56. Tentang Keraguan

232 20 5
                                        

Abaikan Typo....

 
    Chimon berdiri dari duduknya. Menatap Nanon dari atas. Nanon  yang tampan, yang selalu bisa membuat jantungnya berdetak kencang. Nanon yang slalu bisa membuat darahnya berdesir, mampu membuatnya gugup dan menjadi bisu seketika. Nanon, satu satunya orang yang hanya bisa membuatnya luluh. Membuat hatinya yang keras menjadi lembut hanya dengan tingkah konyolnya. Menatap Nanon juga menatap Chimon dengan tatapan yang sulit diartikan. Chimon bahkan benar benar tidak mengerti perubahan sikap Nanon hari ini. Menjadi Nanon yang lebih pendiam, dingin dan terkesan tidak peduli. Chimon merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Apa mungkin Nanon seperti itu karna Nanon tidak benar benar menyukainya. Dan Nanon terpaksa menyukainya, terpaksa menciumnya, terpaksa memeluknya. Ia takut jika Nanon berpura pura dengan perasaanya. Hatinya tiba tiba sakit memikirkannya. Hingga air berkumpul di pelupuk matanya. Ia mendesah pelan, mengeluarkan napas berat yang sejak tadi ka tahan.

   Sementara disampingnya, Nanon merasakan perasaan Chimon. Ia tau Chimon ragu. Tentu, karna usaha dan perjuangan yang telah Chimon lakukan selalu selama ini selalu tanpa sengaja terabaikan, atau malah sengaja diabaikan. Dan secara tiba tiba, di saat Chimon akan menyerah, Nanon malah menahannya. Tanpa memberi kepastian, ja berperilaku seperti sepasang kekasih. Hubungan mereka tidak jelas sekarang. Gelap seperti malam dan aneh. Sahabat tapi berperilaku tidak sesuai sahabat. Berciuman, bermesraan, bahkan tidur bersama. Hubungan yang tidak jelas, butuh kepastian. Hanya Nanon yang masih terlalu bingung bagaimana cara mengucapkannya pada Chimon. Nanon hanya menghela nafas. Memperhatikan Chimon yang tiba tiba berdiri. Menatapnya dengan tatapan bingung dan ragu, juga dengan setitik air mata yang hampir jatuh dari pelupuk.
" ayo pulang " ajak Chimon pada Nanon. Chimon langsung berjalan meninggalkan Nanon yang menghela napas lagi. Berjalan dengan cepat. Nanon segera berdiri dan berlari kecil mengejar Chimon.

      Nanon kembali menutup pintu mobilnya dari belakang Chimon. Nafasnya memburu karna mengejar Chimon yang lebih dulu berjalan cepat ke mobil Nanon. Dengan berani, Nanon membalikkan badan Chimin  dan langsung menyatukan bibirnya dengan bibir Chimon. Melumatnya lembut dan pelan. Berusaha menyalurkan cinta untuk bisa Chimon rasakan. Chimon memejamkan matanya ketika Nanon melumat bibir atasnya. Ia meremas lengan atas Nanon, sementara Nanon memeluk pinggang Chimin. Nanon melepas ciumanya, melepas pelukannya.
 
    Nanon menatab mata Chimon lekat. Sebelah tanganya menggenggam tangan Chimon dan sebelah lagi membelai wajah Chimon. Wajah mereka sangat dekat, sampai mereka bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain. Nanon bahkan bisa mendengar setiap detak jantung Chimon. Semantara Chimon yang terkunci dengan pergerakan Nanon hanya bisa diam. Berusaha menurunkan detak jantungnya yang lain cepat karna ulah Nanon. Mengumpat dalam hati berkali kali karna posisinya yang berbahaya bagi kesehatan jantung. Ia berusaha melepas genggaman tangan Nanon, namun Nanon malah semakin erat menggenggamnya.
" gue sayang sama Lo, gue suka Lo, gue cinta sama Lo. Plis jangan ragu sama gue Mon. Gue ga pura pura dan gue ga becanda sama perasaan gue. Gue bener bener jatuh cinta sama  Lo. Perasaan gue tulus, gue sayang Lo " ucap Nanon.
" kenapa Lo tiba tiba ngomongin ini Non. Gue ga ragu kok sama Lo, gue tau lo tulus " sangkal Chimon. Nanon menggeleng, ia maju memeluk Chimon.
" gue tau Lo ragu kok Mon "
" nggak!! " timpal Chimon lagi. Sementara Nanon hanya diam, menatap mata Chimon dalam.
" gapapa kalo Lo ragu, gue masalah. Gue bakal nunggu Lo sampe Lo yakin. Gue bakal buat Lo yakin " ujar Nanon memeluk Chimon erat. " dan saat Lo udah yakin sama gue, gue nggak akan lepasin Lo atau ngebiarin Lo pergi gitu aja. Gue bakal terus nahan Lo sama gue. Lo nggak akan pernah kesempatan kabur dari gue " lanjut Nanon. Chimon tersenyum tipis. Chimon akui dirinya memang lemah, bisa luluh hanya dengan kata kata Nanon. Chimon mendorong Nanon dan langsung masuk ke mobil Nanon. Nanon hanya diam, memasang wajah datar. Berharap Chimon akan percaya dengan perasaanya, tanpa tau bahwa wajah Chimon sudah memerah dibalik jendela mobil. Nanon memutari mobil untuk memasuki mobil. Memasang sabuk pengaman, menghidupkan mesin dan menjalankan mobilnya.

   Sepanjang perjalanan Chimon hanya diam.  Sesekali melirik ke arah Nanon yang fokus ke jalanan. Tanganya saling bertaut, mereka jari jari. Hatinya ingin mengajukan pertanyaan untuk Nanon namun otaknya mengurungkan niatnya. Ia menghela napas setiap beberapa menit, menarik perhatian Nanon disampingnya.
" kenapa si? " tanya Nanon tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan yang sedikit macet.
Chimon terdiam sesaat.
" nggak papa? Emang kenapa? " tanya Chimon balik.
" kalo gapapa kenapa kaya gelisah banget si gue liat liat "
" nggak, bosen aja kali " kilah Chimon. Nanon hanya mengangguk pelan. Pandangannya sama sekali tak lepas dari jalanan.
" ini mendung ya? "
" iya "
" nggak bakal hujan kan? "
" ya kalo hujan nggak masalah Mon. Kita kan pake mobil. Nggak bakal kehujanan "
" iya juga ya " timpal Chimon gugup.
" Lo kenapa sih? Random banget " komentar Nanon.
" ehm, gue punya satu pertanyaan buat Lo, tapi Lo jawab jujur ya? " ujar Chimon memastikan jujurnya Nanon.
" emangnya apa pertanyaan Lo? "
" jauh waktu Lo belum sadar sama perasaan lo, lo sadar gak sama perasaan gue? Jujur ya "
Nanon terdiam. Chimon semakin meremas jari jarinya sendiri. Chimon mengerutkan alisnya ketika Nanon malah menepikan mobilnya di sebuah ruang makan.
" makan dulu yuk, gue laper " ajak Nanon. Chimon menghela napas. Berusaha tersenyum. Segera menyusul Nanon yang lebih dulu masuk ke rumah makan.
" mau duduk dimana? " tanya Nanon menatap Chimon yang malah melamun dibelakangnya.
" terserah aja "
Chimon mengikuti Nanon menuju ke meja paling pojok. Meja dekat jendela.
" mau pesen apa? " tanya Nanon. Dengan begitu, Chimon mengambil buku menu dari tangan Nanon. Membolak balikkan setiap halaman mencari makanan yang ia mau.
" ehm, gue mau Nasi goreng sama jus melon aja " ujar Chimon akhirnya. Nanon mengangguk dan memanggil pelayan.
" mas, saya mau pesen nasi gorengnya 2, jus melon 1 sama jus mangga 1 " pesan Nanon.
" baik ditunggu ya mas pesanannya " ujar sang pelayan lalu pergi kembali ke tempatnya. Setelah perginya pelayan, suasana di meja ini menjadi canggung. Mereka sama sama diam, sama memalingkan wajahnya ke arah lain.

     Sambil menunggu makanan tiba, Nanon Chimon yang masih sama sama diam hanya memainkan hpnya. Chimon terlihat serius dengan hpnya. Ia mengerutkan alis beberapa kali. Sementara Nanon sesekali melihat ke arah Chimon.
" Mon " panggil Nanon " jawaban pertanyaan Lo... "
" nggak usah dijawab juga nggak papa kok. Nggak penting juga kan pertanyaannya " timpal Chimon sebelum Nanon menyelesaikan kalimatnya. Nanon terdiam. Ia tau pertanyaan tentang perasaan bukanlah hal yang sepele, bukan hal yang sederhana juga bukan hal  nggak "sepenting" itu.
" Mon,  maaf kalo gue udah nyakitin perasaan Lo. Gue cuma takut nyakitin Ohm dan juga Lo. Gue cuma mau nglindungin perasaan kalian. Ya walaupun tanpa sadar gue malah nyakitin kalian " ujarnya
" Kalau lo tanya gue sadar apa nggak, jawabnya iya. Gue sadar. Tapi sekali lagi gue nggak mau nyakitin Lo. Jadi gue diem dan berusaha nunggu waktu supaya lo bisa dapet yang lebih baik dari gue. Tapi kenyataanya gue malah terlalu kebawa pikiran sama Lo dan ya, pada akhirnya gue sadar kalo gue suka sama Lo " lanjut Nanon. Chimon terdiam mendengar jawaban Nanon. Ia menatap mata Nanon lekat berusaha mencari kebohongan. Namun nihil, Chimon tidak menemukan kebohongan apapun. Mereka diam beberapa saat hingga seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka.

    Mobil Nanon berhenti di depan rumah Chimon.
" nggak mau mampir dulu? " tanya Chimon. 
Nanon hanya menggeleng sebagai jawaban. Tanganya tergerak menyingkirkan rambut poni Chimon yang menutupi matanya. Menatap wajah manis dan cantik Chimon. Sekali lagi jatuh dalam kesempurnaan Chimon. Sementara Chimon, dia mencoba mengalihkan pandangannya kearah lain. Menutupi saltingnya.
" gue mau langsung pulang aja, udah malem juga kan "
Chimon mengangguk
" yaudah kalo gitu gue masuk duluan. Lo hati hati bawa mobilnya "
Nanon mengangguk san sedikit berdehem. Chimon pun langsung keluar dari mobil Nanon dan masuk kerumahnya.

Tbc...

Makin akhir malah makin ngawur nih cerita

Btw....

Sorry lama banget nggak updateeeee. Nggak tau kenapa nih otak berhenti menyuplai ide ide namon. Otak gue yang sekarang nih buntu banget dah suer. Nggak tau dah kenapa

Pokoknya jangan lupa vote and komen yaa dan kalo mau tungguin updetan selanjutnya
Tapi nggak janji update cepet yaa

Gue be like : pd banget lo minta ditungguin. Nggak penting lo tuh thor 

Oke by sudahi ke gj an ini

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang