"Mau pergi kemana pagi-pagi sekali?" Fred bertanya ketika berpapasan dengan Amaira di ruang tamu. Mendapati ia sudah siap bersama Jack menuju teras."Aku akan berbelanja beberapa hal," Amaira melangkah cepat.
"Kami pamit, tuan muda." Kaila membungkuk sopan saat melewati Fred, lantas berlari kecil menyusul Amaira.Fred melirik Jack, meminta keterangan lanjutan.
Jack hanya mengerdikkan bahu, "nona sedang dalam mode serius, tanyanya nanti saja, atau kau akan merusak moodnya." Jack melangkah.
Fred hanya melongo, tidak percaya. Sejak kapan bedebah ini menjadi kurang ajar?
Jack menyeringai senang, menyusul Amaira.***
"Apa ada yang bisa saya bantu, nona?" Pemilik sebuah butik terdekat dengan kediaman menyambut ramah. Wanita paruh baya itu segera mengarahkan Amaira kearah koleksi bahan untuk gaun.
"Untuk pesta pertama di musim semi?" Wanita itu bertanya, memperjelas perkataan Amaira. "Kalau begitu saya sarankan untuk memakai sutra dan kain berwarna emas ini," sang pemilik toko menunjuk sebuah bahan sutra yang lembut.
Amaira ikut menyentuh lembaran panjang sutra itu, berpikir sejenak. Melihat undangan yang bewarna emas itu, mungkin ini akan menjadi gaun yang cocok.
"Baiklah aku pilih bahan yang ini," Amaira melihat lagi ke sekelilingnya, matanya tertuju pada lembaran kertas-kertas desain gaun yang menumpuk di meja kecil di sana. "Untuk desainnya, akan aku buat sendiri, apakah bisa?" Amaira menatap pemilik toko.
Wanita itu tersenyum sumringah, "tentu, silahkan anda desain sesuka hati anda, saya akan mencoba sebisa saya."
Baiklah, Amaira segera mencari tempat ternyaman-dan itu adalah lantai, dia dengan takzim duduk diatas karpet dengan tangan yang sibuk mencoret-coret kertas. Kaila ikut duduk di sana, mengamati nona-nya sekaligus memberikan beberapa saran. Jack yang ikut masuk kedalam toko memilih untuk berkeliling, menilik berbagai bahan gaun. Jack sempat berpikir untuk membeli beberapa gaun untuk Patricia-
"Hai tuan," seorang pelayan toko tiba-tiba muncul, membuat Jack reflek lompat menjauh. "apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan toko itu, menatap Jack yang berada dua meter darinya.
Jack menghela nafas, beberapa langkah mendekat. "Maaf atas respon saya yang berlebihan," Jack berkata sopan. "Saya hanya ingin melihat-lihat."
"Baiklah," pelayan toko itu mengangguk sopan,"panggil saya kalau anda butuh sesuatu." Dia berjalan pergi karena seseorang baru saja memanggilnya.
Jack kembali menatap sekitar dengan awas. Jelas jelas keberadaan pelayan tadi tidak di rasakannya, kenapa bisa?
Jack melirik ke sisi lain toko. Amaira sudah selesai mendesain gaunnya sendiri, dia menyerahkan kertas itu pada pemilik toko. Dan segera memanggil beberapa pelayan toko untuk mengerjakannya saat itu juga, mereka masuk ke ruangan lain.
Pandangan Jack beralih kembali kearah rak-rak di dekatnya yang dipenuhi perhiasan. Jack tersenyum kecil melihat sebuah kalung perak dengan liontin yang unik.
"Apa ada yang bisa saya bantu, tuan?" Kebetulan ada seorang pelayan toko yang menghampirinya.
"Ah iya, aku ingin melihat kalung itu," Jack menunjuk kalung yang dimaksud. Kalung dengan liontin berbentuk perisai." Terimakasih," Jack menatap kalung itu lamat-lamat. Apa Patricia akan menyukainya?
"Hayo! lagi apa?"
"Astaga nona," Jack mengelus dada saking terkejutnya. "Kenapa anda tiba-tiba muncul begitu?"
"Aku tidak muncul begitu saja, aku berjalan dari sana." Amaira berkata kesal. "Tanya saja Kaila," sebagai jawaban, Kaila mengangguk, tertawa kecil.
"Kau saja yang terlalu fokus melihat kalung itu," Amaira mengintip kaling yang di pegang Jack. "Hmm, buat siapa nih?" Tanyanya usil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Antagonis
FantasyApa?! Aku jadi Antagonis ? Its okay, aku tinggal merubah alurnya kan? *** Bukankah hal yang wajar kalau sang Antagonis dalam novel memiliki ending yang buruk? Atau tragis? Sama seperti Amaira , sang Antagonis dalam novel berjudul 'Red lily'. Dikisa...