Setengah jam berlalu tanpa terasa, seseorang yang mengaku sebagai suruhan Hanzel memberitahukan kalau sang pangeran ingin berbincang dengan Duke secara langsung, dan hanya berdua. Luke segera pamit pergi.
Lima belas menit setelahnya, kini Maverick yang mendapat panggilan dari Kaisar. Kini tinggal Amaira dan tuan Robert yang berada dalam ruang tunggu.
Hening. Hanya terdengar suara desau angin dari luar jendela.
"Sepertinya nona telah menyiapkan berbagai pertanyaan untuk saya?" Tuan Robert tersenyum simpul.
Amaira menyeringai. "Jangan-jangan anda masih membaca pikiran saya?"
Tuan Robert menggeleng." Tidak nona, sungguh. Hanya sebuah trik membaca ekspresi wajah. Saya bahkan tidak bisa melihat secuil informasi apapun."
"Anda jangan bergurau," Amaira menyeruput teh.
"Saya serius," tuan Robert memasang wajah seriusnya. "Benar-benar tidak bisa."
Amaira terdiam, bagaimana mungkin?
"Ada semacam jalinan dua sihir yang terikat sangat kuat.." gumam pria itu dengan tatapan lurus.
Amaira terdiam, mungkin itu ada hubungannya dengan dua keberadaan makhluk dalam satu tubuhnya itu.
"Baru kali ini saya melihat sihir yang terjalin, berhubungan kuat dengan waktu dan dimensi. Pola yang unik." Tuan Robert menatap Amaira lamat-lamat.
"Meski sudah lama dan aku sudah tua, benarkan kalau nona ini berasal dari lain dimensi?" Tanya tuan Robert.
Amaira menghela nafas, benar juga orang ini yang sudah melihat pikirannya sejak lama, tidak bagus juga kalau berbohong.
"Benar," Amaira menarik nafas dalam-dalam, mencoba santai. Bersiap kalau saja orang didepan ini akan mewawancarainya.
"Kasus yang sangat unik." Tuan Robert mengangguk-angguk. Tak disangka, orang tua itu tidak banyak tanya seperti org kebanyakan." Sudah kuduga, dunia ini memang misterius."
"Pola yang sedikit mirip dengan sihir Carina.." tuan Robert terdiam. "Benar, sejak kematian ibunya bentuk sihirnya berubah.."
"Ternyata benar, eh," Amaira keceplosan, hampir saja memberi tahu masalah Carina. Amaira menggeleng, orang didepannya ini tidak boleh tahu. Karena bisa saja ucapannya ini akan mengubah masa depan. Tuan Robert tersenyum.
"Saya tahu anda heran sekaligus bingung, kenapa saya tidak ingin tahu banyak tentang anda, maupun tentang Carina yang sepertinya banyak diketahui anda."
" Tapi biarlah, orang tua ini tidak terlalu peduli dengan urusan orang lain. Lebih suka membiarkannya berjalan selaras dan semestinya, seperti alam, hoho..." Ucapnya arif.
Amaira tersenyum tanggung. "Berjalan semestinya? Kalau begitu, kenapa anda mengubah rencana Luke?""Apa akan ada suatu hal yang terjadi, di masa depan?" Amaira bertanya serius.
Tuan Robert sedikit tersentak, tapi kemudian tertawa. "Putri Maverick memang tidak bisa diremehkan, benar-bener hebat." Pujinya, menjeda sejenak ucapannya.
"Benar. Saya seakan menjadi bermuka dua soal masalah ini, tapi maaf nona, akan ada sesuatu yang sangat berbahaya terjadi, jadi saya akan memilih untuk mengubah rencana ini."
"Akan terjadi apa?" Amaira mendesak. Ingatan buruk itu seketika terlintas dalam benaknya."Maaf, tapi ada yg lebih mendesak," tuan Robert mengambil sesuatu dari balik jubahnya. Sebuah bola kristal sebesar bola kasti, dengan warna biru dominan.
"Ayah, gawat!" Suara seseorang terdengar jelas dari bola kristal itu. Amaira mendekat, tertarik. Seseorang juga nampak dari dalam kristal. Merisa. Gadis itu nampak panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Antagonis
FantasyApa?! Aku jadi Antagonis ? Its okay, aku tinggal merubah alurnya kan? *** Bukankah hal yang wajar kalau sang Antagonis dalam novel memiliki ending yang buruk? Atau tragis? Sama seperti Amaira , sang Antagonis dalam novel berjudul 'Red lily'. Dikisa...