S2. 100

475 39 0
                                    

"Selamat pagi, Tuan." Elios menyalami seseorang di ruang tamu. "Ada apa gerangan hingga anda repot-repot datang kesini?" Elios mempersilahkan pria tua itu duduk. Teh hangat segera tersaji.

"Maaf menggangu dalam keadaan genting seperti ini, Tuan muda," tuan Robert menghela nafas. "Karena keadaan Skylerian tidak kalah gentingnya...."

"Dia mengusik Skylerian juga!?" Jack berseru tidak percaya. "Apa--"

"Luke," tuan Robert menjeda ucapannya. "Dia belum kembali sejak kemarin."

Jack dan Elios sontak saling lirik, "Jangan-jangan..."

Pandangan mereka segera teralihkan oleh berita yang disampaikan salah satu kesatria Ravens. "Pangeran akan mengadakan rapat satu jam lagi," kata kesatria itu sebelum pamit pergi.

"Bagaimana dengan kakak?" Elios bergumam, "dia sebagai salah satu petinggi kemiliteran harusnya--"

Jack menghela nafas, "Ada tidaknya dia, rapat dan keputusan itu harus segera ditentukan."
"Aku akan menunggu di luar," pamit Jack.

"Aku tidak menyangka dia akan bergerak sekarang," tuan Robert menunduk, mengusap rambutnya yang memutih. "Ini semua salahku..."

"Jadi selama ini Anda mencurigai Rion?" Elios bertanya sopan.
Tuan Robert mengangguk, "Sejak awal, aku bisa membaca pikirannya, sekaligus beberapa mimpi yang memang benar terjadi belakangan."

"Kenapa Anda tidak mencegahnya?" Elios bertanya, berusaha agar tidak terbawa emosi.

Tuan Robert memandang langit-langit dengan lampu kristal menggantung, raut wajahnya menjadi sendu. "Aku sudah menyerah untuk mengubah sesuatu yang pasti terjadi. Sudah sangat lama aku hidup dengan usaha mengubah takdir yang berujung sia-sia." Pria tua itu berganti menatap Elios.
"Kita tidak bisa mengubah hal itu, Nak."

Elios menggigit bibir, menahan amarahnya. "Jadi karena itulah Anda menyerah untuk mengubahnya?!"

Tuan Robert menggeleng pelan, "Tentu saja tidak. Aku tidak menyerah akan takdir itu, melainkan membiarkannya mengalir semestinya. Aku tidak bisa mengubah suatu takdir, tapi, akan ada sesuatu yang mengurusnya sendiri." Tuan Robert berkata tenang.

Elios terdiam, memainkan jari-jemari tangannya dengan resah. Masih mencerna kalimat barusan yang tidak ia pahami seluruhnya.

"Kau sudah bertindak cukup baik," Tuan Robert bergerak menepuk pundak Elios. "Jangan sampai amarah dan rasa panik menguasai dirimu."

"Meski begitu pun, aku tidak bisa mencegah apa yang terjadi pada keluargaku." Elios menunduk. "Kalau saja aku mempercayai Amaira lebih awal, semua ini takkan terjadi...."

Tuan Robert mulai melangkah, "Jangan sekalipun mengeluh dan menyalahkan takdir, anak muda."

"Omong-omong dimana kamar kakakmu?" Pria tua itu menoleh kesana kemari. "Setidaknya pria tua ini punya satu-dua mantra penyembuhan."

Elios segera menyusulnya. "Baik, saya antar."

***

"Sihir gelap, ya?" Tuan Robert bergumam, menilik wajah Fred yang pucat pasi. "Sekalipun dia tahu kalau musuhnya menggunakan sihir gelap, kakakmu ini ceroboh juga."

Elios menghela nafas, "Apa dia masih bisa bangun?"
Tuan Robert berpikir sejenak, "Karena dia tidak terkena kutukan, maka masih ada kemungkinan untuk dia bangun."

"Sungguh?" Elios nampak lega.
"Ya, tapi akan membutuhkan waktu cukup lama untuk ini. Jenis sihirku bukan murni penyembuhan, mungkin akan membutuhkan beberapa hari."

"Ah, kalau begitu, apa Anda bersedia tinggal di sini hingga kakak saya bangun?" Elios bertanya sopan.

"Saya akan berusaha," tuan Robert mengangguk dalam.
Elios teringat akan pertemuan yang akan datang, ia bergegas keluar ruangan.
"Oh, iya tuan," Elios kembali melongokkan kepalanya. "Anda boleh membawa semua orang penting yang terlibat dari Skylerian untuk tinggal disini. Mereka akan aman dibawah perlindungan kesatria Ravens."

Takdir Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang