41. Ujian 2

346 40 0
                                        


Ujian hari ketiga

Ujian kali ini tak terlalu menguras otak. Hanya membutuhkan teknik membaca dan meneliti. Salam waktu kurang dari 1 jam, semua murid sudah menyelesaikan ujian mereka. Beberapa dari mereka bahkan susah mengumpulkan jawaban dan memilih tidur. Sementara yang lain memilih untuk mengerjakan ulang agar mendapatkan nilai yang baik. Chimon dan First sudah pergi mengumpulkan jawaban, Ohm sedang meneliti jawaban, Drake Frank yang sedang tidur karena sudah mengumpulkan jawaban dari tadi dan Nanon yang sedang memandang salah satu soal dengan kepala berkerut.

Seharusnya ujian ini tak sulit memang. Tapi berbeda lagi dengan Nanon yang nampak sama sekali tak fokus dengan soal dihadapannya. Ada sesuatu yang mengganjal dipikirkannya. Meski yang ada hadapannya adalah kertas ujian, namun hang dipikirkannya adalah tentang jawaban Chimon kemarin. Dia harus menunggu untuk mendapat jawaban dari Chimon.

Karna waktu yang hampir habis, dan semuanya susah mengumpulkan jawaban, maka jelas akan dibubarkan jika saja salah satu anak juga sudah mengumpulkan jawaban. Sayangnya, Nanon belum mengumpulkan jawaban, ia bahkan baru mengerjakan setengah soal. Otaknya slalu berpikir tentang Chimon dan pada akhirnya lupa bahwa ia sedang ujian kelulusan. Karna keterlambatannya, banyak siswa yang menatabnya tajam dan mengintimidasi. Seakan memintanya untuk cepat menyelesaikannya.

Otak Nanon bekerja dua kali lebih keras karna waktu menunjukan 15 menit lagi. Dan dirinya baru mengerjakan 30 soal dari 55 soal. Murid lain yang udah selesai terus menatab Nanon tajam sejak tadi. Hal ini bahkan tidak luput dari pandangan Chimon. Ia jujur saja merasa kasian pada Nanon. Ia ingin membantu, selain karna ingin cepat keluar, ia juga tak tega dengan muka Nanon yang sangat memelas. Ia ingat, kalau ia sempat menyalin semua jawaban di salah satu kertas yang ia lipat dan masukkan ke saku. Chimon mencari celah agar bisa melempar kertas itu ke Nanon. Ia menjadi rak bebas, karna pengawas idu terus sama mengawasi Nanon, karna hanya Nanon yang belum selesai.

Saat pengawas itu sedikit berpaling, Chimon dengan cepat melempar kertas itu yang tepat mengenai wajah Nanon. Nanon diam diam membuka kertas itu. Iapun tersenyum tipis saat berhasil membuka kertas itu. Entah karna kertas itu berisi jawaban atau karna si pengirim yang ternyata adalah Chimon. Dalam hati, ia berterima kasih pada Chimon yang masih peduli. Nanon segera menjalin jawabannya si kembar jawaban miliknya.

Akhirnya, tepat di detik terakhir ujian, Nanon sudah selesai menuliskan huruf jawaban terakhir. Sehingga mereka diperbolehkan keluar. Meski setelahnya, Nanon mendapatkan banyak umpatan kesal dari teman teman sekelasnya juga sahabatnya. Setelah pengang mendapat umpatan dari banyak orang, Frank menarik Nanon ke kantin.
" makanya lain kali kalo ujian itu ya yang fokus. Jangan kemana mana pikirannya " nasihat Drake. Ia membuntuti Frank hang menarik kasar tangan Nanon. Drake paham bahwa Frank sudah terlanjur kesal dengan Nanon, sehingga Frank menarik Nanon kekantin untuk menghukumnya. Sementara Nanon terdiam pasrah dengan tarikan Frank. Di belakangnya ada Chimon yang memasang wajah datarnya dengan tatapan lurus ke depan.

Sesampainya di kantin, Frank mendudukkan Nanon dengan kasar. Nanon sempat merintih karna bokongnya terbanting di kursi kayu yang keras. Hal itu tak luput dari pandangan Chimon yang tetab memasang wajah datar. Setelahnya Frank dan Drake pergi memesan makanan untuk Ohm dan Nanon serta First yang memesan makanan untuk dirinya dan Chimon. Tak lama kemudian, mereka datang membawa makanan yang telah mereka pesan. Frank meletakan piring berisi nasi ayam pedas dihapan Nanon. Nanon menelan ludahnya kasar. Dadi warna ayam dan kuahnya saja susah terlihat  jika rasa lauk itu sangat pedas.
" makan tuh. Habisin. Jangan mubazir! " perintah Frank.
" Frank Lo yang bene aja! Lo kan tau ngga bisa makan pedes " protes Nanon dengan muka memelas.
" pokoknya makan! " kekeuh Frank. Frank nampak tak peduli, toh nanti pasti akan ada yang menggeser piring Nanon dengan piring lain. Dan benar saja. Tanpa banyak kata, Chimon memindahkan piring yang di depannya menjadi didepan Nanon, dan menggantinya dengan piring berisi nasi ayam pedas itu. Chimon langsung memakan nasi itu tanpa perubahan ekspresi, tetab datar dan tak kepedasan.
" nggak pedes Mon? " tanya Drake prihatin.
" nggak " singkat Chimon datar sambil terus memakan makanan itu dengan lahap. Nanon yang melihatnya hanya bisa meneguk ludah lagi. Nanon tak habis pikir dengan perut Chimon yang tahan dengan rasa pedas sekaligus panas itu.

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang