56

3.1K 288 3
                                    


Disaat mentari mulai menampakkan wujudnya, Amaira bergegas bangun dari tidurnya, meregangkan badan. Sedikit kaget mendapati dua sosok pria dalam kamarnya. Yang satu tidur sembarangan dengan sofa miliknya. Yang satu lebih parah, tiduran di samping ranjangnya, berbaring diatas karpet.

Amaira melirik jam yang tergantung, pukul tujuh. Sepertinya para pelayan enggan masuk karna tidak mau mengganggu dua makhluk ini.

Amaira mengamati wajah kedua kakaknya itu, wajah mereka lelah, apa mereka menunggu ia terbangun setiap hari?

Amaira pelan-pelan turun dari tempat tidur, segera menyibak tirai. Membiarkan sinar matahari masuk.

"SELAMAT PAGI SEMUA!" seru Amaira dengan ceria.

Fred seketika terkejut, membuatnya terjatuh dari sofa. Begitu juga Elios, dia terlonjak berdiri.

"Amaira!?" Seru mereka bersamaan. Mendapati adiknya itu sedang berdiri, tersenyum.

Akhirnya, sang adik bangun dari tidur panjangnya.

***

Segera, kediaman Ravens dibuat rusuh kembali. Pasalnya sang nona mereka telah siuman, setelah sekian lama terbaring koma.

Kaila yang mendengar itu menangis bahagia. Seseorang segera di kirim untuk memberitahukan berita ini kepada Maverick.

Dokter keluarga segera dipanggil, memeriksa Amaira.

"Syukurlah masa kritis anda sudah berlalu, untunglah tidak ada efek apapun yang membahayakan."

"Nona perlu mengembalikan kondisi dengan meminum obat dan asupan gizi yang cukup." Kata Dokter.

Amaira mengangguk-angguk, syukurlah, repot juga kalau ada hal bahaya lain.

Pandangan Amaira segera terpaku pada sisi lain kamarnya yang tadinya gelap, sekarang sudah terang. Jelas sekali disana tergeletak puluhan kotak hadiah, gantungan penuh baju dan barang-barang lainnya.

Amaira beranjak berdiri, kakinya sudah bisa diajak berjalan sekarang-setelah beberapa menit lalu ia sarapan.

"Dari mana asalnya semua ini?" Amaira menoleh ke arah Fred-yang sedang sibuk mengorganisir para pelayan untuk membereskan dan membersihkan kamar.

"Itu hadiah atas kepulanganmu, dari para bangsawan." Jawab Fred, kemudian ia menghela nafas. "Yah, walau yang paling banyak mengirim hadiah adalah putra mahkota."

"Hanzel?" Amaira jadi teringat bocah berambut merah itu. Tentu saja, Hanzel itu orang yang paling merasa bersalah atas hilangnya dia, walaupun ini sepenuhnya salah Amaira sendiri. Tapi Hanzel adalah orang yang sangat 'tidak enakan' kepada orang lain, apalagi temannya sendiri.

"Sepertinya aku harus mengembalikannya.." Amaira bergumam setelah membuka beberapa kotak kecil yang sudah di kelompokkan oleh Kaila. Semua hadiah dari Hanzel merupakan barang-barang mahal nan mewah. Penuh permata, mutiara hingga berlian langka. Amaira jadi ingin tahu, seberapa banyak uang yang Hanzel miliki?

Fred mengangguk samar, memanggil pelayan untuk mempersiapkan alat tulis, sekaligus membawakan tumpukan surat-surat.

Amaira dengan takzim duduk diatas sofa sambil membuka satu-persatu surat yang ada. 26 diantaranya dari Hanzel-yang berisi permintaan maaf dan rasa syukur. Tiga surat dari Luke, dua surat dari Carina. Sedangkan 19 surat lainnya berasal dari berbagai macam sumber, termasuk dari kepala keluarga bangsawan.

Amaira tahu surat-surat rasa syukur, juga hadiah dari para kolega Maverick hanya untuk formalitas sekaligus untuk mencari perhatian Maverick agar kerjasama mereka makin baik.

Takdir Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang