S2. 77

960 85 0
                                    

"Astaga.." Amaira segera menepi dituntun oleh Luke. "Apa aku terlalu banyak makan?"

"Sepertinya begitu," Luke mengangguk-angguk.

Amaira mendesis kesal, duduk di sofa dan mengambil sepatunya. "Tidak bisa dipakai lagi," Amaira bergegas mengambil sebelah sepatunya lagi dan melepas hak tinggi itu.

"Nah, sekarang baru nyaman." Amaira kembali berdiri, kini ia seperti mengenakan flatshoes.

"Bukankah kakimu tadi sempat terkilir?" Luke heran, nampaknya Amaira bisa berlari-lari dengan sepatu itu.
"Kau lupa jenis Mana-ku?" Amaira berkacak pinggang.

Luke nyengir, " iya juga, ya." Luke baru ingat kalau Amaira bisa menyembuhkan diri-bahkan orang lain dengan cepat. Namun ia juga teringat masalah yang terjadi tiga tahun lalu. Ketika gadis itu menggunakan mana yang terlalu banyak maka-

"Hei," Amaira melambaikan tangannya. "Kenapa melamun?"

Luke segera menggeleng. "Bukan apa-apa,"

"Omong-omong kenapa kau tidak ajak Carina berdansa?"

"Dimana dia?"

"Lantai atas," Amaira tertegun melihat orang yang baru saja turun dari tangga, orang itu menghampiri mereka.

"Selamat malam, tuan duke," sapa Rion dengan sopan–menyadari ada banyak orang di sana. "Selamat malam juga untukmu, Nona Ravens."

Amaira dan Luke hanya mengangguk sekilas.

"Darimana saja kau?" Luke segera mencerca Rion dengan berbagai pertanyaan. "Bukankah aku menyuruhmu untuk menemani tamu?"

Rion tertawa canggung. "Maaf, tapi pekerjaan saya bukan cuma satu. Selain mejadi koodinator acara ini saya juga penjaga khusus untuk nona-"

"Hentikan omong-kosong mu itu, kau tahu dimana Carina?" Luke menyilangkan tangannya.

"Aku tidak tahu," Rion menjawab polos.

Amaira lantas berkata. "Kau sungguh tidak melihatnya?" Bukankah pria itu baru saja dari lantai atas?

Rion menggeleng sopan. "Sungguh, saya terakhir melihatnya tadi saat di lorong kamar bagian timur. Mungkin dia sudah kembali, istirahat."

Amaira terdiam, secepat itu Carina pergi?

"Kalau begitu apa urusanmu datang ke sini?" Luke nampak tidak senang waktunya diganggu.

"Rapat khusus itu segera dimulai, Anda dipanggil tuan Robert." ucapnya.

Luke mendesah pelan, rautnya agak kecewa. "Aku sempat lupa tentang itu, tapi baiklah, aku akan segera kesana."

Rion masih diam di tempatnya, Luke juga, mereka saling tatap. "Kau mau apa lagi?"

"Aku ingin berbincang sebentar dengan nona Amaira." Rion tersenyum. "Anda sudah ditunggu dari tadi."

"Ck, iya-iya," Luke menghela nafas. "Aku pergi dulu," pamitnya menatap Amaira. Setelah menghindari pandangan orang-orang, Luke segera berpindah ke ruangan rapat itu.

***

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Amaira menyilangkan tangannya di depan dada, menatap datar Rion. "Aku tidak pernah dengar kalau ayah menugaskan kau untuk menjagaku."

Rion tersenyum tipis. "Tuan tidak akan memberitahu Nona, agar Nona tidak merasa terganggu."

Amaira ber oh pelan, tahu jelas kalau itu cuma bualan. Sejak tiga tahun lalu, ayahnya dengan tegas menugaskan Jack sebagai pengawalnya, sekaligus berjanji tidak akan lagi membuntuti dan mengawasi Amaira melalui Rion.

Takdir Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang