6. Chimon, mimpi buruk, & kenangan

441 48 3
                                        


   Chimon terbangun dengan keringat yang membasahi mukanya. Jantungnya berdetak cepat, dadanya sesak, nafasnya memburu. Tanganya bergetar menghapus keringat, mencoba menenangkan diri. Ia bergerak pelan mengambil gelas berisi minum yang selalu ia siapkan sebelum tidur dan meminumnya dalam sekejap. Begitu sedikit tenang, Chimon mengusap kasar wajahnya. Mimpi itu datang lagi. Mimpi buruk yang selalu ia lihat. Mimpi yang berasal dari masa lalu yang coba ia sembunyikan. Masa kelam yang coba ia lupakan.

    Chimon kembali terbaring. Pikirannya melayang jauh ke masa kecilnya. Masa dimana ia hanya tau bermain dan makan. Masa masa yang menyenangkan, jauh sebelum peristiwa itu terjadi didepan  matanya. Peristiwa yang menghancurkan keluarganya, peristiwa yang membuatnya kehilangan sosok saudara. Peristiwa yang membuat dirinya kehilangan semuanya.

    Chimon sejatinya bukan hanya anak tunggal Off dan Gun. Ia memiliki seorang kakak kembar yang bernama Wave Adendra Adikari. Sosok identik Chimon, kakak kembar Chimon, sahabat pertama Chimon. Di masa kecilnya, Chimon adalah anak yang ceria, cerewet, dan penuh akan tawa. Di sampingnya selalu ada sosok Wave yang dewasa, tegas dan peduli. Ia yang menjaga Wave jika kedua orang tua mereka sibuk bekerja. Reputasi Off sebagai CEO perusahaan besar dan Gun seorang desainer terkenal benar benar tak bisa ditinggalkan. Setiap hari, Chimon hanya bersama dengan Wave. Sesekali dengan pembantu rumah tangga yang Off sewa untuk mereka.

   Awalnya semuanya baik baik saja. Hingga hari itu terjadi. Hari dimana Chimon akan kehilangan segalanya, kakaknya, kasih sayang orang tuanya, dan kebahagiannya. Semua itu akan hilang hanya karna satu buah kejadian.

   Pikiran Chimon kembali ke masa sekarang. Ia yang masih terbaring, melihat kearah jam yang menunjukan angka 12 siang. Chimon mengernyitkan dahi heran. Berapa lama ia tertidur. Bukankah ia tertidur di jam 3 kemaren sore. Memilih mengabaikan waktu, Chimon bangku dari kasur namanya, dan segera membersihkan diri. Ia sangat merindukan seseorang sekarang, dan Chimon akan menemuinya.

    Siang ini, awan sedikit mendung. Membuat matahari tak begitu terik. Chimon mengendarai motornya dengan pelan, menikmati usapan angin di wajahnya. Ia sedang tak menggunakan helm ngomong ngomong. Tempat yang ia tuju dekat. Dan jikapun ia celaka, ia tidak peduli. Toh memang itu yang dia inginkan selama ini.

   Chimon menghentikan motornya di sebuah toko bunga. Memesan buket bunga lili putih. Chimon harus menunggu beberapa saat karna sang penjaga harus membuatnya terlebih dulu. Chimon memperhatikan si penjaga yang dengan telaten merangkai bunga bunga itu. Wajah si penjaga itu cukub cantik, dengan tubuh yang tak terlalu pendek dan kulit sawo matang, benar benar khas Asia. Buket bunga itu telah selesai, Chimon segera membayarnya dan pergi. Tapi sesaat sebelum pergi, ia melihat Nanon yang sedang bersama Ohm didekat motornya. Nanon dan Ohm yang tadinya berdebat berhenti ketika Chimon berdehem.
" tuh kan Ohm, apa gue bilang ini motornya Chimon kan!! Lo nggak percayaan si jadi orang " Nanon ngegas.
" kenapa? " tanya Chimon datar. 
" Lo ngapain disini? Lili putih, buat siapa? " hanya Nanon, sementara Ohm masuk kedalam toko, membeli bunga yang ia butuhkan. Nanon memperhatikan Chimon. Ada yang berbeda dengan Chimon kali ini. Auranya sangat kelam.
" seseorang " jawab Chimon datar. Tanpa mempedulikan Nanon ia segera menaiki motornya dan pergi. Tak lama Ohm keluar dan mereka juga pergi ketempat tujuan mereka.

     Kaki jenjang Chimon berjalan menapaki tanah. Suasana sangat sepi, kamboja jatuh kemana mana, puluhan gundukan tanah berjajar rapi diselimuti rumput hijau. Kaki Chimon berhenti tepat dihadapan sebuah makan bertuliskan nama WAVE ADENDRA ADIKARI. sosok yang telah meninggal 2010 silam.
" apa kabar? " suara Chimon sendu
" apa kau baik baik saja? Pasti baik kan? Apa kau sudah bahagia sekarang Wave? Apa kau tak merindukan ku? Aku merindukanmu Wave, sangat merindukanmu " ucapnya sambil menangis. Chimon terisak, ingin menumpahkan segalanya pada Wave. Chimon mengusap lembut nisan Wave. " aku ingin bersamamu Wave. Aku ingin kau menjemputku, kenapa kau tak cepat melakukanya? Kau tau Wave, semuanya berantakan sekarang. Aku takut Wave, aku takut tak bisa bertahan lagi? Aku bahkan belum menemukan siapa yang membunuhmu Wave, Maaf, maaf maaf. Aku bukan saudara yang baik kan Wave? Aku tak bisa melindungimu, aku tak bisa menjagamu, bahkan sekarang aku tak nemuin apa apa buat ngungkap siapa yang udah bunuh kamu maaf "
Chimon meringkuk di samping makam. Menyembunyikan kepalanya diantara kedua lututnya. Menangis sekeras yang ia bisa menumpahkan segala rasa sakit yang selama ini ia tanggung sendiri.

    Matahari telah tidur, Bukan bangun menggantikan posisi sang Matahari. Namun, Chimon belum bergerak sejak posisi meringkuk tadi siang. Chimon kelelahan menangis hingga tanpa sadar dia tertidur. Mengabaikan waktu yang terus berjalan, mengabaikan kekhawatiran Nanon dan sahabat sahabat yang lainnya yang sudah satu hari tidak ada kabar. Hanya Nanon dan Ohm yang melihatnya tadi siang, itupun hanya sebentar. Dan yang membuat Nanon paling khawatir adalah Chimon kembali menjadi Chimon yang kemarin. Chimon yang benar benar dingin dan datar, juga pendiam bahkan beraura kelam. Chimon mengambil hpnya yang sedari tadi ia silent. Tertera puluhan telfon, ratusan chat dari room chat pribadi atau grub. Chimon membuka room chat grub, tanpa membaca pesan sahabat sahabatnya, ia mengetikkan kata singkat bahwa ia tidak apa apa dan jangan perlu khawatir.

     Chimon tak tau harus kemana sekarang. Pulang, bosan, ia gak ingin mendengar keributan orangtuanya. Ke apartemen Drake, lebih tidak mungkin, terlalu malas menanggapi puluhan pertanyaan sahabat sahabatnya. Jadi, satu satunya tempat yang ia pikirkan adalah bar. Chimon bukan tipe peminum yang hebat, tapi ia cukub biasa minum alcohol untuk melupakan masalahnya sesaat.

     Dentuman musik memenuhi telinga mereka, bau alcohol dimana mana. Entah bujukan setan mana, mereka mengikuti permintaan Drake untuk pergi ke bar sambil menunggu kabar Chimon. Dan disinilah mereka sekarang. Banyak wanita wanita haus belaian yang selalu mencoba menarik perhatian mereka. Untung saja mereka bukan laki laki yang haus akan godaan. Saat sedang minum, Frank gak sengaja melihat siluet Chimon yang sedang duduk di meja bar.
" itu Chimon kan? " tanya Frank memastikan.
" lha iya tu Chimon. Dari tadi dikhawatirin lagi minum ternyata " kata Drake.
" pertanyaannya, ngapain Chimon disini? Bukanya dia nggak bisa minum ya? "
Dua pertanyaan First langsung membuat mereka bergerak mendekati Chimon. Bahkan Nanon jalan dengan tergesa gesa. Menepuk bahu Chimon dan seketika Chimon menoleh. Yang pertama Chimon dapatkan adalah muka datar dan mata tajam Nanon. Chimon memejamkan mata, mengumpat dalam hati.
Sial, kenapa mereka disni sih? Bisa berabe nih, males gue jelasin pajang lebar ke mereka ~ batin Chimon

Tbc...

Padahal dari awal udah janji sama diri aku sendiri nggak bakal bikin Story pake konflik berat, tapi gatau kenapa ujung ujungnya malah kaya gini juga. Masalahnya aku tu kalo bikin cerita suka ngga ngefeel. Beberapa kali aku bikin cerita dan nujukin ke temenku, dan mereka bilang ceritaku itu emang nggak ada feel-nya😭😭😭
Menurut kalian yang baca ya, Story ini buat kalian tu gimana sih? Emang kurang feel-nya? Atau aneh di cara penulisan atau ada bahasa yang nggak kalian ngerti? Kalo emang ada komen ya, supaya aku bisa memperbaiki tulisanku lagi hehehe

Jangan lupa Vote...

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang