57. Survey kampus

376 24 6
                                        

Abaikan Typo yang bermekaran
     
    Chimon menghentikan langkahnya didepan ruang keluarga. Melihat jam sekilas yang menunjukkan pukul 12 malam. Seluruh ruangan sudah gelap, lampu sudah dimatikan. Kecuali ruang keluarga itu. Lampu kecil di langit langit atap masih menyala. Lampu kuning pudar, juga sebuah televisi yang menyala. Menampilkan film fantasi romantis adaptasi dari sebuah karya Stephanie Mayer, Twilight. Tersenyum  sambil bersandar di tembok melihat dua orang pria sedang saling merangkul. Menikmati alur film yang epik. Menggeleng pelan. Melanjutkan langkahnya kearah dapur untuk mengambil minum. Setelah mengambil minuman, ia kembali kekurangan tadi dan berdiri di belakangnya tempat dua manusia lain tadi duduk. Melihat bagaimana Edward Sang tokoh utama melindungi kekasihnya Bella dari serangan vampir jahat Victoria.
" belum tidur Pi, Pa? " tanya Chimon tiba tiba yang membuat Off dan Gun berjenggit  kaget.
" kamu itu kok kaya jelangkung sih Mon " sungut Gun kesal. Chimon menaikan sebelah alisnya.
" apaan sih Pa, gajelas amat "
" ya kamu itu yang nggak jelas. Dateng dateng ganggu aja " sungut Off kali ini.
" ganggu apaan, salah sendiri nonton tv malem malem begini. Jam 12 tuh, tidur kek " timpal Chimon ikut kesal.
" bilang aja kamu itu iri kan. Nggak bisa kaya gini sama Nanon kan " tuduh Off. Chimon memasang wajah mengejek, terkekeh kecil.
" yaelah Pi, kalo cuma nonton film berdua malem sama Nanon mah pernah Pi " ujar Chimon.
" eleh sombong " timpal Gun pada Chimon yang sudah menaiki tangga menuju lantai dua.
" iri bilang boss!! "

     Chimon duduk di pinggir kasurnya. Kembali tersenyum saat Chimon mengingat hal tadi. Chimon merenung. Dulu rumah ini terasa bagai neraka untuk Chimon. Tidak ada kebahagiaan apapun, tidak ada sedikitpun senyum yang ada dirumah besar ini. Hanya slalu ada teriakan marah, teriakan benci, saling menyalahkan, dan suara bantingan bantingan benda untuk melampiaskan emosi. Atau suara Chimon yang berusaha menghentikan kedua orangtuanya bertengkar meski mustahil. Namun kini, semua suatu buruk tadi telah hilang, menjadi suara suara halus lembut. Atau malah suara saling mengejek untuk bercanda. Tidak ada lagi emosi, hanya ada tawa.  Rumah yang dulu bagai neraka telah menjelma sebagai surga. Rumah yang aman dan damai. Berjalan ke Balkon, melihat bintang yang bertebaran dengan indah di langit. Di temani rembulan yang bulat indah. Mencari bintang paling terang. Chimon menemukannya, bintang paling terang. Memejamkan mata dan berdoa untuk saudara kembarnya. Membuka mata kembali setelah selesai merapalkan doa.
" bahagia ya Wave. Nggak usah khawatir apapun lagi. Semuanya udah baik baik aja sekarang. Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan lagi. Papi sama Papa juga udah akur, udah bahagia. Lo juga nggak perlu khawatir gue lagi, gue juga udah bahagia disini."  ujarnya pada bintang paling terang. Seakan bintang itu adalah Wave .

.
..
...

Chimon keluar dari kamar mandi menggunakan handuk yang menutupi bagian bawahnya. Menampakkan badanya yang ramping dengan kulit putih mulus. Untungnya hanya ada dirinya dikamar itu. Chimon mendekati lemari dan mengambil pakaian yang akan digunakannya. Menggunakan celana jeans putih panjang yang tidak terlalu ketat dipadukan dengan sweater kuning gading panjang over size. Menata rambut sedemikian rupa. Mengambil tasnya yang ada di atas meja, memasukan dompet dan hp didalamnya. Sedikit berlari keluar kamar. Menghampiri Off dan Gun yang sedang sarapan pagi. Duduk didepan Gun, mengambil piring dan menyendokkan nasi goreng kedalam piringnya.
" nggak ke kantor Pi? " tanya Chimon melihat Off yang hanya menggunakan kaos biasa.
" lagi males ke kantor dia Mon, nggak tau deh kenapa " Gun yang menjawab.
" Papa juga tumben nggak kerja, malah santai dirumah. Biasanya pagi pagi udah ilang aja dari rumah " tanya Chimon lagi.
" pengen nempel sama Papi kali " Off yang ganti menjawab. Chimon hanya mencebik sebagai respon.
" kamu juga mau kemana coba? Udah rapi aja gitu "
" mau survey kampus "
" udah dapet emang? " Tanya Off dan Chimon mengangguk.
" kapan daftarnya Mon, kok Papa nggak tau sih? "
" ya makanya jangan ngebucin mulu, jadi nggak tau perkembangan anaknya " timpal Chimon. Gun hanya mendengus mendengar jawaban sang anak.
" udah gede gitu apanya yang perkembangan coba. Emang kamu anak dibawah 17 tahun apa "
" ya emang perkembangan harus terjadi sama remaja dalam masa pertumbuhan? Atau dari bayi sampe anak anak? Ya nggak lah. Perkembangan itu bisa terjadi sama anak anak, remaja bahkan orang yang udah tua sekalipun " oceh Chimon.
" gak jelas " cibir Gun. Chimon terkekeh kecil mendengarnya. Merasa menang melawan Gun. Sementara Off malah menikmatinya seperti tontonan gratis. Chimon dan Gun pun melanjutkan acara makan mereka kemudian.

   Chimon berlari kecil di antara motor motor. Menghamipiri teman temannya yang sudah menunggunya di depan gerbang kampus.
" sorry telat "
" nggak papa Mon gue juga baru sampe " tutur Ohm yang menggandeng tangan Frist.
" yaudah yuk masuk " ajak Frank, menarik tangan Drake antusias. Chimon hanya menatap mereka malas.
" semua pada gandengan, gue kapan? " lirih Nanon yang melirik ke arah Chimon, mengering jahil lebih tepatnya.
" kelilipan lo?!! " ketus Chimon, berjalan meninggalkan Nanon yang terkekeh kecil.
" sayang tunggu dong " teriak Nanon tanpa malu. sebuah Chimon menggeleng dari jauh. Memasang wajah masam karna teriakan Nanon barusan.

     Pad akhirnya mereka berpencar untuk melihat arena kampus sesuai jurusan yang mereka ambil. Drake Frank memilih jurusan arsitektur, Ohm Frist yang memilih Teknik dan Nanon Chimon yang memilih jurusan kedokteran.

   Nanon dan Chimon entah kenapa menjadi pusat perhatian mahasiswa dan mahasiswi kampus. Entah apa yang mereka lihat dari dirinya dan Nanon, Chimon tidak tau. Yang pasti dirinya sudah mulai risih dengan mata mata itu. Nanon yang menyadari kekesalan Chimon terkekeh kecil. Nanon berinisiatif menggandeng tangan kecil Chimon. Menambah beberapa tatapan berbeda dari setiap orang. Sedangkan Chimon hanya mendengar kesal. Ia mengerucutkan bibirnya, melirik tajam Nanon yang malah terlihat gemas di mata Nanon.

Di tempat lain, Frank duduk dengan tenang di taman fakultas. Menatap beberapa mahasiswa yang sepertinya dengan sibuk dengan tugas tugas mereka. Kemudian matanya menelisik, mencari dimana keberadaan Drake. Frank menyipitkan mata begitu melihat Drake berbicara dengan beberapa mahasiswi berpakaian seksi. Dalam hati Frank mendecih melihat kelakuan Drake. Frank yang kepalanya kesal akhirnya mendekati Drake dan beberapa gadis itu. Dengan santainya, ia menarik lengan Drake dan memeluknya. Merapatkan tubuh Drake pada tubuhnya sendiri. Matanya menatap tidak suka pada gadis gadis didepanya, seolah mereka adalah penggoda yang ingin Drake memuaskan mereka. Frank bahkan jijik dengan gaya pakaian mereka, mereka ini di kampus atau Di tempat prostitusi sebenarnya. Lihatlah pakaian mereka. Rok mini, terlalu mini memperlihatkan paha yang sebenarnya mulus namun Frank tidak mau mengakuinya. Juga kemeja yang kancingnya terbuka terlalu kebawah, menapakan dua tonjolan dasa yang tidak terlalu besar. Oh dan jangan lupakan make up menor mereka. Frank mendecih lebih keras kali ini, secara terang terangan menatap mereka jijik.
" Lonte " ujar Frank tanpa mempedulikan reaksi ketiga gadis tadi. Ia segera menarik Drake menjauh.

  Ohm sedang menatap wajah First yang berbaring menggunakan pahanya sebagai bantal. Lelah dan haus mendominasi mereka. Terik matahari menambah lelah mereka. Mereka telah menjelajahi fakultas teknik itu. Fakultas yang cukup luas. First terkekeh menatap wajah Ohm dari bawah. Terlihat tampan dengan kulit tan yang sempurna. Wajah yang selalu membuatnya jatuh cinta berkali kali.

Tbc

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang