67

2.2K 177 2
                                    

"Oh, selamat malam kak Fred." Amaira melambaikan tangan, menyapa santai. Amaira sempat lupa kalau kamar Fred tak jauh dari sini.  Fred masih dengan wajah serta pakaian yang kusut menatap kedua sosok itu dengan malas.

"Hei, kau, cepat keluar!" Elios segera berjalan kearahnya.

"Pfftt, kau masih saja menyimpan sampah-sampah itu." Fred menahan tawa, melihat seisi ruangan.

"Sampah katamu?!"
"Cepat keluar, kau tidak diizinkan melihat!" Elios mendorong kakaknya agar keluar dari ruangan seninya. Amaira segera mengikuti.

"Itu seni tahu, SENI. Matamu tidak bisa melihat ya?" Elios berkata geram.

"Tidak, aku tidak peduli soal apapun itu, yang jelas kau mengganggu tidurku." Fred merapikan rambut juga kemejanya.

"Kenapa kau belum tidur? Fred menatap Amaira.

"Baru selesai dari kantor ayah, maaf kalau kakak jadi terbangun gara-gara suaraku."

Fred menggeleng, " baiklah, tidak apa, sudah terlalu larut, kau harus tidur." Fred segera mengantar Amaira kembali, mengabaikan Elios yang masih marah.

"Hei, kau harus meminta maaf!" Serunya.

"Maaf, aku tidak peduli." Fred hanya melirik adiknya sekilas, segera pergi bersama Amaira.

"Kakak keterlaluan." Celetuk Amaira. Fred disampingnya mengerdikkan bahu.

"Kukira yang datang tadi ayah, makanya kami kaget." Celoteh Amaira. Mereka terus berjalan melewati lorong-lorong yang gelap, hampir semua penerangan telah dimatikan.

"Siapa suruh kalian berisik." Fred membalas cuek.

Amaira mendengus. Lama-lama sikap kakaknya ini makin mirip dengan Maverick.

"Emangnya aku semirip itu dengan ayah?" Fred tiba-tiba bertanya.

"Yeah, orang yang baru lihat saja akan mengira kalian adalah kembar." Tukas Amaira.

"Haah, merepotkan. Disamakan dengan orang seperti itu? Menyebalkan." Fred berkata sebal.

"Memangnya kenapa?" Amaira menilik wajah kakaknya yang mengeras.

"Dia, hanya anjing kekaisaran yang penurut."

Amaira terdiam, tak mengira kakanya akan berpikir tentang itu, mungkin karna ia tahu masalah perintah Kaisar barusan?

"Jadi, setelah kakak menjadi Grand Duke, apa kakak juga akan melepaskan diri dari Algerion?" Entah kenapa hal itu terbesit dalam benak Amaira.

Fred melirik Amaira sekilas, menarik senyum. "Jawaban yang tepat."

"Hah, serius?" Amaira tidak habis pikir.

"Nggak, mana mungkin. Ravens bagai tulang punggung kekaisaran ini. Sangat tidak mungkin memberontak begitu saja." Fred menatap lurus ke depan. "Kecuali kalau kekaisaran ini hancur, akan mudah-"

Plak! Amaira memukul punggung kakaknya dengan gemas. "Sembarangan!"

"Kakak tidak akan pernah terbayang apa yang akan terjadi setelah itu!" Serunya, segera masuk kamar dan menutup pintunya.

"Dia kenapa sih?"
"Sakit juga," Fred menyentuh bagian punggungnya yang terasa panas.

***

Amaira segera meloncat ke atas tempat tidur, menghela nafas dan memandang langit-langit. Bayangan kehancuran itu masih tergambar jelas, belum lagi kematian keluarganya itu membuatnya cemas. Akankah itu akan terjadi? Amaira menggeleng, _tidak, tidak boleh_. Keluarganya harus selamat.

Takdir Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang