14. Chimon Jujur

352 44 0
                                        


Chimon membuka matanya, cahaya matahari menelisik berusaha membuka mata rapat Chimon. Ia melihat sekitar dan sadar jika ia sedang tidak di kamarnya. Ia akan berteriak jika saja otaknya tak cepat mengingat bahwa ia sedang ada dirumah nenek Nanon. Ia duduk sebentar diatas kasur sambil mengumpulkan nyawanya yang tercecer saat ia masih tertidur tadi. Bibirnya melengkung tipis kala merasakan kelegaan yang ada dihatinya. Semalam berkat Nanon, Chimon bisa sedikit melepaskan rasa bersalahnya pada Wave. Kata kata Nanon begitu ampuh membuat hatinya menjadi lebih tenang dan bahagia.

Perlahan ia mulai bangkit, berjalan ke kamar mandi dan. Selesai dengan urusan mandi, Chimon berjalan keluar kamar. Semalam ia tidur dikamar Nanon, kamar yang berantakan tapi entah kenapa jadi rapi pagi ini ketika Chimon bangun. Chimon mendapati Nanon yang sedang menata sarapan di meja.
" udah bangun, udah mandi belom? " tanya Nanon
" iya udah " jawab Chimon.
" yaudah nih makan, habis itu kita jalan jalan "
" kemana? "
" Telaga, mau nggak? "
" maulah, masa nggak. Gabut nih gue asal Lo tau aja! " sinus Chimon
" makanya cepet makan dan kita cepet kesana "
Mereka pun melanjutkan sarapan mereka.

Kaki Nanon dan Chimon terus melangkah menyusuri jalan setapak yang masih berupa tanah. Untung saja musim bulan ini adalah mesin kemarau, jadi jalan itu masih berusia tanah padat bukan lumpur. Sisi kanan kiri jalan itu terdapat hutan, tidak terlalu lebat, namun tetab banyak pepohonan tinggi. Mata Chimon terus berkeliling melihat lihat pemandangan sekitar. Decakan kagun sering keluar dari mulutnya kala melihat berbagai macam tumbuhan yang tumbuh dengan subur dan indah. Sementara Nanon, ia lebih sering terkekeh saat mendengar pekikan gemas Chimon. Tangannya sesekali bergerak mengacak surai lembut Chimon.

Hingga beberapa menit mereka berjalan, Chimon mampu mendengar suara air. Ia yakin jika telaga itu sudah dekat. Dan benar saja, matanya langsung disuguhkan pemandangan alam yang indah dan menawan. Telaga itu sangat luas, airnya jernih, di tengah tengah telaga itu, terdapat bunga bunga teratai yang terapung dengan indahnya. Chimon tersenyum bahagia. Matanya tak pernah lepas dari telaga indah itu. Namun tiba tiba, tangan Nanon menarik tangannya agar lebih dekat dengan telaga. Berdiri dipinggir sana, bayangan Didu mereka jelas tercetak sempurna di airnya yang jernih. Chimon semakin sumringah melihatnya. Ia kemudian duduk di disana, sedikit mengulurkan tangannya untuk menggoyangkan air. Nanon pun juga mendudukkan dirinya di samping Nanon.
" makasih " ucab Chimon tiba tiba.
" makasih, buat semuanya, udah ngajak gue kesini, mau ngehibur gue, udah mau nasihatin gue, Lo udah mau nemenin gue bahkan saat gue gak mau ada siapapun di sampai gue. Lo slalu ada buat gue, makasih Non " kata Chimon panjang lebar.
" gue yang harusnya makasih sama Lo, makasih udah mau Dateng ke hidub gue, makasih udah mau jadi sahabat gue, you're everything for Me Chimon " timpal Nanon lembut. Ia kemudian memeluk Chimon, mengelus punggung sempit itu, memberinya kenyamanan. Yang dibalas Chimon dengan pelukan erat, enggan untuk dilepaskan. Nanon pun tak berusaha melepaskan diri dari pelukan itu, ia paham jika yang dilalui Chimon bukanlah hal yang mudah. Nanon paham, yang dilalui Chimon adalah hal yang sulit juga sakit.

Chimon melepaskan pelukan itu saat dirinya merasa tenang. Ia menatab dalam mata Nanon. Nanon yang ditatap seperti itu hanya bisa diam sambil salah tingkah. Ia tak fokus melihat Chimon. Chimon terkekeh menyadari rona merah di wajah sang dominan. Nanon tiba tiba menoleh ke arah Chimon, ada gelenyar rasa aneh dihatinya. Dia bahagia bersama Chimon, nyaman, tenang dan lepas. Saat bersama Chimon, Nanon bisa menjadi dirinya sendiri. Dirinya yang dewasa, dan dirinya yang bijak. Nanon adalah anak bungsu dikeluarganya, slalu dimanja dan dianggab anak kecil. Bahkan dalam circlenya sekalipun, Nanon slalu terkesan dimanja. Hanya bersama Chimon, Nanon bisa menjadi dirinya sendiri. Bisa menjadi sosok yang dewasa dan bijaksana.

Nanon menarik napas, otaknya kembali memutar ingatan kemarin. Saat Chimon berbicara dengan Singto, mantan detektif.
" gue boleh nanya sesuatu sama Lo? " tanya Nanon.
" tanya apa? "
" Lo nemuin Singto buat apa? Apa...buat cari tau tentang kematian Wave? " tanya Nanon hati hati. Chimon terdiam sebentar, ia menghela napas dan mulai bicara.
" iya. Gue ngerasa bersalah, karna secara nggak langsung gue yang buat dia kecelakaan. Gue pernah janji sama Wave di hari pemakamannya, kalo gue bakal nemuin siapa pelakunya dan apa tujuannya. Gue janji kalo gue bakal hukum pelakunya pake tangan gue sendiri. Gue mau Wave tenag disana " jelas Chimon
" ada petunjuk? "
" yang bikin gue kaget, Paman Singto nemuin kalo pelakunya adalah Oab dan Mook "
" apa?!!! Maksud Lo mereka yang udah bunuh Wave? " kaget Nanon. Sementara Chimon hanya mengangguk
" gue gak tau apa tujuannya, gue gak tau apa maksudnya. Dan kali emang mereka pelakunya, buat apa mereka ndeketin Papi Papa? Gue bingung Non, gue bener bener bingung "
Nanon mengambil tangan Chimon dan menggenggamnya erat.
" jangan sedih, gue akan selalu nememin Lo kok, gue akan selalu dukung Lo, gue bakal bantuin Lo buat cari tau siapa pelakunya "
" Lo serius?! " tanya Chimon tak percaya.
" dua rius malah. Gue pengen ini semua cepet selesai Mon, gue gak mau liat Lo terus terusan sedih dan ngrasa bersalah. Gue mau Lo bahagia " katanya lembut, sebelah tangannya mengelus lembut pipi kanan Chimon dengan genggaman tangan dengan tangan satunya lagi.
" makasih Non "
Nanon terkekeh untuk kesekian kali.
" mau berapa kali Lo bilang makasih sama gue Mon? "
" gue gak enak sama Lo yang slalu direpotin sama gue Non. Gini aja deh...gue kasih Lo satu permintaan. Lo boleh minta apapun sama gue, dan gue bakal turutin itu " ujar Chimon yang membuat terciptanya senyum licik Nanon.
" yakin? " tanya Nanon meyakinkan
Chimon mengangguk.
" oke, tapi nggak sekarang. Nanti saat semuanya udah selesai " ujar Nanon yang kembali membuat Chimon mengangguk.
" Nanonnnn, laper " rengek Chimon tiba tiba.
" yaudah balik, gue masakin " katanya, tangannya yang masih menggenggam tangan Chimon menarik tangan Chimon agar segera berdiri. Namun karna tarikan Nanon yang terlalu kuat, badan Chimon terhuyung dan menubruk badan Nanon. Tangan Nanon melingkar di pinggang Nanon, sementara tangan Chimon bertumpu pada dada bidang Nanon. Mata mereka bertemu, saling memandang dengan dalam. Nanon dan Chimon sama sama bisa mendengar detak jantung satu sama lain. Beberapa menit kemudian, mereka tersadar dengan posisi mereka yang terlalu dekat.
" maa...maaf...gue gak sengaja " gugub Nanon.
" iya, nggak papa. Ayok gue udah laper nih " kata Chimon, langsung berjalan cepat menjauh, menyembunyikan rona merah karna Nanon. Sementara Nanon hanya tersenyum canggung berjalan pelan menyusul Chimon yang sudah jauh didepan.

Tbc...

Nggak bisa bikin yang romantis😭😭😭

Vote tak
Komen jangan lupa

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang