11. Chimon Narendra Adikari

357 43 8
                                    


Chimon duduk menunduk di pinggir kasurnya. Dia sudah kembali dari sekolah. Off dan Gun yang mengantarnya. Melangkah perlahan ke balkon kamarnya, duduk di salah satu kursi dan mulai menutub mata. Mencoba mengingat kenangan yang tak seharusnya ia ingat. Kini pikirannya melayang ke beberapa hari setelah kecelakaan terjadi.

25 Agustus 2010, tepat 3 hari setelah kecelakaan seorang Wave Adendra Adikari. Meninggalnya Wave pasti meninggalkan banyak duka bagi keluarganya. Terutama Chimon, saudara kembar Chimon yang setiap saat bersama dengan sama sama. Tepat setelah kecelakaan Wave, Chimon hanya mengurung dirinya didalam kamar. Ia membanting segala benda yang ada dikamarnya, melukai beberapa sisi kulitnya. Menolak makanan apapun yang diantarkan para pelayan.

Chimon semakin terluka saat ia harus melihat kedua orangtuanya yang masih sibuk bekerja meski masih suasana berduka sekalipun. Chimon kecewa, sangat kecewa.

Sepenting itukah kerjaan mereka Sampek mereka nggak peduli sama kematian Wave? Apa aku sama Wave emang nggak penting buat mereka? " batin Chimon saat itu.

Matanya jelas menangkab bayangan Off dan Gun yang pergi dengan setelan jas mewah dan elegan. Chimon kecil hanya tersenyum sinis. Air mata kembali turun saat ia kembali merindukan sosok Wave. Ia memeluk foto Wave hang dari kemarin tidak pernah Chimon lepas. Kehilangan Wave sama saja kalehilangan separuh nafasnya, kehilangan separuh jiwanya.

Mulai dari hari kecelakaan itu, semuanya berubah. Tidak ada lagi Chimon yang ceria, ramah dan manja. Gang ada hanya Chimon yang pendiam, dingin, dan cuek. Bahkan Off dan Gun menjadi jarang pulang kerumahnya. Mereka lebih sering menginap di kantor atau di hotel terdekat kantor mereka. Hal itu membuat Chimon menjadi anak yang tak kenal kasih sayang dan hanya tumbuh menjadi anak yang anti sosial dan terkesan suram.

Chimon dibuat makin hancur saat harus mengetahui fakta bahwa orangtuanya sama sama memiliki orang lain dalam hidubnya. Membuat rumah tangga mereka diujung tanduk dan hampir hancur. Setiap hari mereka hanya bertengkar jika bertemu, mereka bahkan tidak pernah pulang hanya untuk menghindari pertengkaran itu. Hanya meninggalkan Chimon bersama para pelayan yang jelas takut akan sikap Chimon yang dingin dan cuek. Chimon semakin membenci mereka, namun tidak benar benar membenci karna ia tak pernah bisa, mah bagaiamapaun mereka tetab orangtua Chimon. Chimon tumbuh menjadi pemuda yang hidub penuh dalam tekanan.

Hidub dalam rasa bersalah pada Wave, benci pada orangtuanya, dan menyesal telah lahir di dunia. Terlahir hanya untuk terluka, untuk apa? Pikir Chimon. Pikiran pikiran itu yang membuat Chimon berulang kali melakukan percobaan bunuh diri. Mulai dari menggores tepat denyut nadi, terjun dari gedung bertingkat, meminum obatan keras, sampai sengaja menabrakkan motornya ke pembatas jalanan dengan sangat kencang. Namun entah kenapa ia selalu selamat dan hanya mendapat luka kecil. Ia ingin mati, namun Tuhan tak pernah mengizinkannya. Chimon benar benar terpuruk.

Hingga ia bertemu dengan sosok Nanon Setian Januarta, laki laki tampan dan manja yang merubah semuanya. Nanon, satu satunya orang yang kembali membuat Chimon menjadi sosok manja dan butuh kasih sayang. Sikap Nanon yang manja diluar namun dewasa didalam mengajari Chimon caranya mencintai, kembali membuat Chimon menjadi sosok lemah yang menangis saat terluka dan tertawa saat bahagia. Dengan Nanon, Chimon kembali menjadi sosok yang lebih ramah dan sedikit bergaul meski kesan dingin dan datar masih terlukis di wajahnya. Tanpa Nanon, Chimon hanya sosok manusia tanpa ekspresi yang hanya akan menjadi sosok yang menyeramkan bagi orang lain.

Sebesar itulah pengaruh Nanon bagi Chimon? Jawabannya, iya. Nanon memang sangat penting bagi Chimon. Nanon adalah nafasnya, jika Nanon pergi, maka Chimon akan kehilangan nafasnya.

Pikiran Chimon kembali ke masa kini. Membayangkan masa lalu memang sakit. Air mata kembali menetes tanpa ia minta. Rasa bersalah, menyesal, kecewa, marah, sakit, dan dendam itu ada. Menggerogoti hatinya, beruntung ia memiliki Nanon yang selalu bisa menenangkanya saat ia merasa ingin mati.

Chimon kembali merenung, memikirkan banyak usahanya gagal. Usaha dalam mencari pelaku pembubuhan Wave. Chimon yakin, jika kematian Wave sudah direncanakan oleh seseorang. Entah siapapun itu, Chimon sudah berjanji untuk menangkan orang itu, dan membalasnya dengan balasan yang setimpal. Amarah jelas menguasai hatinya. Keinginan untuk membalas kematian Wave terpatri dalam hatinya. Sudah banyak cara ia lakukan, namun selalu gagal. Ini cara terakhir yang punya. Meminta bantuan pada Singto Anan Widjaya, rekan kerja Off dan mantan tunangan Gun. Sosok cerdas yang telah menikah dengan sosok manja Kristian Manowa. Singto adalah mantan Detektif yang berhenti karna kecelakaan yang ia alami beberapa tahun silam. Kecelakaan yang mbuat dirinya lumpuh selama dua tahun dan terpaksa berhenti menjadi detektif untuk fokus pada pengobatannya.

Jika Singto pernah bekerja sama dengan Off yang Arogant dalam kasus korupsi dan bertunangan dengan Gun yang egois, kini ia berhadapan dengan sosok Chimon. Sosok duplikat Off dan Gun. Tidak bisa dibantah, dingin, angkuh dan suram itulah pandangan Chimon dimata Singto. Jauh lebih tau tak membuat Singto berani pada sikap Chimon. Di luar Chimon memang sosok baik dengan sikap dinginnya. Namun siapa sangka, jika didalam dirinya tersimpan sikap angkuh dengan dendam terpatri dihatinya.

Chimon, tak akan pernah menyerah untuk mencari siapa pembunuh saudara kembarnya. Ia berjanji di hadapan makam Wave, jika ia akan menemukan pelakunya dan menghukumnya dengan tangannya sendiri. Chimon dibuat merasa bersalah karna tak segera mendapatkan pelakunya. Ditambah dengan kegalauannya dengan perasaan yang belum terbalas bahkan terkesan digantung.

Menghela nafas, Chimon mengeluarkan hpnya dan menelfon seseorang.
" halo "
" ya "
" cepet cari tau informasi sekecil apapun. Ini harus cepet selesai. Wave harus tenang disana "
" baik "
Mematikan telfon dan kembali kedalam kamar dan tertidur. Mengistirahatkan diri dari segala pikiran yang menyesakkan hatinya.

.
.
.
.

Pagi telah tiba, Chimon membuka matanya. Gorden yang belum ia tutub membuat sinar matahari merangsak masuk kedalam matanya. Mengedip mata membiasakan cahaya matahari. Duduk termenung di atas kasur. Kembali mengingat peristiwa kemarin. Nanon dan yang lain pasti masih mengkhawatirkan dirinya.

Chimon kemudian turun dari kasurnya dan bersiap mandi. Hari ini hari Minggu, harinya bersantai bagi orang lain tapi tidak bagi Chimon. Setelah selesai dengan urusan mandi, ia segera kebawah dan sarapan. Lalu pergi menggunakan mobilnya yang ada di garasi.

Chimon memarkirkan mobilnya disebuah caffe. Seperti biasa, ia akan menemui Singto untuk menanyakan hasil kerjanya. Didalam caffe, Singto duduk dengan damai sambil membaca hasil laporan yang ia bawa. Tersenyum miris saat melihat beberapa foto yang sengaja ia ambil secara diam diam. Tak menyadari jika sang pemain utamanya sedang berjalan dengan angkuh kearahnya. Pandanganya teralih ketika melihat sosok Chimon duduk dihadapannya dengan aura kelam seperti biasanya.
" apa yang kau temukan? "
" bacalah ini, tapi ingat jangan sampai kelepasan. Ini di Caffe "
Chimon mengangguk mengerti. Tangannya tergerak membuka amplop coklat berisi beberapa dokumen dan foto dua orang. Mata Chimon membelalakkan ketika melihat dengan jelas siapa yang ada dalam foto itu.
" ini....? "
" yeah, Oab and Mook "
" mereka.....kekasih "
Singto mengangguk,
" seperti yang kau lihat, dalam foto itu bahkan mereka berciuman. Padahal yang kita tau, mereka nggak saling kenal kan? Nggak mungkin mereka cuma one night stand di Klup. Pasti lebih dari itu, look, mereka bahkan berciuman lebih dari tiga kali kalo kita liat dari perbedaan bajunya " jelas Singto
" then, apa hubungannya dengan Wave? "
" ini baru kemungkinan, tapi... " Singto menggantung ucapannya membuat Chimon penasaran.
" What?!!! " tanya Chimon tak sabar
" Look, kau tentu masih ingat mobil apa yang menabrak Wave kan? "
Chimon mengangguk
" Grand Livina Putih "
" ya, dan liat. Mobil ini, Grand Livina Putih, dipakai Oab untuk menjemput Mook kemarin malam "
" nggak, ngga mungkin mereka Paman, itu udah beberapa tahun lalu, mobil itu mungkin udah nggak ada "
" bisa jadi. But Please Look this Chimon, banyak yang aneh disini. Hubungan mereka, mobil ini, Sampek gimana caranya mereka bisa punya hubungan sama Off dan Gun. Semua ini udah kaya rekayasa "
Chimon terdiam, otaknya masih tak menerima penjelasan Singto.
" kalok kamu mau yang lebih jelas, silahkan tanya ke Off dan Gun, gimana cara mereka bertemu dengan Oab dan Mook, semuanya bakalan terasa aneh Chimon " saran Singto.
" baiklah, kalau begitu aku pergi duluan " pamit Singto. Chimon mengangguk, pikirannya masih memikirkan informasi yang baru ia dapatkan dari Singto.
" kalau itu mereka, kenapa? Kenapa mereka ngelakuin itu? Kenapa harus keluarga gue?! " kata Chimon penuh penekanan.

Tanpa Chimon sadari, sejak tadi Nanon dan keempat sahabatnya melihat dirinya bersama Singto dan sedikit mendengar percakapan mereka.

Tbc

Vote
Komen
Kritik
Saran
Panjang banget gak?
Bosen gak sih baca Story ini?
Jawabyaaaa?

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang