S2. 89

746 52 0
                                    

Pukul sembilan pagi upacara pernikahan itu berlangsung. Elios dan Daisy sengaja menggelarnya  di tengah-tengah desa dengan alasan agar semua orang di desa mengetahuinya.

Daisy nampak cantik dengan gaun putih yang elegan,  di sampingnya sang adik dan ibunya yang setia mendampingi dengan gaun berwarna cerah senada.

Para tamu undangan—perwakilan dari para bangsawan juga telah hadir dan mengisi kursi. Demi tamu undangan itu pula Daisy digandeng oleh seorang kesatria suruhan Maverick untuk berperan sebagai ayah Daisy.

Amaira juga ikut hadir di sana, bersama Fred juga para pegawai rumah atas bukit.

"Ayah benar-benar tidak datang?" bisiknya pada Fred, matanya tidak lepas dari prosesi pernikahan itu.

"Yah, begitulah. Tapi sesibuk apapun ayah, dia seharusnya bisa melewati portal untuk beberapa saat untuk menghadiri prosesi singkat ini." Fred menjawab. "Apa terjadi sesuatu disana?" Fred bergumam, wajahnya cemas.

"Mungkin ada meeting mendadak yang tidak bisa ayah tinggalkan..." Amaira mencoba berfikir positif.

Upacara sakral itu segera terlewati, pesta segera digelar, semua orang bersuka-cita. Makanan dan minuman segera terhidang, siapapun boleh makan dan mengambilnya tak terkecuali warga desa yang menonton.

Satu-persatu tamu undangan itu menyalami Elios, mengucapkan selamat.

"Hoho, bocah ini, kau sudah besar rupanya.." salah satu teman Maverick yang merupakan perwakilan istana merangkul Elios. "Kau mengingatkan aku pada pernikahan yang dulu sangat ayahmu inginkan."

Elios hanya tersenyum canggung. "Maaf kalau terlalu sederhana paman, "

"Hoho, tidak, tentu saja tidak." Pria berbadan tambun itu meneguk anggur. "Justru pesta ini sempurna, tanpa ada masalah dan gesekan antar bangsawan yang arogan.." dia berbisik.

"Semoga kalian bisa menjadi pasangan yang selalu bersama hingga akhir hayat.." ucap pria itu ramah, kemudian dia berlalu pergi.

Seorang utusan dari keluarga bangsawan juga ikut menghampiri Elios, menjabat tangannya tegas.

"Pesta yang sangat damai, tuan muda." ucapnya. "Sayang sekali ayahmu tidak bisa hadir,"

Elios tersenyum kaku, mengangguk pelan. "Benar, ayah saya sedang sibuk dengan urusan istana.."

Orang berjambang tebal itu terkekeh sinis. "Lagipula, kenapa menggelar pesta disaat kekaisaran sedang krisis-krisisnya sih, mana cuma seperti ini.." dia memandang remeh sekitar.
  Dia bahkan memandang jijik para warga yang ikut menari bersama tamu undangan. Dia beralih menatap sang pengantin wanita yang tengah mengobrol dengan anak-anak kecil.

"Selera anda rendah sekali," ucapnya enteng.

Elios tersenyum, perlahan membisikkan sesuatu pada pria itu. "Kudengar kemarin rumahmu hancur karena serangan monster itu, ya? Kenapa malah hadir disini? Oh, apa kau mendapat sesuatu yang besar dari tuan Marquess?"

Pria itu melangkah mundur, tatapannya mendadak tajam, dia nampak tersinggung. "Apa-apaan!?" serunya keras.

Elios tertawa, merangkul pria itu menuju meja kudapan. "Ayolah paman, kudapan disini tidak kalah enaknya saat pesta debut adikku, kok." Elios berseru.
Orang-orang yang menatapnya itu segera kembali ke aktifitas masing-masing. Mereka pasti berpikir kalau, sang pengantin dan tamu undangan itu hanya sedang bergurau.

"Dasar rubah," desisnya pada Elios.

"Terserah apa katamu, Paman." Elios bersedekap, saat ini sekitar mereka tidak ada orang ramai. "Aku tidak mau mengacaukan momen bahagia ini, jadi saya akan melupakan perkataan Anda tadi."

Takdir Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang