61

2.6K 269 9
                                    

"A-ayah!" Amaira membeku di tempatnya. Koran-koran segera tercecer di lantai.

"Hah, sudah kuduga ini akan terjadi-"

"Ak-aku bisa jelaskan ayah-"

"Tidak, tidak, aku tidak membutuhkan penjelasan apapun lagi tentang ini," Maverick menatap dingin putrinya. "Keluar sekarang juga."

"Baik," Amaira perlahan keluar dari ruang rahasia dengan kaki gemetar.

"Tunggu disini," Maverick meminta Amaira untuk duduk di salah satu kursi meja belajar perpustakaan, sedangkan dia sendiri kembali masuk kedalam ruang rahasia. Cukup lama menunggu, sekitar lima belas menit, akhirnya Maverick kembali dengan membawa tumpukan kertas, yang berisi dokumen juga koran lama. Tumpukan itu ia letakkan di meja, tepat di depan Amaira.

"Nah, ini semua dokumen yang dibutuhkan." Maverick santai duduk di kursi sebrang Amaira.

"Hah?" Amaira menatap ayahnya bingung. Bukankah tadi ia sempat murka?

"Kenapa bingung begitu?" Maverick balas menatap. "Bukankah kau membutuhkannya?"

"I-iya sih, tapi kenapa?" Amaira mengangguk pelan. "Tapi apa ayah tidak marah? Kata tuan Robert, bisa berbahaya jika ayah terlibat masalah ini."

Maverick memicingkan matanya, menatap Amaira aneh. "Mau tidak ikut campurpun aku tetap akan terlibat, bagaimanapun kau adalah putriku, sepenuhnya tanggung jawabku."

Amaira menatap ayahnya penuh arti. Baru kali ini ayahnya mengatakan hal yang menyenangkan.

"Kenapa memangnya?" Maverick sedikit menggerutu. "Bukankah tidak salah, lagi pula kau belum dewasa tentu saja masih menjadi tanggung jawabku sepenuhnya." Maverick membuang muka.

Amaira tertawa kecil, menggeleng.

"Baiklah, apa ayah mempunyai alasan lain?" Amaira bertanya serius. "Resiko rencana ini kan besar. Lebih besar gagal dari pada suksesnya."

"Tidak ada." Maverick bersidekap, menyender ke sandaran kursi.

"Sungguh?"

"Tidak." Maverick menghela nafas. "Sejujurnya aku sudah muak dengan semua yang terjadi. Semua tindakan kaisar terdahulu, sangat menyebalkan jika semua kejahatan itu tersimpan dan tertutup rapat."

"Jadi kaisar ingin menutupinya dari sejarah?" Amaira berseru. Itu sama sekali tidak adil. Meski sudah menjadi masa lalu, tetap saja masih ada yang tersakiti dan menjadi korban.

Maverick mengangguk samar. "Kekaisaran bisa hancur kalau semua masalalu kelam itu muncul di permukaan. Bukan cuma kepercayaan para rakyat yang hilang, semua bangsawan yang ikut terlibat bisnis dengan kaisarpun, bisa jadi menghilang. Akan ada krisis yang mengancam."

"Selain itu, aku hanya ingin menepati janji seseorang." Maverick menunduk dengan tatapan sendu. "Dia mungkin sedang menungguku untuk menepati janjinya di alam sana."

Amaira menatap ayahnya prihatin. Sepertinya seseorang itu adalah Duke Skyler sebelumnya, ayah Luke.

"Apa ayah mengenal Luke?" Amaira mengalihkan topik.

Maverick mengangkat wajahnya. "Tidak, namun aku kenal ayahnya."

"Dia orang yang seperti apa?" Amaira mulai tertarik.

"Aku tidak tahu mengenalnya dengan baik atau tidak," Maverick mulai mengingat masa mudanya dulu. "Tapi dia pria yang baik dan pekerja keras. Di umurnya yang masih sangat muda, dia sudah memikirkan nasib wilayahnya. Sejak kecil ia hanya tinggal bersama ayahnya, juga para pelayan, bersama mempertahankan Skylerian."

"Untuk penyelidikan masalah itu, masih terus berlanjut hingga ketika kematian ayahku-kakekmu semuanya terhenti." Maverick menghela nafas. "Tahun-tahun berlalu tanpa ada komunikasi hingga kejadian itu terjadi, tepatnya 10 tahun yang lalu-" suara Maverick tercekat. Amaira masih mendengarkan, menahan nafas.

Takdir Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang