68

2.2K 198 4
                                    

Pagi hari buta. Bahkan sebelum terdengar kicauan burung-burung, langit masih gelap,  Amaira telah di paksa untuk membuka mata, di papah menuju bak mandi. Kaila bersama beberapa dayang wira-wiri, sibuk bukan main, ribut meneriakkan berbagai keperluan Amaira.

Gaun, parfum hingga bunga-bunga lengkap memenuhi kamar itu. Amaira menguap, ia selesai di mandikan, selanjutnya untuk perawatan wajahnya. Rambut panjangnya segera ditata rapi.

Pukul tujuh pagi, Amaira sudah siap. Dengan gaun serba putih juga beberapa aksesoris yang senada menghias rambutnya. Acara pertama-ritual sesuai tradisi Algerion. Amaira dan ayahnya segera pergi ke kuil kekaisaran. Setelah beberapa ritual, mereka kembali ke kediaman untuk acara selanjutnya adalah jamuan formal.

Amaira harus berganti baju, segera pergi ke taman tengah, rumah kaca. Sebuah meja panjang dengan puluhan kursi berderet dengan berbagai macam orang diatasnya. Amaira dengan anggun memberi salam, menyapa beberapa orang di sana lantas ikut duduk di samping ayahnya.

Sebagian besar tamu itu hanyalah para pria paruh baya seumuran bahkan lebih tua dari Maverick.  Mereka adalah para kolega penting.

"Tak kusangka, putrimu secantik ini Maverick, hoho," seorang pria dengan janggut tipis dan tubuh tambun tertawa, melirik ayah-anak itu.

Amaira membalasnya dengan tersenyum anggun, dia kenal pria itu. Dia seorang Count kaya di wilayah timur. Dia memiliki beberapa bisnis dengan Ravens.

"Melihatmu begini, aku jadi ingin menjadikanmu berpasangan dengan putraku.." ucapnya dengan suara seraknya.

Senyum Amaira tersumpal, setelah beberapa hari menggali informasi seputar para tamu itu, dia tahu satu hal. Putra dari pria itu memang benar dirumorkan sangat tampan, dengan catatan ia anak tungggal-yang berarti semua kekayaan itu akan jatuh ke tangannya. Tapi sayang, meski begitupun, tidak dapat menutupi rumor-rumor buruk tentangnya. Tentang dia yang suka mempermainkan wanita.
Meski rumor, tentu saja Amaira harus berhati-hati.

"Maaf sebelumnya tuan Count, saya belum ada niatan untuk mencari pasangan, saya ingin fokus pada pendidikan saya." Amaira berkata sebaik mungkin agar tidak menyakiti hati.
Pria tambun itu mendengus, menatap Amaira dengan remeh. "Untuk apa menuntut ilmu tinggi-tinggi? Bukankah wanita akan berujung mengurus rumah?"

Maverick menggertakkan giginya, tatapannya berganti menjadi buas. Enak saja orang di depannya ini meremehkan putrinya.
Amaira sebaliknya hanya tersenyum. "Karena itulah, saya kira ilmu saya belum cukup untuk mengurus urusan itu. Lagi pula, yang saya urus nanti bukan cuma kastil kecil seperti milik Count." Ucapnya dengan seringai.

"Bocah lan-"

"Pesta penjamuan ini telah selesai," suara Leonard segera memotong. Dia dengan suara lantang nan tegas mempersilahkan para tamu untuk kembali, untuk bersiap malam nanti. Acara utama debut Amaira, pesta dansa.

***

"Huuh, menyebalkan." Amaira menggerutu di sepanjang lorong saat ia kembali dari penjamuan. "Apa kolega ayah begitu semua? Rese sekali masalah orang lain."

Maverick yang berjalan di sampingnya hanya tertawa. "Tentu saja tidak, ada banyak yang lebih menghormati, atas dasar ketakutan."

Amaira membuang nafas kasar, melihat sekeliling. Bagian timur belakangan menjadi ramai, sebab sepupu jauh Ravens sementara tinggal disini. Beberapa anak perempuan berlarian, umur mereka masih lima tahunan-masih sangat muda untuk menyadari kehadiran pemilik kediaman ini. Selebihnya ada dua wanita muda yang membungkuk memberi hormat kepada mereka berdua.

"Pestanya mulai pukul sembilan bukan?" Amaira telah sampai di depan kamarnya, dia menatap Maverick.
Maverick mengangguk dalam." Benar, jangan terlambat, kau harus menyambut para tamu di depan jadi datanglah pukul tujuh."
Amaira menghela nafas, mengangguk, segera menutup pintu.

Takdir Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang