Langit malam nampak cerah dengan awan tipis yang bergerak. Bulan nampak bersinar terang walau hanya setengah lingkarannya yang terlihat.
Bentangan tanah yang tandus, puluhan kilometer dari hutan paling utara Skylerian. Wilayah itu bertanah hitam nan kering. Pohon-pohon besar nampak tumbuh tanpa daun, ranting-rantingnya bergerak seiring angin bertiup. Debu hitam berterbangan.
Rumah-rumah kayu yang telah lapuk itu berdiri, puluhan jumlahnya. Sebuah pemukiman, dengan orang-orang berbadan besar dengan baju mereka yang kotor dan usang.
Beberapa dari mereka sudah sibuk menempa senjata pada malam yang gelap ini. Suara dentang besi dan baja yang ditempa mengisi kesunyian malam.Bergerak lebih ke utara, sebuah kastil tua berdiri kokoh, dengan dinding pembatas yang sebagian telah runtuh. Dinding kastil itu serupa dengan tanah, hitam dan terlihat sangat tua. Dua menara yang ujungnya telah runtuh itu berdiri setia menemani kastil.
"Sial!" Seseorang berseru kesal, suara seorang wanita.
"Lagi-lagi aku gagal.." wanita itu terduduk di lantai, sebuah ruangan gelap di dalam kastil tua."Apa yang akan tuan katakan?" Dia menilik kedua tangannya. "Lagi dan lagi.. aku menghambat rencana mulianya.."
"Tuan.."
Tubuh wanita itu seketika limbung, jatuh di atas lantai yang kotor. Dari wajahnya itu, dia nampak sangat kelelahan. "Harus bisa.. untuk membalas... dendam.." dia bergumam. Kemudian lengang.
***
Ketika wanita itu tersadar, dia sudah berada di atas ranjang, dengan selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Masih di ruangan yang sama, gelap dan sedikit lembab dengan cahaya remang.
Dia terlonjak duduk ketika seseorang masuk dari pintu.
"Tu-tuan—" Dia bergegas turun dari ranjang, segera berlutut di depan orang itu. "Maaf, maafkan aku tuan.. aku sungguh-sungguh minta maaf.." dia menunduk.
Sedangkan pria itu hanya memandang datar dari atas. Tidak bergeming ketika wanita itu menyentuh kedua kakinya."Berdiri," titah pria itu. Sang wanita itu segera berdiri dengan tertatih dan wajah meringis.
"Siapa yang mengajarkanmu jadi lemah begini, Sara?" tanya pria itu dingin.
"Maaf," wanita itu menunduk. Rambut merah panjangnya nampak kusut.
"Siapa yang mengajarkanmu menjadi lemah seperti ini, Sara?" Pria itu bertanya lagi, dengan nada yang sama.
"Tidak ada, tuan." Wanita itu, Sara, masih menunduk. "Saya lemah karena sudah lama tidak berlatih."
"Kau lemah karena saat ini tidak ada perang?" Pria itu mendengus. " Saat inipun, kita masih berperang, Sara. Jangan karena kita tidak lagi berhadapan dengan pedang dan senjata, maka kita lengah,"
"Ingat dan camkan ini. Sebelum kita menghabisi seluruh keluarga Kaisar, kita takkan pernah berhenti berperang. Ingat semua yang telah mereka lakukan pada kita, keluarga kita, rumah kita..." Mata kelabu pria itu menyala merah.
"Baik, tuan, saya mengabdi pada anda." Sara kembali berlutut.
Pria itu menyisir rambut pirangnya ke belakang, ia menghela nafas. Namun, bibirnya menyunggingkan senyum puas.
"Namun berkat kegagalanmu kali ini, kita mendapatkan sesuatu yang sangat berharga..""Apa itu, tuan?"
"Nona muda itu.. dialah kunci utama balas dendam kita.." Pria itu tersenyum semakin lebar. "Selama ini, dialah kunci keberhasilan kita.."
"Apa maksud anda, Tuan?" Sara masih penasaran.
"Selama ini.. ternyata begitu dekat.." Pria itu bergumam-gumam, matanya semakin menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Antagonis
FantasyApa?! Aku jadi Antagonis ? Its okay, aku tinggal merubah alurnya kan? *** Bukankah hal yang wajar kalau sang Antagonis dalam novel memiliki ending yang buruk? Atau tragis? Sama seperti Amaira , sang Antagonis dalam novel berjudul 'Red lily'. Dikisa...