34. Lelahnya Hati

300 41 14
                                    

Coba sambil dengerin lagunya, siapa tau jadi semakin kena gituuu

Chimon menyenderkan tubuhnya pada sandaran mobil. Meletakan kepalanya, dan menutub mata. Ia tak bohong bahwa ia memang sakit dengan perkataan Nanon tadi. 'Cuma Sahabat' adalah kata yang paling menyakiti Chimon. Ia menghela napas lelah, sangat lelah jika harus terus berhadapan dengan situasi ini. Situasi yang menempatkan dirinya pada dua perasaan. Antara bertahan dan menyerah. Dua pilihan itu masih terus berperang salam hatinya. Apalagi perilaku Nanon akhir akhir ini sukses membuat Chimon ragu dengan hati Nanon. Untuk siapa hati itu? Chimon tak pernah tau sampai sekarang.  Hal itu masih misteri untuknya.

Berbeda dengan Chimon yang terdiam dengan mata terpejam, First malah memasang earphone di telinganya dan ikut bernyanyi dengan suara lirih sambil memainkan hpnya. Mencoba mengenyahkan sakit yang ia rasakan karna pertanyaan Jan tadi. Baginya pertanyaan Janhae adalah sesuatu yang menyindir. Cintanya pada Ohm memang bertepuk sebelah tangan. Sejauh apa yang ia tau dan sadari, Ohm hanya menyukai Nanon. Keyakinan itu semakin kuat saat tiba tiba tadi pagi, Ohm sudah bertengger di rumah First. Saat ditanya ada apa, Ohm menjawab bahwa ia ingin ditemani kerumah Nanon. Dan bodohnya, First mau mau saja, dan berujung sakit sendiri kini.

Chimon dan First sebenarnya lelah dengan harapan ini. Mereka ingin mundur, namun tertahan oleh Cinta mereka. Mereka ingin berhenti, tapi tak pernah tau caranya. Mereka terlalu jatuh kedalam lubang gelap milik Nanon dan Ohm yang disebut cinta.

Pluem sedari tadi terus menghembuskan nafas kasar. Jujur saja ia kesal dengan Nanon. Baru saja kemarin malam Nanon sadar dengan perasaanya pada Nanon, terlihat semangat saat akan bertemu Chimon. Tapi kenapa sekarang malah murung. Janhae yang menyadari kekesalan sang kekasih pun mencoba meredamnya dengan menggenggam tangannya. Ia yakin ini ada hubungannya dengan Nanon, Chimon dan dua temannya itu. Meskipun tak tau seperti apa masalahnya, yang pasti tak akan pernah jauh jauh dari hati dan perasaan. Pluem riba tiba saja menghentikan mobilnya di sebuah supermarket.
" turun dulu yuk Jan, aku pengen beli cemilan nih " ajak Pluem. Jan hanya mengangguk saja. Merekapun turun dari mobil meninggalkan empat laki laki yang sibuk dengan pikirannya sendiri sendiri.

Jan melirik Pluem yang memilih makanan ringan yang akan ia beli untuknya dan untuk yang lain nanti. Namun, meskipun sibuk dengan makanan, Pluem terus saja menghela napas lelah.
" kamu kenapa si? Dari tadi aku liat kok kamu kaya kesel aja gitu " tanya Jan.
" aku tu kesel sama Nanon Jan, kamu tadi liat kan, mereka saling diem gitu dimobil "
" emangnya mereka kenapa? "
" aku cuma nggak mau Nanon sama kaya aku Jan. Aku pernah gak sadar sama perasaanku kekamu, dan ujung ujungnya kamu pergi dari aku. Setelah itu aku sadar dan butuh waktu lama buat aku bisa yakinin kamu kalo aku udah suka sama kamu. Butuh usaha keras supaya aku bisa deket lagi sama kamu dan akhirnya bisa jadi pacar kamu "
" terus? "
" Nanon itu bodoh. Jelas udah tau dia suka sama Chimon, tapi masih aja nggak nembak nembak. Udah gitu dia masih aja nempel sama Ohm. Dan yang lebih parah akhir akhir ini dia kayak kasih Chimon harapan "
" jadi Nanon suka sama Chimon dan Chimon juga suka sama Nanon guru masalahnya "
" itu bagian kecilnya Jan " kata Pluem. Kini ia berpindah ke daerah minuman sambil membawa trolinya. Janhae mengikuti Pluem yang memilah beberapa minuman untuk Nanon dan yang lainnya.
" maksudnya bagian kecil? "
Pluem menghela napas panjang.
" Chimon udah suka sama Nanon sejak lama, Ohm juga suka sama Nanon. Sedangkan First suka sama Ohm dari awal mereka deket. Sam sekarang, Nanon bingung mau pilih yang mana. Sampe kemaren malem dia tanya sama aku. Dia usah sadar sama perasaanya ke Chimon. Tapi gak tau deh kenapa Nanon nggak kasih kepastian "
Janhae terdiam bingung. Ia berusaha mencermati kata kata Pluem barusan.
" Nanon sadar perasaan Chimon gak selama ini? Ohm juga tau kalo First suka sama dia? " tanya Janhae penasaran.
" Nanon bukan orang yang gak peka sama perasaan orang lain Jan. Dia sadar sama semua kelakuan Chimon kedia itu beda. Nanon sadar kalo selama ini Ohm sama Chimon bersaing buat dapet dia. Ohm juga tau kalo First suka sama dia, dulu kata Nanon, First sendiri yang confess perasaannya ke Ohm. Cuma ya gitu, Ohm malah suka sama Nanon "
" terus sekarang mereka gimana? "
" ya kayak yang aku bilang, Nanon cuma butuh kasih Chimon kepastian. Kalo Ohm First gak tau deh. Itu urusan mereka " katanya sambil berlalu pergi ke kasir untuk membayar makanan dan minuman yang ia beli.
" ribet gila cerita mereka " lirih Janhae. Ia pun segera menyusul Pluem ke meja kasir.

Sementara Pluem dan Janhae yang masih sibuk membeli makanan didalam mobil suasana sangat tenang. Tak ada yang berbicara, mereka larut dalam pikiran masing-masing. Sampai Chimon menoleh ke sisi jalan. Matanya memicing melihat pasangan yang tengah bermesraan tanpa tau malu. Terkekeh pelan saat melihat kebahagiaan melingkupi mereka. First yang menyadari apa yang dilihay Chimon hanya menghela napas lelah. Sekali lagi ia lelah jika harus terus berharab pada Ohm. 

Pintu mobil terbuka, dua sosok yang sebelumnya menghilang dibalik supermarket pun kembali.  Pluem menyerahkan dua plastik berisi makanan dan minuman kebelakang.
" itu kalo mau makan, makan aja ya. Kakak udah ada satu nih sama Kak Jan " ujar Pluem. Yang dijawab anggukan oleh semuanya. Janhae ikut menoleh kebelakang, melihat raut masam Chimon dan First, sementara raut biasa saja dari Ohm dan Nanon yang sedang bermain game di HP mereka.
" adek kamu beneran bodo Pluem. Gak peka sama hawa sekitarnya " bisik Janhae. Pluem menganggukan kepalanya. Ia juga sadar bahwa hawa dalam mobil ini sedang tidak enak karna aura Chimon dan Frist yang menghitam.
" Kak kok nggak berangkat, Papa New udah chat nih katanya mereka nunggu kita dilampu merah " ujar Chimon.
" iya iya dek, ini juga mah berangkat kok " kata Pluem.
" nggak usah sok dek dek-an kak. Geli dengernya " timpal Nanon pada Pluem yang mulai menjalankan mobilnya.
" geli apa cemburu Non? " tanya Janhae berusaha membuat Nanon peka.
" buat apa cemburu sama Chimon. Dia kan cuma sahabat aku, nggak lebih " kata Nanon ketus. Lagi, kata itu lagi, 'cuma sahabat' yang meluncur mulus dari mulut Nanon. Kata yang mampu membuat hatinya seperti dibanting dan pecah, lalu dipaksa untuk utuh lagi.
" menyerah dan mengaku kalah Non " ujar Chimon tiba tiba. Semua orang didalam mobil kecuali Pluem dan Janhae mengerutkan kening bingung. Pluem dan Jan tau apa yang berusaha disampaikan Chimon.
" maksud Lo apa Mon? Siapa yang nyerah? Siapa yang kalah? " tanya Nanon bingung. Chimon terdiam sesaat.
" nggak deng, bertahan " bukanya menjawab, Chimon kembali mengucapkan kata yang membuat mereka semakin bingung.
" Lo ngomong apa sih Anjir?! Nggak paham gue " timpal Nanon lagi.
" heart game " jawab Chimon singkat dan lebih memilih untuk melanjutkan tidur pura puranya.
" hah?! Heart game? "
" game kamu Nanon, kamu kalah atau masih punya nyawa " ujar Janhae.
" eh iya mati!! Sialan!! " umpat Nanon.
" bego " lirih Chimon yang hanya mampu didengar oleh First yang ada di sampingnya.

Tbc

Woyyyyyy makin gaje, moga kalian nggak bosen ya sama ceritanya. Maaf banget nih ya sama Alurnya. Alurnya itu Bener bener standar banget gak sih? Maklum ya cerita pertama plus authornya gak pinter nyusun kata.

Okelah bye bye semua, jangan lupa Vote sama komen ya....

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang