Dua sosok manusia itu hilang muncul ditengah hutan belantara. Sesekali muncul lantas hilang, berpindah beratus meter kedepan. Terus menuju selatan. Sesekali mereka berhenti, memberi kesempatan untuk Luke mengambil nafas. Lantas kembali menerobos lebatnya hutan terlarang.
Dua jam kemudian, mereka sampai di pemberhentian pertama, kota Mista. Wilayah paling utara Algerion. Wilayah ini dalam naungan Marquess Ashter. Luke terlihat pucat, nafasnya terengah-engah. Mereka memutuskan untuk mencari kedai, mencari makan siang.
Siang hari di kota ini terasa sejuk. Dengan kabut yang menutupi sebagian pemukiman. Kota ini juga tidak seramai Ibukota, hanya beberapa orang saja yang lalu-lalang di jalan utama. Amaira dan Luke memutuskan untuk masuk kedalan sebuah kedai kecil. Aroma masakan tercium lezat, membuat perut mereka meronta ingin diisi.
Ada pengunjung lain di dalam, beberapa orang melirik, ketika mereka berdua masuk. Amaira segera memesan makanan dan minuman. Mulai menyantapnya dengan takzim. Begitu juga Luke, menikmati dalam diam.
"Luke, apa aku boleh bertanya sesuatu?" Amaira memulai percakapan, selesai suapan terakhir supnya.
Luke mengangguk, menatap Amaira dengan mata sayunya.
"Jika cincin ini menyembunyikan rupa asliku, itu berarti hanya berpengaruh pada orang tanpa Mana?"
Luke mengangguk lagi, enggan menjawab.
"Pasti ada efek sampingnya kan?" Amaira tahu, semua yang berhubungan dengan sihir-mana, pasti mempunyai konsekuensi. Seperti Luke sekarang, dia nampak lelah sekali.
"Benar, secara perlahan, orang-orang desa akan melupakanmu, tidak ingat kalau kau pernah ada disana." Luke membuka mulut.
Amaira mengangguk pelan. Sedikit sedih, tapi itu lebih baik, dari pada mereka tahu asal-usulnya.
Setelah setengah jam duduk, menunggu Luke pulih, akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan.
"Emangnya kau baik-baik saja?" Amaira cemas menatap Luke.
Luke menggeleng, mengenakan tudung jubahnya." Jangan khawatirkan aku, aku baik-baik saja." Ucapnya dingin.
"Tapi-"
"Kalau kau mau, kau bisa naik kereta kuda dari sini, tapi itu akan menghabiskan banyak waktu. Kau akan sampai dirumah saat Malam." Luke berkata lagi, melihat kesekeliling.
"Tapi itu tidak bisa menjamin keselamatannya.."
"Apa?" Amaira kurang jelas mendengarnya.
"Sudahlah, biarkan aku mengantarmu." Luke segera meraih tangan Amaira membuat mereka hilang lagi. Lantas muncul ratusan meter kemudian, menuju selatan.
Selagi berpindah-pindah, Amaira mendongak, manatap Luke. Tigginya hanya sedagu pria itu.
Amaira sekali lagi teringat nasib Luke di Redlily. Setelah kematian Carinapun, Luke masih sama, tidak peduli. Dia masih mengejar cinta Adelia. Padahal dia tau, Adelia adalah kekasih Hanzel. Perbedaan kasta tak menghentikan dirinya untuk terus mengejar Adel. Hingga saat pernikahan Hanzel dan Adelia digelar besar-besaran. Saat itulah Luke tersadar, dia memutuskan menyerah pada Adel.
Luke yang malang. Sudah sangat terlambat untuk ia memperbaiki semuanya. Carina, satu-satunya orang yang selalu mendukungnya, malah ia sia-siakan. Skylerian, tanah kelahirannya telah lenyap karna wabah dan serangan monster. Segala hal, semua, telah pergi.
Dalam titik terendah itu, Luke memutuskan untuk mengembara. Memilih berpetualang untuk merenungi segala kesalahannya. Pergi mengembara tanpa tujuan, meninggalkan gelar kosong di Algerion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Antagonis
FantasyApa?! Aku jadi Antagonis ? Its okay, aku tinggal merubah alurnya kan? *** Bukankah hal yang wajar kalau sang Antagonis dalam novel memiliki ending yang buruk? Atau tragis? Sama seperti Amaira , sang Antagonis dalam novel berjudul 'Red lily'. Dikisa...