Jam makan malam telah tiba. Nanon duduk di pinggir ranjang, memperhatikan Chimon yang sedang memainkan ponsel. Tak lama kemudian, New datang membawa makanan untuk Nanon. Namun Nanon menolak, ia ingin makanan yang dimasak oleh Chimon. Chimon terus menolak karna ia Malas, dan Nanon terus memaksa. New yang melihatnya hanya menggeleng pelan. Nanon sungguh perpaduan yang pas dengan Tay dan dirinya. Manja, tapi juga dewasa dan pengertian. Chimon yang terus dipaksak akhirnya mau. Chimon ikut turun bersama New kedapur. Sementara Nanon akan menunggu di kamarnya.
Entah sejak kapan Janhae susah ada dirumah Pluem, tapi yang pasti, Janhae sudah memperhatikan Chimon yang sedang memasak makanan untuk Nanon. Chimon sebenarnya risih dengan Janhae, karna Janhae melihatnya dengan tatapan penuh selidik. Pluem yang menyadari tingkah risih Chimon pun menyenggol lengan Janhae dan memberinya isyarat bahwa tidak menyamankan Chimon. Janhae pun menghela napas.
" kamu mau masak apa buat Nanon, Chimon? " tanya Janhae.
" cuma bubur ayam kok Kak "
" bukanya buat bubur ayam lama ya Mon? " giliran Pluem yang bertanya.
" nggak juga kok Kak, aku cuma tinggal buat buburnya aja, ayam sama yang lain udah ada tadi dikulkas, udah dimasak juga sama Papa New tadi "
" ohh "
Chimon membawakan makanan untuk Nanon kekamarnya. Namun karna susah membuka pintunya, makan Chimon memanggil Janhae yang sedang lewat akan kekamar Pluem.
" makasih kak " singkat Chimon setelah Janhae membukakan pintu. Chimon pun masuk dengan tangan membawa baki yang diatasnya terdapat Bubur ayak, teh hangat, air putih dan juga obat.
" makan dulu nih, biar cepet sembuh " titah Chimon lembut. Nanon pun menurut, namom menunjukan wajah lemasnya, membuat Chimon tidak tega dan menyuapi Nanon. Dalam diamnya, Nanon tersenyum tipis. Ia berhasil menipu Chimon. Sebenarnya ia tidak lagi selemah tadi, hanya saja ia ingin makan dari tangan Chimon, dan jadilah nanon membuat drama kecil.
Nanon memandangi wajah Chimon yang tengah asyik menyuapinya. Sungguh pahatan yang sempurna bagi Nanon. Mata yang indah, hidung yang mancung dan bibir tipis yang merah muda alami. Bagaikan Dewi Cinta dalam mitologi Yunani.
" kenapa Lo ngeliatin gue kayak gitu? " tanya Chimon sengit.
" Lo cantik "
" gue cowok "
" gue tau, tapi Lo cantik " ujar Nanon.
" terserah " pasrah Chimon. Chimon masih menyuapi Nanon, dengan sabar dia meladeni setiap tingkah aneh Nanon. Mulai dari mengelus mukanya, memperhatikannya aneh dan masih banyak lagi, dan yang pasti hal itu membuat jantung Chimon menjadi tidak sehat.
Chimon menaruh mangkok bekas bubur di atas nakas Nanon. Memperhatikan wajah Nanon yang sudah tidak sepucat tadi. Untuk menyakinkan bahwa Nanon sudah sembuh, Chimon memegang dahi Nanon untuk mengecek panasnya. Hangat, Chimon menghela napas lega.
" lain kali jaga kesehatan. Jangan bikin orang lain khawatir " ujar Chimon pelan menatab Nanon intens.
" Lo khawatir? "
" yaiyalah!!! Kalok gue nggak khawatir buat apa gue buru buru kesini?!! "
" makasih ya, padahal Lo lagi butuh sendiri, tapi Lo malah kesini karna gue sakit. Eh tapi bagus deng, Lo jadi nggak perlu sendiri. Kan ada gue " ujar Nanon.
" gue tau Om Off mutusin buat cerai, gue paham kok sama apa yang Lo rasain. Lo nggak perlu sedih, ada gue sekarang yang bakal nemenin Lo, ada Dad Tay, ada Papa New juga, ada Kak Pluem juga, Lo nggak sendirian " ujar Nanon pelan, penuh pengertian. Membuat Chimon berkaca kaca, ia bahkan menunduk untuk menyembunyikan wajahnya. Nanon yang paham dengan kondisi Chimon, membelai halus kepala Chimon dan membawanya ke pelukan hangat miliknya. Air mata uang berusaha ditahan Chimon pun akhirnya turun juga, membahasi dada Nanon yang menyembunyikan wajah manis Chimon.
" gue gak tau Nanon, kenapa mereka malah ambil keputusan yang buat mereka nyesel nanti " kata Chimon terisak. Nanon mengeratkan pelukannya.
" gue emang nggak tau itu baik buat mereka atau nggak. Gue cuma bisa berharap semoga mereka bahagia sama keputusan mereka. Gue nggak mau kesedihan yang mereka buat sendiri jadi berimbas ke Lo. Gue gak mau Lo sedih, gue gak mau Lo terus pura-pura bahagia. Gue sayang sama Lo " ujar Nanon lembut di telinga Chimon. Chimon semakin terisak, kata kata Nanon memberinya sebuah penegertian jika Nanon memang benar benar mencintainya.
" Lo tenang aja ya, ada gue disini buat Lo, gue akan slalu ada buat Lo okay " ujar Nanon lagi dengan lembut dan kasih sayang. Chimon mengeratkan pelukannya pada Nanon yang sempat melonggar.
Tengah malam yang sunyi, Nanon masih membuka matanya, masih memeluk Chimon yang sudah memejamkan matanya sejak tadi. Sesekali tangannya bergerak mengelus punggung Chimon yang sesekali terisak.
" gue sayang sama Lo Chimon. Maaf baru sadar sekarang. Gue paham kalo Lo nggak mau kasih gue kesempatan. Gue udah nyakitin Lo banget pasti. Maaf ya, gue bener bener sayang sama Lo sekarang. Gue gak mau Lo kayak gini, hati gue sakit liat Lo kaya gini sekarang Mon. Gue mau Lo bahagia, tapi gue sendiri nggak tau gimana caranya. Gue cuma bisa berharap Lo kasih gue kesempatan dan gue janji bakal bikin Lo bahagia selamanya " ujar panjang lebar dan tulus. Tanpa Nanon tau, bahwa Chimon hanya memejamkan matanya tapi tidak tertidur. Kata kata lirih Nanon jelas terdengar di telinga Chimon.
.
.
.
Pagi hari, keluarga Januarta sedang sarapan bersama. Kondisi Nanon jauh lebih baik sekarang.
" udah kakak kira, Nanon itu bakal sembuh kalo Chimon dateng " ujar Pluem menatab Nanon jail. Sedangkan Tay dan New hanya tersenyum tipis.
" ngomong ngomong Chimon mana Non, kok nggak ikut sarapan bareng? " tanya New.
" masih tidur Pa, tidur malam dia "
" setau Daddy Chimon itu bukan pemalas deh Non "
" iya, Chimon kenapa Non? Nggak kamu ganggu kan? "
" enak aja. Nanon sakit ya, gimana caranya mau ganggu Chimon " ketus Nanon.
" lha terus kenapa? "
Nanon menghela napas panjang mendengar pertanyaan New. Tatapanya berubah menjadi sendu.
" Om Off Sam Om Gun mau cerai pah " ujar Nanon lemas. Tay dan New yang sudah tau masalah ini hanya terdiam.
Nanon memasuki kamarnya sambil membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu coklat. Matanya langsung tertuju pada Chimon yang duduk bersandar di kasurnya sambil menatab awan melalui jendela kamar Nanon. Nanon menghela napas panjang. Meletakkan nampan sarapan di meja nakas disamping kasurnya. Duduk disebelah Chimon dan membelai kepala Chimon yang basah. Dari tempatnya duduk Nanon bisa mencium aroma shampoo miliknya juga sabun miliknya. Chimon bahkan meminjam pakainya, yang kebesaran ditubuh kecil Chimon.
" udah mandi ternyata, sarapan dulu gih. Papa udah masak tadi, gue juga udah sarapan dibawah " kata Nanon. Chimon hanya mengangguk, mengambil piring berisi nasi goreng di meja nakas. Chimon memakannya pelan. Dada Nanon sesak melihat Chimon yang menanggung luka.
Chimon memasukkan satu suap terakhir nasi goreng kedalam mulutnya. Nanon masih duduk disebelahnya. Menatabnya dengan tatapan susah diartikan. Chimon menghela napas, meminum susu yang sudah sedikit dingin. Dadanya terasa begitu sesak. Ia menatab Nanon dengan tatapan sendu. Bergerak memeluk Nanon erat, matanya berkaca-kaca, kembali siap untuk menumpahkan air hangat sebening kristal. Sedikit terisak ketika merasakan elusan Nanon di punggungnya.
" kenapa lagi hmm? " tanya Nanon lembut.
" gue sayang sama Lo, sejak dulu. Tapi kenapa Lo nggak peka sih. Gue sakit jatuh cinta sendirian Nanon. Gue capek, gue pengen nyerah tapi gue nggak bisa. Gue mau terus sama Lo, gue mau Lo disamping gue selamanya. Gue nggak mau Lo ninggalin gue buat orang lain, gue gak rela. Gue cinta sama Lo, cinta banget sama mau gila rasanya. Gue gak mau kehilangan Lo Nanon. Gue cinta sama Lo " ujar Chimon sembari terisak. Dada Nanon serasa diguyur air dingin.
" Lo sayang sama gue? Masih sayang gue? "
Chimon mengangguk. Membenamkan kepalanya di dada Nanon.
" setelah gue nyakitin Lo? "
Chimon kembali mengangguk.
" kalo gitu, Lo mau kasih gue kesempatan? "
Chimon melepaskan pelukannya.
" tapi janji jangan buat gue nangis lagi, janji jangan tinggalin gue, janji jangan sia-siain perasaan gue, janji? "
Nanon mau tak mau terkekeh pelan.
" Chimon, gue sayang sama Lo. Gue janji nggak akan ninggalin Lo, gue janji nggak akan buat Lo nangis lagi, gue janji nggak akan nyakitin Lo lagi, gue janji nggak akan sia siain perasan lo. Karna nggak mungkin gue sia siain perasan orang yang bener bener tulus ke gue " ujar Nanon panjang. Chimon kembali memeluk Nanon erat.
" jadi, Lo kaaih gue kesempatan? "
Chimon mengangguk.
" tapi Lo harus usaha buat dapetin gue. Jangan mau enaknya gue langsung nerima Lo. Lo harus usaha kaya gue "
Nanon terkekeh pelan.
" nggak masalah, gue rasa nggak akan susah " kata Nanon. Chimon tersenyum dibalik dada Nanon. Nanon ikut tersenyum ketika melihat senyum manis Chimon. Nanon memegang dagu Chimon dan mengangkatnya hingga sejajar dengan wajah Nanon. Perlahan, Nanon mendekatkan wajah mereka hingga hanya berjarak beberapa centi. Hidung mereka bahkan saling bersentuhan. Nanon bergerak duluan menyatukan bibirnya dengan bibir lembut Chimon. Chimon yang kaget hanya bisa menutub matanya ketika merasakan ciuman lembut yang Nanon berikan. Bibir Nanon masih bergerak lembut menyesap bibir atas bawah Chimon. Tidak ada nafsu dalam ciuman itu, yang ada hanya cinta dan ketulusan. Chimon melepaskan ciuman itu ketika merasa sedikit sesak. Nanon memegang tengkuk Chimon dan menyatukan dahi mereka. Mata mereka bertemu, mengisyaratkan cinta dan ketulusan yang mereka punya. Sama sama tersenyum, menikmati cetakan indah dari Tuhan di wajah masing masing.
Tbc
Abaikan typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Feeling ~Namon~
Teen Fiction" terima kasih telah berada dihidubku, terimakasih sudah menemaniku disaat hari hari kelamku, terimakasih telah menjadi sandaranku disaat aku membutuhkan seseorang di sisiku. tapi bolehkah aku berharap lebih darimu, untuk terus ada di sisiku, untuk...
