Gelap, pengap dan lembab. Ruangan dengan dinding batu besar dan jeruji disalah satu sisinya nampak lengang, samar-samar terlihat sosok yang terduduk sendirian di dalam sana.
Sosok itu duduk di pojok ruangan yang besarnya hanya 2×4 meter. Menunduk, memeluk lututnya. Ditemani gelap dan makhluk-makhluk kecil merayap.
Tak lama kemudian, suara langkah kaki seseorang terdengar dari luar jeruji. Datang membuka pintu kayu yang deritnya membuat ngilu pendengaran. Seorang pria datang dengan sebuah obor ditangan kirinya, dan tangan satunya memegang sebuah nampan. Sejenak pria itu menunduk, mendorong masuk nampan itu masuk kedalam ruangan sempit, melalui celah jeruji besi.
"Hei, nona sialan!" pria itu berseru kasar,"makananmu sudah tiba, cepat makan." Ucap pria berseragam prajurit kekaisaran itu. Dia masih diam diseberang jeruji, obor yang dibawanya menerangi ruangan sempit itu.
Sekarang nampak jelas sosok itu, seorang wanita dengan badan kurus nan ringkih. Dia hanya mengenakan gaun tipis yang robek-robek. Tangan kecilnya yang putih pucat, dipenuhi luka gores dan lebam. Rambut panjang hitam legamnya nampak terlihat berantakan."Hei, kau masih hidup!?" Prajurit itu mendekatkan obornya lebih masuk kedalam.
Mendengar itu, sosok dalam gelap mengangkat wajahnya. Wajah pucat yang penuh luka langsung terlihat, begitu cahaya dari obor menerpanya. Mata yang dulunya indah, biru bak kristal itu, kini nampak redup dan pudar."Aku terkesan, kau masih bisa bertahan dari siksaan berat itu," pria itu memasang wajah jijik. "Tapi, kau pantas mendapatkannya, pembunuh kaisar!" Desisnya penuh kebencian.
"Berbahagialah, karna prosesnya dipercepat, tanpa pengadilan. Kau akan dipenggal esok hari." Selepas mengucapkan itu, dia pergi kembali menutup pintu. Meninggalkan Amaira yang terdiam, dengan sengaja menendang nampan itu hinggal terpental, berantakan.
"Kenapa jadi seperti ini?" Mata Amaira mulai merembes, bulir-bulir air mengucur dikedua pipinya yang bengkak.
"Hiks..hiks.." Amaira menyeka matanya yang sembab, pada akhirnya Amaira tak bisa menahan rasa takut itu, takut meninggalkan semuanya. Semua yang ia kejar dan perjuangkan.
"Hanzel.." Amaira berucap pelan, menatap kosong, ingatan-demi-ingatan terlintas dibenaknya. Menangis hingga ia jatuh tertidur.
Keesokan paginya, bahkan sebelum matahari terlihat, Amaira telah dijemput dari penjaranya. Segera dimandikan, digantikan baju yang bersih, wajahnyapun dirias, agar bekas-bekas kekejaman itu tak nampak di mata masyarakat.
Kemudian Amaira dibawa ke tengah kota, tepat di samping air mancur tengah kota Erion. Mata Amaira berkedip-kedip menyesuaikan cahaya mentari pagi yang menyiramnya lembut, penuh kehangatan. Ini pertama kalinya ia keluar dari tempat gelap nan pengap itu, setelah seminggu ia terkurung.
Panggung kayu dengan tinggi 2 meteran itu berdiri kokoh disana. Puluhan, bahkan ratusan penduduk telah menunggu disana dengan wajah ingin tahu. Mereka berbisik-bisik, saling bertukar pandangan saat mereka melihat wujud sang pembunuh kaisar."Hei lihat, sudah mau matipun dia sangat cantik." Salah seorang warga berkomentar, menatap sinis Amaira yang lewat tak jauh dari tempat ia berdiri.
"Jangan salah, dia putri grand duke, tentu berbeda." Sahut teman disampingnya."Tapi hei, bukankan pemenggalan disepan umum selalu seperti ini sebelumnya? Bahkan saat pelaku itu rakyat biasa, dia nampak sehat sebelum dipenggal?" Seseorang berjubah gelap menimbrung percakapan.
"Bukankah begitu, baginda kaisar sangat mulia dan penuh belas kasihan, benar-benar orang yang hebat!"
"Kekaisaran ini pasti akan makmur jika dipimpin oleh orang sepertinya." Lanjut pria berjubah itu.
Warga disana saling pandang, mengangguk setuju. Serempak menyerukan nama kaisar baru mereka dengan bangga.
Amaira menyeringai, terkekeh pelan. "Belas kasihan? Mana ada hal seperti itu di kekaisaran munafik ini?" Gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Antagonis
FantasyApa?! Aku jadi Antagonis ? Its okay, aku tinggal merubah alurnya kan? *** Bukankah hal yang wajar kalau sang Antagonis dalam novel memiliki ending yang buruk? Atau tragis? Sama seperti Amaira , sang Antagonis dalam novel berjudul 'Red lily'. Dikisa...