S2. 76

1K 92 2
                                    

"Sudah saatnya," Luke melirik jam dinding, hampir pukul delapan.
"Ayo turun," Luke segera mengambil tangan Amaira dan dalam sekejap mereka sudah ada di tengah-tengah keramaian pesta.

Aula besar itu penuh dengan kebisingan. Para tamu saling mengobrol, menunggu pestanya dimulai. Luke segera melepaskan genggaman tangannya dan segera menuju podium.

"Selamat malam semua," suara Luke menggema, terdengar sangat berwibawa. Perhatian orang-orang segera tertuju pada pria itu, kebisingan aula perlahan surut, segera digantikan oleh keheningan. Para tamu undangan sedikit heran, kenapa tuan rumah tiba-tiba muncul di sana?

"Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk anda semua, karena telah menyempatkan waktu untuk menghadiri pesta kecil-kecilan ini di kediaman saya.. "

Orang-orang di sekitar Amaira mulai berbisik-bisik. Di depan sana Luke nampak tenang membawakan pidato pembukanya. Tamu-tamu itu mendengarkan dengan seksama, beberapa wanita bahkan berseru-seru, seketika menjadi fans Luke.
Yah, bagaimanapun nampak begitu mengesankan melihat pria itu. Dia masih sangat muda, tetapi sudah memiliki kekuasaan lagi kekayaan yang besar.

Dukedom miliknya terkenal akan kemajuan yang pesat belakangan ini. Tak heran pesta pertama yang ia gelar ini mengundang banyak orang, mereka pasti datang karena kesempatan yang diberikan oleh Luke untuk melakukan bisnis bersama.

Lima belas menit Luke berbicara, selama itu pula orang-orang di sana seakan tersihir oleh kesempurnaan rupa juga kata-katanya.

"Kalau begitu, silahkan nikmati pestanya!" Luke mengangkat segelas anggur, suara tepuk tangan bergemuruh memenuhi langit-langit aula.

"Benar-benar, deh." Amaira menggelengkan kepala, menyadari kalau Luke sengaja mempengaruhi orang-orang secara tidak langsung dengan teknik sihir pasifnya. Amaira memilih kembali melihat sekeliling, yang penuh dengan tamu-tamu penting. Ia mendapati beberapa pemimpin wilayah, pengusaha sukses hingga pensiunan kesatria ada di sana.

Diluar itu, nampaknya teman-teman pergaulan kelas atas Amaira pun ada beberapa yang diundang—meski ia memilih menghindari mereka, dia lebih tertarik menuju meja besar penuh kudapan manis.
Di rumah, ia dibatasi untuk mengonsumsi makanan manis karena saran dokter keluarga.

Gadis itu segera mengambil piring dan mulai menikmati berbagai macam kudapan lezat itu. Sudah lama Amaira tidak menghadiri pesta, pesta terakhir yang ia datangi pun sekitar setahun lalu. Bukan karena tidak ada yang mengundang Amaira ke pesta, hanya saja undangan itu selalu ditolak oleh ayahnya. Maverick ingin Amaira fokus dengan pendidikan lanjutannya.

Dia tidak mau membiarkan putrinya bebas bergaul dengan para bangsawan busuk yang hanya ingin mendapat keuntungan karena Amaira adalah seorang Ravens.

Cukup lama Amaira berada di sekitar meja penuh kudapan itu, hingga tiba-tiba seseorang memanggilnya dari samping.

"Selamat malam, nona Amaira," sapanya, suara yang lembut nan jernih. Amaira sedikit terkesiap melihatnya, ia segera menguasai diri.

Kiara, gadis bergaun biru itu sudah pasti mendapat undangan dari Luke karena bisnis ayahnya yang semakin maju beberapa waktu belakangan. Selain itu, besar kemungkinan kalau ayah dari Kiara yang merupakan salah satu menteri istana bisa membantu Luke untuk urusan mendatang.

"Ah, selamat malam juga untukmu, nona Kiara," Amaira meletakkan piring kecilnya, menatap Kiara lebih baik. "Apa ada hal yang ingin anda sampaikan?" Amaira bertanya sopan, matanya dengan cepat melihat kesana-kemari. Mengecek apakah ada teman-teman Kiara yang lain—dalam artian antek-antek Julianne.

Kiara menggeleng pelan, "niat awalnya saya akan menyampaikan pesan dari tuan putri Julianne, namun saya urung, sebab-"

Seseorang tiba-tiba saja muncul dari balik Kiara, "Halo Amaira, lama tidak berjumpa, apa kabar sahabatku?!" Julianne tersenyum lebar, dengan suara melengkingnya itu segera menarik perhatian beberapa orang di sana. Tidak sedikit yang mengenali mereka di sana.

Takdir Sang AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang