Pagi hari di kota Mista. Udara terasa sejuk, kabut tipis mengambang disekitar penginapan. Seseorang terlihat diteras salah satu bangunan penginapan. Pria tinggi dengan surai hitamnya. Dia berdiri takzim, menatap tajam rimbunnya hutan.
Suasana kota ini sedikit berbeda. Tidak seperti ibukota Erion, kota Mista jauh lebih lengang. Tidak banyak yang tinggal dikota ini, lebih memilih ke kota-kota besar. Lagian, siapa yang mau tinggal berdampingan dengan hutan paling berbahaya dengan segala makhluknya?"Kapten!" Seorang ksatria datang, memberi hormat sejenak.
"Ada pesan dari tuan Jendral." Ucapnya sembari menyerahkan sebuah gulungan kertas.
Fred segera membukanya, membacanya dengan cepat. Tiba-tiba Fred menghela nafas."Ada apa kapten?" Ksatria itu bertanya
"Bukan apa-apa," Fred mengalihkan pandangan.
"Siapkan semua orang, kita akan kembali ke ibukota.""Baik!" Seru ksatria itu. Segera melaksanakan perintah.
***
"Apa maksud anda!?" Amaira terlihat syok.
Bagaimana bisa? Bukankah dalam novel Skyler dan Ravens itu bermusuhan? Dikarnakan kejadian ratusan tahun lalu?
"Di dunia ini banyak hal yang terjadi diluar perkiraan," Luke menghela nafas.
"Ketika fakta tak tertulis, tapi banyak karangan yang ditulis. Dan dijadikan sejarah." Lanjutnya.Amaira mengeluh dalam hati, bisakah Luke mengatakan dengan jelas, bukan dengan kata-kata belibet itu? Oh ayolah, otak Amaira telalu lemot untuk kata-kata seperti itu.
"Biar saya jelaskan." Robert berkata lebih baik, menatap Luke sekilas.
"Ucapan Luke tadi ada benarnya."
"Kita tak seharusnya mempercayai dengan sangat soal sejarah. Ini bukan ajaran atau apapun yang menganggap sejarah itu salah.""Tapi sejarah adalah masa lalu, bukan kita yang menulisnya. Bisa saja itu fakta, dan boleh juga karangan semata. Tergantung siapa yang menulis sejarah tersebut." Jelas Robert.
Amaira mengangguk, benar juga."Anda tahu kan, apa yang terjadi ratusan tahun yang lalu di Algerion?" Robert bertanya spontan.
"Eh iya, tentu saja." Amaira terpaksa berbohong.
"Ratusan tahun lalu, Algerion juga wilayah lain berada dalam kegelapan."
"Peperangan dan konflik terjadi dimana-mana. Entah itu konflik internal ataupun eksternal. Begitu juga Algerion, kekaisaran yang terbentuk karena kerjasama yang erat, itupun kacau. Masa itu semua orang melakukan apapun untuk keuntungan diri sendiri.""Masalah internal terjadi."
"Ketika ketamakan bercampur dengan adanya rasa takut, rasa iripun terbentuk. Itulah yang terjadi pada Algerion dengan Skylerian."Amaira mengangguk. Ya, kalau masalah itu sih dia agak paham.
"Apa anda tahu kisah penghianatan Duke Arthur Skyler?" Robert kembali bertanya.
Amaira mengangguk, dia tau dari novel." Duke Skyler dianggap berhianat, dengan membunuh sang Grand duke yang notabenya saudara kaisar... Duke Skyler mendapat hukuman, dan tidak dapat hak pembelaan oleh kaisar.."
Amaira patah-patah menjelaskanya. Demi mendengar itu Luke mengusap wajahnya, rautnya berubah, ada sedikit kemarahan terukir disana.
"Apa nona percaya akan hal itu?" Robert bertanya lagi.
Amaira menggeleng." Entahlah, aku tidak tahu."
"Jika peryataan anda benar, bisa saja sejarah itu cuma karangan kan?" Amaira bertanya balik.Robert hanya mengangguk. Amaira menunduk, ternyata benar. Sejarah kelam Skyker hanya dibuat-buat, hukuman-hukuman itu tak pantas didapatkan Skyler. Skyler hanya di kambing hitamkan oleh kaisar terdahulu, demi mendapatkan kekuatan dan kekuasaan.
Amaira melirik kearah Luke. Dan bagaimanapun yang terjadi pada Keluarga Skyler, itu salah kekaisaran. Kekaisaran yang mengabaikan Skylerian, dan membuat Orang tua Luke tiada...wajar saja Luke membenci Algerion.
Lengang sejenak, masalah ini tak enak dijabarkan lebih luas."Tapi eh, kenapa tidak ada yang membela Skyler? Bukankah banyak yang menjalin kerjasama?" Amaira bertanya, dari sisi logika, bukankah banyak bangsawan yang berhubungan baik dengan Skyler.
"Bagaimana ya," Robert mengusap rambutnya yang memutih.
"Para bangsawan itu hanya mencari keuntungan. Tidak peduli benar atau salahnya, yang terpenting adalah kelangsungan dan kenyamanan hidup."Amaira menelan ludah, benar juga. Dasar para bangsawan sialan. Mereka tau kaisarlah yang akan menang, jadi mereka lebih baik meninggalkan Skyler, dari pada terseret masalah lebih jauh lagi.
"Baiklah, mari tinggalkan topik menjengkelkan itu sejenak," Robert memecah keheningan basemen. Dia membuka gulungan kertas yang dipegangnya dari tadi.
"Ini adalah surat dari Grand duke Ravens, ayah anda." Robert menyerahkan gulungan kertas itu.'Mungkin ini terlalu tiba-tiba.
Tapi aku tau putriku ada disana, jadi aku titip dia. Tolong jaga dia baik-baik.'Amaira mengernyit,titip? Emangnya dia barang? Tapi itu jelas itu tulisan tangan Maverick.
"Dasar, dia bahkan tidak menanyakan kabarku terlebih dulu." Robert terkekeh.
"Yah, memang begitulah dia. Tak suka basa-basi.""Sejak kapan anda mengenal ayah saya?" Amaira penasaran, bagaimanapun ini tak ada di novel.
"Jauh sebelum kau ada, nona." Jawabnya pendek, lantas berjalan kearah meja kerjanya. Duduk dengan takzim."Meski infrastruktur Skylerian tetinggal jauh, desa ini terasa damai bukan?"
"Ini berkat keluarga Ravens juga, berkat kakek anda."Amaira tertegun, fakta yang mencengangkan. Bagaimanapun ini sangat berbeda dengan yang ada di Redlily. Termasuk bantuan itu, sangat berbeda saat Amaira yang dulu, malah ingin menghancurkan Skylerian-akibat Luke membela Adelia.
***
Amaira mengusap wajahnya. Saat ini ia duduk di teras. Menikmati angin sore, sembari memperhatikan anak-anak bermain.
Kalau sejarah kelam itu cuma karangan, sudah pasti Skyler akan menuntut keadilan.
Apa ini ada hubunganya dengan rencana Luke?
Lebih baik aku tanyakan langsung..eh?Tiba-tiba saja Luke duduk disampingnya. Hampir saja Amaira keceplosan.
"Kau mau menemuiku kan?" Tanya Luke dengan wajah datarnya.
"Ya, aku ingin bertanya lebih jelas soal rencanamu itu. Kenapa pula harus bawa-bawa aku heh?" Amaira berkata ringkas. Kenapa pula orang ini tau apa yang akan Amaira lakukan?
"Rencanaku ya, jika kau menggunakan otakmu dengan baik kau pasti tau." Balasnya sembari menatap anak-anak bermain.
"Apa!?" Amaira tersinggung. "Langsung katakan saja kan bisa...tak perlu basa-basi seperti itu kan?" Amaira menahan tanganya agar tidak melayang kearah Luke. Entah karena apa, Luke yang sekarang jadi banyak basa-basinya.
Luke tertawa kecil." Kau aneh ya?"
"Biasanya para gadis bangsawan seperti kau akan berbicara seperti itu, ternyata tidak berlaku untukmu ya."Amaira mendengus. "Tentu saja aku berbeda, untuk apa bicara panjang lebar, hanya buang-buang waktu saja."
"Begitu ya, kau memang tak nampak seperti gadis bangsawan." Luke menatap tajam Amaira.
Aduh.. aku salah bicara..
"Jangan alihkan pembicaraan, pertanyaanku belum kau jawab." Amaira mengalihkan topik. Bila dilanjutkan ia bisa keceplosan lagi.
"Baiklah." Luke memandang langit.
"Tentu saja mengambil kembali apa yang sudah menjadi hakku."***
Makasih udah mampir
Jan lupa vote, hehe❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Antagonis
FantasyApa?! Aku jadi Antagonis ? Its okay, aku tinggal merubah alurnya kan? *** Bukankah hal yang wajar kalau sang Antagonis dalam novel memiliki ending yang buruk? Atau tragis? Sama seperti Amaira , sang Antagonis dalam novel berjudul 'Red lily'. Dikisa...