12

13.2K 1.1K 21
                                    

Hari-hari berikutnya berjalan normal.
Setiap pagi Amaira akan didatangi countess Giselle , untuk berlatih dansa . Belakangan ini Amaira jarang makan bersama .

Di hari ke 2 latihan dansa,Amaira sudah mahir . Bergerak luwes sesuai arahan Countess Giselle . Entah karena apa , Amaira mahir melakukanya . Mungkin karena tubuhnya sudah terbiasa . Dan Amaira yang sekarang-Fenya tinggal mengikuti gerakan.

" bagus!..bagus! Anda sudah bisa melakukan gerakan-gerakan dasar , kini saatnya anda berdansa dengan seseorang .."  Countess Giselle bertepuk tangan , memuji dengan wajah datar .

Freed muncul dari balik pintu , ruangan pelatihan .
" eh menari dengan dia ?" Amaira menunjuk Freed.

"Heh? 'dia' ?? tidak sopan!" Freed tidak terima .

"Ya..latihan tidak ada gunanya kalau tanpa tes .." ucap Countess Giselle. Dia menyalakan musik dari sebuah kotak musik klasik.

Alunan lagu mulai terdengar.

Amaira dan Freed pun mulai berdasa. Awal-awal terlihat indah dan seiras .
Keseirasan itu berakhir , ketika Amaira tidak sengaja menginjak kaki Freed.
Freed meringis pelan , menatap tajam adiknya . Amaira hanya tersenyum miring , sembari mengucapkan maaf tanpa suara . Gerakan selanjutnya mulai kacau , mereka bergerak sangat lambat sekarang . Seperti dansa
dalam efek slow motion.

"Cukup-cukup tidak perlu dilanjutkan!.."
"Pelajaran saya akhiri.." countess Giselle keluar dengan wajah tertekuk . Baru kali ini dia sangat kesal saat mengajar .

"Ini semua salahmu .." Amaira menatap tajam Freed.

"Apa ? Aku ?" Freed tidak terima.
"Kau yang selalu menginjak kakiku , sakit tahu!" Freed mendengus .
Amaira menghela nafas pelan .

Sudahlah. Tidak ada artinya kalau berdebat dengan Freed, membuang waktu saja.

***

Tak terasa waktupun berlalu , siang tadi Amaira mendapat sebuah surat undangan . Dengan stempel keluarga count Hendley. Dia mendapat undangan eksklusif , untuk menjadi tamu istimewa .
Amaira diminta untuk datang bersama seorang Patrner .

Aku ajak saja hanzel ..

Amaira segera mengambil kertas , menulis surat untuk Hanzel . Tapi dia mulai bingung--bagaimana cara mengirim surat dengan cepat.
"Anda bisa mengirimkanya lewat burung merpati .." Kaila memberi saran.

Kaila pergi sejenak , setelah mengambil seekor merpati dan menyerahkanya kepada Amaira .

Surat itu tidaklah panjang , jadi Amaira hanya perlu mengikatkan kertas ke kaki burung itu.

"Ingat ya jangan nyasar!" Amaira mendesis , menatap burung merpati itu .
Amaira pun menerbangkanya . Burung berwarna putih itu segera melesat , terbang ke arah istana .

***

  Saat ini Hanzel sedang berlatih pedang di halaman belakang istana . Tiba-tiba seekor burung merpati hinggap di pundaknya .

"Eh siapa ?" Hanzel menyadari ada surat di kaki burung itu . Segera mengambil dan membukanya .

'Selamat siang Hanzel , maaf mengganggu . Malam nanti aku akan ke pesta debut Adelia , apa bisa kau menjadi patner dansaku ?'

~Ãmaira

Hanzel tersenyum kecil saat membaca itu .

"Surat dari siapa ?" Tiba-tiba Juli datang .
"Kuno sekali .." ucapnya .

Hanzel tertawa mendengarnya .
"Memang tapi ini cara tercepat untuk keadaan terdesak .."

Takdir Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang