Chapter spesial masa lalu Chimon.
Dua anak berwajah sama berlarian di sebuah halaman rumah yang besar dan mewah. Yang satu cenderung tampan dengan kaca mata dan wajah datarnya dan yang satu terkesan manis dengan senyum cerahnya dan suara imutnya. Berlarian saling bekerja dan menghiraukan panggilan panggilan dari pengasuh mereka sejak kecil. Pengasuh mereka dibuat kewalahan memperingatkan mereka untuk makan siang, karna yang ada dua bocah itu malah terus berlari dan berteriak dengan gembira. Tak hanya sang pengasuh, beberapa maid bahkan dibuat geleng geleng dengan sikap si bocah tampan yang dingin ketika bersama orang lain bahkan orangtuanya sendiri, tapi akan bersikap layaknya anak kecil jika sedang bersama kembarnya.
Wave Adendra Adikari dan Chimon Danendra Adikari. Saudara kembar yang lahir di tanggal 15 Januari 2001 di jam 12 malam. Terlahir di keluarga Adikari adalah sebuah keuntungan bagi mereka, siapa yang gak mengenal Off Adikari dan Gun Steward, laki laki spesial yang memiliki rahim dan dapat mengandung. Sosok artis dan desainer terkenal yang sudah memiliki nama besar kemana mana. Menikah dengan sosok Off Adikari, CEO Adikari Corp.
Awalnya semua memang baik, meski Wave dan Chimon kekurangan kasih sayang dari kedua orangtuanya, namun mereka tumbuh dengan baik bersama pengasuhnya. Wave yang tumbuh dengan sikap dewasa, peduli dan mandiri, dan Chimon yang tumbuh dengan manja, perhatian, dan ceria.
Apapun yang Wave dan Chimon mah selalu diberi. Apapun itu, yang termahal sampai yang limited edision sekalipun. Wave dan Chimon seperti hanya hidub berdua. Sikap dewasa Wave mampu membuat Chimon nyaman dan hanya membutuhkan Wave disisinya. Bukanya ia benci pada Off dan Gun, Chimon sangat menyayangi mereka, yang Chimon butuhkan bukanlah harta mereka, tapi kasih sayang yang jarang mereka berikan untuk Chimon dan Wave. Wave selalu bisa menjadi sahabat, kakak, saudara yang baik bagi Chimon. Chimon sangat menyayangi Wave dan begitupun juga sebaliknya.
Hingga hari itu terjadi, kejadian yang merubah seratus delapan puluh derajat hidub Chimon. Peristiwa yang mampu merubah dari Chimon yang manja, ceria dan selalu tersenyum menjadi sosok Chimon yang dingin, datar, dan cuek. Peristiwa yang akan selalu terbayang di kepala Chimon, dan membawanya pada mimpi buruk dalam tidurnya. Peristiwa yang selalu membawa perasaan bersalah dan menyesal, meski peristiwa itu terjadi bukan karna salahnya.
Saat itu, cuaca sedang terik. Matahri bersinar tepat di atas kepala. Dua bocah berusia 9 tahun terus berlarian ke sana kemari disebuah taman bermain dekat rumah. Senyum jelas tercetak di wajah kedua bocah itu, Wave dan Chimon. Mereka pergi tanpa pamit atas permintaan Chimon. Ia bosan dirumah, orangtuanya lagi dan lagi harus melupakan pekerjaan yang jauh di Phuket. Meninggalkan dua putra mereka rumah hanya bersama dengan pengasuh. Chimon yang marah mengunci dirinya di dalam kamar. Wave yang khawatir berjanji menuruti semua keinginan Chimon. Dan dari sinilah, semua peristiwa itu dimulai.
Dengan sedikit bujukan, Chimon berhasil membawa Wave ke taman bermain dekat rumah mereka tanpa memberi tau pengasuh atau maid di rumah. Chimon berpikir jika dia dan Wave pergi tanpa pamit, kedua orangtuanya akan mencarinya dan akan meluangkan waktu untuk bersama mereka. Chimon yang masih kecil tidak tau apa resikonya, begitupun juga dengan Wave. Meskipun Wave bisa dikatakan dewasa, ia masih seorang anak umur 9 tahun yang tidak mengerti apa apa. Tidak tau apa resikonya, dua putra keluarga Adikari berkeliaran di luar rumah tanpa pengawasan adalah hal yang paling menguntungkan bagi musuh musuh keluarga Adikari. Keluarga Adikari adalah keluarga kaya raya yang perusahaan mereka telah berhasil menduduki angka pertama dalam perusahaan terbesar di Asia. Tentu banyak musuh yang ingin mengambil alih perusahaan itu. Gun dan Off tidak pernah mengizinkan Wave dan Chimon pergi dari rumah tanpa pengaman karna masalah ini. Mereka tau dan sadar jika mungkin saja nyawa anak mereka dalam bahaya karna menjadi incaran banyak pihak. Wave dan Chimon hang masih kecil mana tau hal seperti itu.
Wave dan Chimon masih bermain di taman bermain. Mereka bahkan lupa jika waktu sudah hampir sore dan mereka juga melupakan bagaimana orang orang dirumah ketar ketir mencari mereka. Saat ini Wave dan Chimon sedang duduk dibawah pohon mangga yang rindang, dan membuat udara menjadi sejuk. Chimon masih terus tersenyum menahan wajah Wave. Namun tiba tiba senyum itu hilang, karna entah kenapa ia ingin menangis, seperti ia akan ditinggalkan oleh Wave. Wave yang menyadari perubahan ekspresi pun mulai khawatir dan berinisiatif untuk membawa Chimon pulang. Namun Chimon menahan tangan Wave yang akan melangkah dan membuat Wave duduk di depannya. Sekarang mereka berhadapan, tangan Wave mengelus sayang kepala Chimon tanda bahwa ia sangat menyayangi Chimon. Chimon malah menangis seperti tidak suka dengan elusan itu, dengan terisak, ia memeluk Wave erat seakan akan ada yang mengambil Wave darinya.
" Wave....jangan tinggalin Chimon. Chimon nggak mau sendiri.... Jangan tinggalin Chimon yaaa " Isak Chimon, entah kenapa Wave ikut menangis sekarang. Dadanya sesak ketika Chimon mengatakan itu, perasaan buruk jelas hinggap di hatinya. Wave gak bodoh untuk tau apa yang dia rasakan sekarang. Sebagai seorang kakak, ia tentu tau jika mereka memiliki firasat yang sama, salah satu akan meninggalkan hang lain, entah dengan cara apa.
" Chimon, Wave janji nggak akan pergi ninggalin Chimon. Selama kita bakal berdua, Sampai tua "
" Wave Janji " tanya Chimon, matanya membengkak sekarang, perasaan takut itu masih ada.
" Janji " bukanya tenang, Chimon semakin memeluk erat Wave. Ia tidak akan pernah rela jika ia kehilangan Wave.
" Chimon jangan nangis lagi dong, Wave nanti ikutan nangis loh " bujuk Wave, namun nihil, Chimon masih terus memeluk Wave.
" Wave beliin es krim deh "
Chimon menggeleng
" yaudah kalo nggak mau es krim, boneka Pikachu gimana? " boneka Pikachu biasanya selalu ampuh membujuk Chimon yang sedang menangis, namun kali ini, lagi dan lagi isakan Chimon semakin keras dan pelukannya kian mengerat.
" Chimon kenapa sih? Coba cerita sama Wave Chimon kenapa? "
Chimon menggeleng dalam pelukan hangat Wave.
" Chimon nggak mau apa apa, Chimon cuma mau Wave selama sama Chimon. Chimon sayang Wave, Chimon nggak mau kehilangan Wave, Chimon cuma sayang sama Wave "
" iyaaa, Wave juga sayang kok sama Chimon, selamanya kita bakal bersama, Wave bakal jagain Chimon terus kok, jadi Chimon Jagan nangis lagi ya " bujuk Wave sekali lagi. Kali ini Chimon mengangguk. Wave melepas pelukannya dan mengajak Chimon pulang.
" yaudah pulang yuk "
Chimon mengangguk dengan masih terisak kecil.
Jarak rumah mereka dengan taman bermain memang tidak jauh. Namun memang harus menyebrang jalan besar untuk kedua tempat itu. Tadi Wave meminta tolong pada remaja wanita yang sedang berjalan dengan temanya. Namun kini, karna sudah sore, sekitar sana sepi dan jalanan pun juga ikut sepi. Menguntungkan bagi mereka berdua bisa menyebrang dengan baik. Mereka tak menyadari jika sedari tadi dua pasang mata menatab mereka tajam. Mereka berdiam diri di mobil dengan satu orang dibalik setir, matanya menatab lurus Wave dan Chimon, sedangkan yang satunya sibuk menerima telpon dari seseorang.
" sekarang " titah orang yang memegang telpon saat melihat Wave dan Chimon sudah berada di tengah jalan. Sang Sopir menginjak pedal gas hingga mentok, matanya hanya fokus pada dua anak itu.
Suara derum mobil memekakan telinga Wave dan Chimon, reflek mereka menoleh ke asal suara dan terpaku melihat mobil yang melaju kencang kearah mereka. Mobil itu semakin dekat, Chimon sudah menangis panik. Wave berusaha tenang dan memikirkan cara. Namun sayangnya Wave tak memikirkan cara menyelamatkan dirinya karna ia mendorong Chimon menjauh dari sana. Mobil itu semakin dekat, Chimon kembali menangis setelah keterkejutannya saat terdorong oleh Wave.
Dan.......
Kecelakaan pun terjadi......
Wave terlempar jauh ke sisi jalan, mobil itu kabur setelah berhenti memastikan jika salah satu diantara mereka celaka. Sementara Chimon terpaku ditempatnya, air mata jatuh dengan derasnya, menatab Wave yang masih sadar berusaha menggapai dirinya. Dengan kesadaran yang hampir hilang, ia mendekat, melihat bagaiaman tubuh itu berlmuruan darah, Wave menangis. Chimon jatuh terduduk di sebelah Wave, tangan Wave bergerak mengelus wajah Chimon untuk yang terakhir kali.
" jangan....takut.... Wave....nggak... bakal....ninggalin Chimon....sendiri. Wave....bakal terus disini....nemenin Chimon....kaya....apa....yang Chimon minta. Wave.... Janji " tepat setelah mengatakan itu, Wave menghembuskan nafas terakhirnya, di iringi dengan teriakan Chimon dan kedatangan beberapa orang yang sudah memanggil ambulans.
Tbc...
Vote jangan lupa
Komen kalau mau
Sumpah aku ngga bisa bikin cerita sad, kalo feel gak dapat maaf ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Feeling ~Namon~
Teen Fiction" terima kasih telah berada dihidubku, terimakasih sudah menemaniku disaat hari hari kelamku, terimakasih telah menjadi sandaranku disaat aku membutuhkan seseorang di sisiku. tapi bolehkah aku berharap lebih darimu, untuk terus ada di sisiku, untuk...
