Seperti pagi-pagi biasanya, Amaira bergegas bangun, mandi dan mengenakan gaun. Hari ini ia punya jadwal untuk menghadiri tiga pesta teh-Kaila sudah mengirim surat balasan pada masing-masing nona itu. Dikarenakan masalah kemarin, Amaira harus bisa putar otak untuk mendapat hubungan baik dengan orang lain. Beruntung banyak yang mau berteman dengannya selain dari para teman Julianne.
Yang berbeda dari pagi ini hanya satu, keberadaan seseorang dari yang berdiri di depan kamarnya dari pagi buta."Selamat pagi, nona," sapanya ramah. Dia yang biasa mengenakan seragam formal ksatria-kini mengenakan seragam para pengawal Ravens.
"Pagi juga, Jack," Amaira mengangguk. Ia bersama Kaila segera menuju ruang makan, kali ini ia berniat untuk sarapan bersama. Jack segera mengikutinya di belakang.
***
"Selamat pagi, Amaira!" Elios menyapa begitu Amaira tiba disana.
"Pagi juga, kak," Amaira tersenyum, segera menarik kursi. Menelisik ruang itu, ternyata Ayahnya tidak ada, mungkin dia masih sibuk.
"Mau apa dia disini?" Fred menghentikan gerakan Amaira. Mata merah kakaknya itu tajam menatap belakang Amaira. Jack hanya tersenyum ramah, berdiri dengan sikap sempurna.
"Kakak belum tahu, ya?" Elios menjawab. "Mulai saat ini Jack akan menjadi pengawal Amaira."
"Apa!?" Ekspresi Fred persis sama seperti Amaira kemarin. "Siapa yang seenaknya mencetuskan itu?" Fred segera tahu kalau penugasan itu bukan Amaira yang meminta.
"Yang mulia pangeran mahkota," kini Jack yang menjawab. "Surat penugasan itu langsung ditandatangani oleh kaisar, jadi aku tidak bisa menolaknya."
Amaira manggut-manggut, terus mengunyah makanan. Lagi pula ayahnya juga yang meminta hal itu.
"Kau sungguh tidak apa, Amaira?" Fred sedikit cemas. Meski ia tahu jelas Jack akan lebih menjaga Amaira, tapi tetap saja, kehadiran seseorang yang asing di dekat adiknya pastilah tidak nyaman.
Amaira mengangguk. "Tidak apa, kak." Jack bukan orang sembarangan. Dia dengan segala kemampuan bertarung dan pengalamannya, pastilah cukup untuk menjaga Amaira dari bahaya.
Fred menghela nafas, dia hanya bisa menerima itu. Dia sendiri tidak memiliki hak untuk menghentikannya.
"Meski kau pengawal yang cukup dipercaya, kau harus menjaga jarak dari Amaira." Bisik Fred, dia menghampiri Jack sekaligus pergi dari ruang makan.
"Baik," Jack membalas patuh dengan senyuman. "Huu, dasar cerewet, kalau itu aku juga tahu." Gerutu Jack kesal.
Amaira yang mendengar itu hanya tertawa kecil. Dia juga telah selesai dengan sarapannya, kini saatnya ia menghadiri pesta teh itu.
"Tujuan pertama anda ada di selatan ibukota?" Tanya Jack. Dia selaku pengawal tentu mengetahui berbagai jadwal Amaira.
Amaira mengangguk. Mereka terus berjalan melewati lorong, sampai di teras mereka menaiki kereta kuda. Kereta yang baru saja Maverick berikan sebelum pesta debutnya, khusus untuk Amaira.
Beruntunglah pesta teh itu berjalan lancar. Kali ini Amaira tidak berniat untuk mengacaukannya seperti kemarin, dia memilih untuk menahan diri-meski bahan gosip mereka adalah kakak-kakaknya.
"Maaf, nona, sayangnya kak Elios itu sudah ada yang punya.." Amaira berkata takzim sembari meletakkan cangkir teh.
"Sungguh? Siapa?" Wajah dari nona-nona disana menuntut jawaban.
Amaira hanya mengerdikkan bahu, "itu rahasia hingga pestanya di gelar,"
Mereka yang merupakan fans dari kakak keduanya itu mengeluh kecewa. Siapa wanita yang sangat beruntung itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Antagonis
FantasyApa?! Aku jadi Antagonis ? Its okay, aku tinggal merubah alurnya kan? *** Bukankah hal yang wajar kalau sang Antagonis dalam novel memiliki ending yang buruk? Atau tragis? Sama seperti Amaira , sang Antagonis dalam novel berjudul 'Red lily'. Dikisa...