Nanon duduk diam diatas kasurnya. Ia sungguh tak mood malakukaan apapun. Pikirnya lagi dan lagi selalu kembali ke Chimon. Tak ada yang lain yang ia pikirkan selain Chimon. Kata kata tajam Drake yang bilang selalu menyakiti Chimon terus terulang. Kata Frank yang mengatakan jika ia tidak bergerak cepat maka ia akan terlambat sungguh membuatnya takut. Takut kehilangan Chimon, dan takut Chimon berpaling. Tapi ia juga resah karna ia sendiri gak tau bagaimana perasaanya.New berteriak memanggil dua putranya juga suaminya untuk makan malam. Tak lama Tay dan Pluem turun untuk makan malam, tapi tidak dengan Nanon. New sekali lagi berteriak untuk memanggil Nanon. Tay dan Pluem bahkan sampai menutup telinga mereka karna suara menggelegar New.
" Pa udahlah, jangan teriak teriak gitu ah. Gak baik, udah malem nih " kata Pluem lembut.
" ya habis adek kamu tuh, dipanggil dari tadi gak turun turun. Kaya nggak punya telinga aja "
" hin udahlah. Nanti Nanon juga turun sendiri. Tuh liat, dia turun " kata Tay lembut. Nanon yang berjalan keruang makan, mendapat tatapan aneh dadi kelurganya.
" kamu sakit Non? " tanya New agak khawatir.
" enggak kok Pa "
" terus kenapa? Kok lesu amat gitu sih, kaya ngga punya semangat hidub gitu " kata Tau lembut, ia membawa tanganya untuk mengelus lembut kepala Nanon sayang.
" ngga papa Dad. Nanon cuma ada masalah aja kok "
" masalah? " tanya Pluem heran.
" masalah kecil kok Kak " jawab Nanon
" masalah hati ya? " tanya Tay tepat sasaran. Nanon hanya terkekeh geli.
" sok tau aja Dad "
" eh jangan salah. Gini ginikan Daddy pernah muda "
" iya iya " jawab Nanon pasrah.
" udah udah makan nih " kata New.Selesai makan malam, Nanon langsung ke kamarnya. Mendudukkan dirinya di kursi meja belajarnya. Mengambil sebuah pigura berisi fotonya dan Chimon. Entah apa kenapa Nanon sangat menyukai foto itu. Itu hanya sebuah foto saat Namon dan Chimon pergi bersama. Saat itu, Off Gun untuk kesekian kalinya kembali bertengkar. Chimon yang jengah meminta Nanon untuk menemaninya keluar. Nanon yang tau kondisi Chimon dengan senang hati menemani Chimon. Berusaha membuat Chimon bahagia dengan dirinya. Dan foto itu, adalah salah satu kebahagiaan Chimon bersama Nanon. Dalam foto itu, Chimon tersenyum cerah, senyuman yang manis dan dan matanya yang melengkung indah. Nanon tersenyum manis melihat wajah Chimon. Melihat jam sudah menunjukan pukul 10 malam.
Nanon bergerak gelisah di kasurnya. Ia tidak bisa tertidur. Kata kata Drake dan Frank selalu berputar diotaknya. Ia membanting bantalnya di lantai. Ia sama sekali tak tau harus berbuat apa. Ia membutuhkan seseorang untuk bercerita. Melirik jam, menunjukan pukul 12 malam. Ia menuruni kasurnya dan berjalan menuju kamar lain.
Nanon berdiri didepan kamar, ragu untuk mengetuk kamar seseorang. Pluem bukan tipe orang yang bisa tidur dengan cepat. Ia akan selalu sibuk dengan tugas sehingga ia sering tidur di atas jam satu malam. Dan jika ia sedang tidak sibuk, maka dia akan diam membaca buku. Nanon cukub yakin jika Pluem memang belum tidur. Nanon memberanikan dirinya untuk mengetuk pintu kamar sang kakak. Ia membuka pintunya dan mendapati sang kakak sedang membaca novelnya.
" Kak " panggil Nanon
" masuk Non, kenapa? Tumben malem gini belum tidur? " tanya Pluem. Pluem dapat melihat wajah Nanon yang kusut dan berantakan.
" kamu suka sama siapa? " tanya Pluem lembut. Nanon tertegun, inilah untungnya punya kakak yang pengertian dan gampang memahami seseorang. Tak perlu repot repot cerita panjang lebar. Dia akan langsung paham.
" gimana rasanya suka sama sahabat sendiri? " tanya Nanon. Ia tau, Pluem bukan tipe orang yang suka basa basi.
" kamu suka Chimon ya? " tanya Pluem To The Point. Nanon tertegun lagi lalu mendesah pelan.
" jangan suka liat liatan sama Daddy kak. Jadi ketularan pekanya kan! " sinis Nanon. Sementara Pluem malah tertawa keras.
" jadi beneran tentang Chimon? "
Nanon mengangguk.
" kak, Nanon tuh bingung banget kak. Nanon tau kalo Ohm sama Chimon itu sama sama suka Nanon. Awalnya Nanon nggak mau milih salah satu diantara mereka karna Nanon nggak mau mereka terluka. Tapi ternyata, tanpa Nanon sadari Nanon malah nyakitin mereka, terutama Chimon " jelas Nanon.
" terus sekarang Nanon udah minta maaf sama Chimon belum? "
Nanon menggeleng.
" sekarang semuanya berubah kak. Ohm kayaknya cuma terobsesi sama Nanon, dia sekarang malah sama kaya Nanon "
Pluem paham, ia mengangguk.
" jadi sekarang perasaan Nanon ke Chimon gimana? "
" itu dia kak yang buat Nanon bingung. Nanon gak tau gimana perasaan Nanon sama Chimon. Nanon nggak suka dia deket sama siapapun. Nanon rasanya kesel dan pengen marah. Nanon rasanya pengen banget nonjok orang yang modusin Chimon "
Pluem terdiam, ia sebenarnya ingin tertawa keras mendengar Nanon. Tapi melihat wajah nelangsa Nanon ia diam. Ia heran memiliki adik yang pintar dalam hal akademi, tapi bodoh masalah hati.
" kamu suka sama Ohm? "
Nanon refleks menggeleng. Lalu menghela napas.
" buat Nanon, Ohm cuma sahabat dan gak lebih "
" terus kalo Chimon? "
Satu hal yang tak Nanon sadari, Pluem berusaha memancing kepekaan Nanon tentang perasaanya sendiri.
" kalo Chimon tuh beda kak. Chimon bisa buat Nanon jadi diri Nanon sendiri. Sama Chimon Nanon nyaman kak. Nanon selalu tenang sama Chimon. Buat Nanon, Chimon adalah segalanya. Tanpa Chimon mungkin bukan apa apa kak " jelas Nanon. Pluem tersenyum manis. Nanon terdiam seakan menyadari apa yang baru saja ia katakan.
" udah lega belum? " tanya Pluem. Nanon mengangguk cepat. Ia segera memeluk Pluem, tapi belum beberapa menit wajah Nanon kembali murung.
" kenapa lagi nih? "
" gimana kalo Chimon udah gak suka sama Nanon kak. Akhir akhir ini, dia dideketin sama cowok lain kak "
Pluem menghela napas.
" gini aja. Kamu pepet Chimon terus jangan kasih kesempatan sama orang ndeketin Chimon buat deketin Chimon lagi " saran Pluem. Nanon mengangguk paham.
" makasih ya kak. Kak Pluem emang yang terbaik deh " kata Nanon sambil memeluk Pluem erat.
" iya iya. Udah sana tidur udah malem nih "
Nanon mengangguk, ia segera kembali ke kamarnya..
.
.Beda Nanon, beda lagi sama Ohm. Ia sama sekali tak mau turun untuk makan malam. Ia malas hanya sekedar bergerak, bahkan jika ia bisa hidub tanpa bernapas pun ia memilih untuk tidak bernafas. Ia mengabaikan teriakan teriakan Gulf bahkan ketukan pintu dari Mew. Mengabaikan kekhawatiran Papa Pipinya.
Jam menunjukan pukul 11 malam. Ia merasakan lapar yang menggerogoti lambungnya. Dengan malas ia turun kebawah untuk makan. Mengernyitkan alisnya saat Papa Pipinya duduk dengan khawatir.
" Papa, Pipi belum tidur? " tanya Ohm pada Mew Gulf yang memasang wajah khawatir.
" astagaaa, kamu akhirnya keluar juga Ohm. Kamu nggak tau kahwatrinya Papa sama Pipi apa kamu nggak keluar keluar " omel Gulf.
" maaf Pi, Ohm lagi ada masalah "
" masalah apa sayang " kata Mew lembut.
" nggak Pa. Bukan masalah besar kok. Masalah kecil "
" kenapa si, sini cerita sama Papa dan Pipi " ajak Gulf, menggandeng tangan Ohm keruang tamu, bersama Mew.
" kamu kenapasih? Masalah apa? Sampek gak mau keluar makam gitu? " tanya Gulf.
" Papa tebak, pasti soal hati ya? " tanya Mew. Tanpa ragu Ohm mengangguk. Mew dan Gulf memang selalu mengajarkan Ohm untuk open minded dengan mereka.
" emangnya kamu suka sama siapa? " tanya Mew.
" gak tau Pa, Ohm bingung "
" lah " bingung Gun.
" coba jelasin sini " titah Mew
" awalnya Ohm pikir Ohm suka sama Nanon pah. Ohm bahkan berantem sama sahabat Ohm cuma buat Nanon. Ohm tau Ohm egois, Ohm tau Ohm emosian, sahabat Ohm minta Ohm ubah sifat Ohm kalo Ohm mau sama Nanon. Dan Ohm berusaha untuk itu. Tapi sisi lain Ohm, Ohm tau ada orang lain yang suka sama Ohm dan usah nunggu Ohm sejak lama. Tapi Ohm ngabaiin perasaan dia. Dia sering nangis karna Ohm, dia sering terluka karna Ohm " jelas Ohm. Mew Gulf hanya diam menunggu Ohm menyelesaikan ceritanya.
" lama kelamaan Ohm sadar, kalo rasa Ohm buat Nanon tu cuma obsesi Pa. Dan sekarang malah Ohm ngrasa sakit kalo liat orang yang suka Ohm sakit. Tadi temen Ohm marah sama Ohm. Katanya Ohm terlalu nyakitin dia. Katanya Ohm terlalu bodo nggak paham sama perasaan dia "
" dan sekarang? " tanya Mew
" dan sekarang, Ohm gak tau harus apa Pa. Ohm gak tau perasaan Ohm sama dia kaya gimana. Ohm sama sekali nggak paham. Yang Ohm rasain Ohm selalu sakit ngeliat dia nangis karna Ohm. Hati Ohm nyeri, dan dada Ohm sesek liat dia deket sama orang lain "
Mew dan Gulf sama sama menghela napas. Ia bingung dengan anak mereka satu satunya.
" duh Ohm Ohm kok kami bisa bisanya nggak paham sama perasaan kamu sendiri. Padahal apa yang kamu rasain itu udah jelas sayang " kata Gulf heran.
" maksud Papa? " tanya Ohm.
" gini gini Ohm, kamu sakit liat dia nangis. Kamu sesek liat dia deket sama orang lain. Kami yakin kamu nggak punya perasaan sama dia? Setelah semua yang kamu rasa? " tanya Gulf. Ohm terdiam, mencoba menyermati apa yang Gulf bilang.
" Ohm, kira kira gimana reaksi Papa kalo liat Pipi sama orang lain? " tanya Mew
" marah " jawab Ohm.
" gimana kalo kamu liat dia sama yang lain? " tanya Gulf
" marah Pi " jawab Ohm
" gimana kalo reaksi Papa kalo liat Pipi nangis? " tanya Mew
" ikut sedih "
" gimana kalo kamu liat dia nangis? " tanya Gulf.
" sedih Pi, dan sakit " jawab Ohm pelan. Ia mulai menyadari sesuatu sekarang.
" dan gimana reaksi kamu jalo dia pergi dari kamu? " tanya Mew
" atau mungkin jadian sama yang lain karma capek nunggu kamu " lanjut Gulf. Ohm seketika menggeleng. Ia bahkan mengatakan tidak berkali kali. Mew dan Gulf hanya menggeleng maklum.
" udah paham sekarang? " tanya Gulf dan Ohm lagi lagi mengangguk.
" dasar anak muda. Belibet banget masalahnya " ejek Mew.
" yaudah kamu makan gih, sana habis itu tidur " titah mutlak Gulf.
" siap Pi "Tbc....
Typo tolong benerin sendiri ya...
Jangan lupa Vote And KomenBye Bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Feeling ~Namon~
Teen Fiction" terima kasih telah berada dihidubku, terimakasih sudah menemaniku disaat hari hari kelamku, terimakasih telah menjadi sandaranku disaat aku membutuhkan seseorang di sisiku. tapi bolehkah aku berharap lebih darimu, untuk terus ada di sisiku, untuk...