69

2.2K 196 6
                                    

"Nah, sudah sampai," mereka telah sampai di gerbang taman tengah, dari sana nampaklah cahaya terang dan keramaian orang.

"Kalau begitu kita berpisah dis-" Fred menoleh kesana-kemari, gadis yang baru saja ada dibelakangnya itu sudah menghilang.

"Dasar, tidak tahu sopan santun." Fred mendengus, segera berjalan masuk kedalam ruangan, kemudian ikut bergabung dengan ayahnya.

"Kau dari mana saja?" Maverick menatap tajam putranya.

"Cari angin," Fred menenggak segelas sirup diatas meja, sembari matanya terus melihat keramaian pesta.

"Lihat, adikmu harus bersama dia untuk menyapa tamu." Maverick menyipitkan matanya. Di sisi lain ruangan, Amaira dan Hanzel nampak kompak dan serasi, tengah asik mengobrol dengan para tamunya.

Fred hanya memandang tanpa selera, tapi kemudian terdiam begitu melihat Amaira tertawa bersama anak perempuan seusianya.

"Rasanya baru kemarin aku melihat ia merengek ingin bertemu ayah." Fred bergumam kecil.
Maverick ikut menatap putrinya dari kejauhan, tersenyum kecut. "Yah, baru kemarin aku melihat ia belajar berjalan."

"Sekarang lihat, sepertinya aku harus mencarikan seseorang untuknya?" Fred tertawa.

"Tidak, justru sebaliknya, yang membutuhkan seseorang itu kau. Kapan kau akan mengenalkan seseorang, hah?" Maverick memandang rendah putranya itu. Dengan wajah sedikit memerah-nampaknya sedikit mabuk.

"Ah, aku?" Fred membuang wajah." Jangan tanya hal yang sia-sia, ayah.."

"Berapa umurmu? Astaga, aku sudah menikah saat menginjak 20 tahun."

"Itukah dijodohkan." Fred berkata sedikit menggerutu.

"Jadi kau juga mau dijodohkan? Ah, tidak, siapa yang mau denganmu?"

"Hei-" Fred berdecak sebal." Kuno sekali, jaman sekarang masih di jodohkan? Hah, lupakan saja."

Maverick sedikit menggelengkan kepalanya. "Bagaimanapun kita perlu meneruskan keluarga, Fred."

"Aku mengerti, ayah tenang saja, lagi pula masih lama sampai aku benar-benar mencapai usia tiga puluh."

"Kapan? Lihat adikmu," Maverick menunjuk ke teras, di sana terdapat Elios dan Daisy, mereka sedang tertawa, nampak mesra.

"Tunggu, itu teman Amai?" Fred mengerjap beberapa kali. "Gadis pelukis itu?"

"Yeah, mereka sangat kompak masalah seperti itu." Maverick menenggak anggur segelas lagi.

"Ayah merestui mereka?"mata Fred menyipit.

"Ya? Aku tidak peduli, terserah mereka." Maverick melambaikan tangan.

Fred menepuk dahi, ayahnya ini terlalu banyak minum, ia segera memanggil beberapa kesatria untuk mengantar ayahnya kembali ke kamar.

"Pfft, kenapa wajahmu ditekuk begitu?" Seseorang muncul di samping Fred. Pria berambut abu-abu dan berpakaian kesatria lengkap itu ikut duduk.

"Jack, emangnya kau diundang?"

"Huh, kau lupa siapa ayahku?" Jack terkekeh. Fred menghardik, melihat kearah lain.

"Aku hanya ingin menemani adikku berdansa," tukas Jack lagi.

Fred tidak terlalu mendengarkan, pikirannya masih dipenuhi masalah tadi, masalah pasangan-

"Ah, dari rautmu ini, aku sedikit tahu apa yang sedang mengganggu pikiranmu, apa itu ada hubungannya dengan wanita?" Jack bertanya penasaran.

"Jangan pura-pura begitu, aku tahu kau dari tadi menguping bukan?" Fred menatap datar Jack. Pria itu nyengir, mengangguk-angguk.

Takdir Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang