beberapa kali berhenti di beberapa halte , hingga penumpang yang tersisa hanya Fenya seorang . Rumahnya memang jauh dari sekolah . Dia sengaja memilih sekolah yang agak jauh , sebab dia bisa memanfaatkan waktu di bus untuk membaca .
Fenya kini beralih mengutak atik ponsel. Ditengah keseriusannya bermain ponsel , bus yang dinaikinya berhenti mendadak . Membuat kepalanya terbentur kursi dengan keras .

"Maap neng , tadi ada kucing lewat . Neng nggak papa?" Sopir bus bertanya .

Fenya memegang kepalanya , meringis.
"Nggak papa om" ucap Fenya .

Bus itu kembali melaju menuju pemberhentian terahir. Fenya tidak tau bahwa kejadian tadi merupakan pertanda kejadian buruk yang akan menimpanya.
Benar saja . Baru beberapa menit kemudian bus itu kembali terkena masalah . Rem bus tiba-tiba saja tidak berfungsi . Ada beberapa kendaraan di depan , akibat rem blong bus itu terus melaju menabrak puluhan kendaraan , entah mobil motor , semuanya tersibak .
Wajah Fenya pucat tak tau harus melakukan apa , di depan sana ada sebuah depot pengisian bahan bakar.
Kebetulan Fenya duduk tak jauh dari pintu keluar bus. Sebuah ide terbesit begitu saja dalam pikiranya . Tanpa pikir panjang, Fenya segera melesat dan melompat keluar dari dalam bus yang melaju kencang .
Belum sempat bernafas lega , Fenya lagi-lagi berhadapan dengan maut .
Secara tiba-tiba , sebuah truk melaju kencang ke arahnya. Fenya membeku saat itu juga . Pasrah dengan keadaan .

Buaghh..

Tubuh Fenya telak terhantam badan truk . Terpental beberapa meter . Kepalanya terbentur trotoar , membuat darah mengucur deras.

'haha.. begini kah akhirnya ??'
Fenya tersenyum kecut , meratapi nasibnya .

'Andai saja aku punya waktu sebentar saja , aku ingin meminta maaf pada ibu , sungguh aku anak yang tidak berguna .'

'Semoga ibu tidak terlalu sedih, maaf ibu . Aku belum bisa menggapai harapan yang ibu berikan . Aku memang anak yang payah . Selamat tinggal ' .

Mata Fenya sepenuhnya tertutup , menyisakan kegelapan .

***

Sebuah kamar luas ,temboknya bewarna putih , di selingi hiasan bewarna kuning keemasan . Semua perabotan tertata rapi , hampir sebagian bewarna emas . Beberapa bingkai lukisan juga terlihat berlapis emas , tergantung di dinding. Kamar itu bernuansa abad pertengahan . Masih dengan penerangan lilin . Secercah cahaya masuk melewati bingkai jendela yang tidak sepenuhnya tertutup tirai. Sebuah ranjang ukuran besar terletak di bagian kanan ruangan .
Seseorang sedang tidur diatasnya . Seorang gadis dengan balutan dress putih .
Suasana tampak lengang dalam ruangan berukuran 10×12 meter itu . Hanya terdengar suara nafas teratur sang gadis.
Tiba-tiba tubuh gadis itu tersentak pelan . Matanya terbuka seketika , menampilkan irisnya yang menawan. Biru cerah, nampak seperti berlian . Gadis itu buru-buru mengambil nafas, serasa habis lari maraton .

"Dimana ini?... rumah sakit?" Gadis itu bergumam . Melihat kesana kemari dengan tatapan asing. gadis itu menatap kedua lenganya , nampak aneh .

"Tapi sejak kapan rumah sakit semewah ini? " gadis itu mendongak ,menatap lampu kristal indah yang tergantung diatas sana. Masih dengan setengah kesadaran , gadis itu masih belum sadar apa yang terjadi.

"Tunggu! Ini bukan rumah sakit!" Gadis itu kini tersadar . Buru buru bangkit , turun dari tempat tidur dan berlari kearah cermin.

"ASTAGAA ... siapa ? ... SIAPA INI?!!" Gadis itu terkejut melihat pantulanya sendiri.
Meraba wajah , hidung-mulut- mata .
"Jelas-jelas ini bukan aku . Bukan Fenya abysara !" .
Ternyata gadis bersurai hitam legam itu adalah Fenya . Entah karena apa , sepertinya dia menempati raga orang lain.
Fenya menghela nafas , mencoba tenang dengan situasi yang sangat membingungkan.

"Apa ini yang namanya Transmigrasi ?? Berpindah raga? Tapi dengan siapa ?" .
Fenya kembali menatap pantulan raga barunya dengan seksama.
"Tunggu .. Rambut hitam legam , kulit putih cenderung pucat ... dan Iris biru saphire .... jangan-jangan--".
"Tidak , tidak mungkin ... aku bukan 'dia' kan??" Fenya buru-buru menepis pemikiran bodohnya . Mana mungkin dia menjadi salah satu karakter dalam novel dalam pikiranya .

Brak!

Pintu kamar--yang lagi-lagi berhias ukiran emas. Terbuka dengan keras . Seseorang dengan pakaian ala pelayan--hitamputih. Terlihat panik, buru-buru mendekati Fenya .

"Ya ampun nona ... ada apa ?" Wanita berambut hitam bersanggul itu terlihat cemas menatap Fenya .
" y-ya ? " Fenya tidak tau harus menjawab apa , dia kaget dengan kedatangan wanita itu.

"Apa ada yang Nona Amaira butuhkan ? Air mandi atau teh--"

"Apa ?" Wajah Fenya terlihat innocent.
"Tadi kamu memanggilku siapa?" Wajah kusut khas bangun tidur itu nampak pias .

"Apa Nona Amaira baik-baik saja ?" Wanita bersanggul itu bertanya cemas .

Wajah Fenya benar-benar pias sekarang , menatap kosong . Secara tiba-tiba pula tubuhnya melemas , kesadaranya kembali hilang . Tubuh Fenya lunglai , ambruk ke lantai.

"No-nona!. .."

***

Maaf nih, author ngga bisa bikin sinopsis/prolog yang bagus jadi gini aja nggak papa kan ?
Hehe ..

Makasih udah mampir 🤗 jangan lupa vote dan komen😊

28/02/22

Takdir Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang