33. Mata, Malam dan Rasa

301 42 10
                                    


Chimon dan Sing sudah ada di mall. Mata Sing terus menjelajahi toko toko, mencari kado spesial untuk kekasihnya. sebenarnya mau cari apasih Sing? Cepetan dong, gue harus kerumah Nanon nih " protes Chimon.
" duhh, gue gak tau Mon "
Chimon hanya menghela napas lelah. Kakinya pun pegal karna terus berjalan dan tak menemukan apa apa.
" gini aja deh, apa yang Bang Guns suka? Lo pasti tau kan? "
" ehm dia tuh paling suka sama gue "
" nggak gitu juga anjing " katanya sambil menampol kepala Sing.
" lha kok ngamok " ujar Sing mengusap kepala yang jadi sasaran tampolan tangan Chimon.
" bodo!! "
Chimon pun pergi meninggalkan Sing. Sing mengejar Chimon.
" sebenernya Bang Guns tuh suka banget sama lagu scrub. Gue dari tadi nyari itu, tapi gak nemu nemu Mon "
Chimon seketika berhenti berjalan dan menoleh menatab Sing datar. Sangat datar, bahkan tatapan itu mampu membuat Sing kikuk seketika.
" kalo Lo nyari CD lagu scrub ngapain keluar masuk toko baju, toko aksesoris sih Sing?!!! Aatagaaaa?! Dimana otak Lo Sing?!!!! " geram Chimon. Ia sudah sangat lelah karna mengikuti Sing berjalan hampir keseluruh lantai 1 hingga 3 mall.
" hehehe, maaf Mon. Yaudah yuk ke toko musik " ujar Sing kikuk karna Chimon masih menatapnya datar.
" janji ini yang terakhir, langsung gue anterin pulang deh "
Chimon menghela napas lelah dan pasrah. Dan pada akhirnya ia melangkahkan kakinya mengikuti kaki Sing.

Chimon mengetuk pintu rumah Nanon saat jam tangan digitalnya menunjukan angka 22.30 dan pintu itu terbuka. Muncul sosok Nanon dari balik pintu. Nanon mengisyaratkan pada Chimon untuk masuk. Tanpa malu, Chimon langsung menjatuhkan dirinya di sofa Nanon.
" heh, tidur dikamar gue Mon, jangan disitu " kata Nanon sambil menepuk pelan pipi Chimon agar terbangun. Namun Chimon hanya melenguh pelan, dan mengabaikan suara Nanon. Nanon yang jengah dengan itu langsung menggendong bridal style Chimon. Chimon yang kaget refleks langsung mengalungkan kedua tanganya di leher Nanon.
" Non... " lirih Chimon.
" salah Lo sendiri suruh pindah gak mau. Yaudah gue gendong aja " potong Nanon.

Nanon menjatuhkan badan Chimon keatas kasurnya. Yang tidak disangka Nanon adalah, badanya ikut terbawa jatuh diatas tubuh Chimon. Posisi Nanon yang berada tepat di atas Chimon memudahkan Nanon melihat wajah Chimon secara dekat. Mata mereka bertemu, saling pandang. Sama sama masuk dalam kata mata yang tak bisa dikatakan oleh mulut. Mata mereka sama sama menjelaskan rasa mereka yang tak bisa dijelaskan mulut. Jantung mereka sama sama berdegub kencang, bahkan degupan itu mampu didengar oleh telinga mereka.

Chimon mendorong pelan Nanon kala ia tak mampu lagi menahan degub jantungnya. Ia yakin wajahnya sudah memerah tomat sekarang. Agar Nanon tak mengetahuinya, Chimon memalingkan wajahnya. Namun tetab saja Nanon mengetahuinya. Nanon hanya tersenyum tipis melihat Chimon yang malu malu. Cantik dan menggemaskan baginya. Chimon memutuskan untuk kekamar mandi. Namun belum sempat kakinya melangkah jauh, tangannya lebih dulu ditarik Nanon hingga punggungnya menabrak tubuh bagian depan Nanon. Dengan seenak hatinya, Nanon memeluk pinggangnya. Tubuh Chimon meremang saat Nanon berbisik tepat ditelinga.
" Lo cantik " bisik Nanon. Chimon berusaha melepaskan diri dari Nanon. Dan ketika Nanon melepaskan pelukannya, ia segera berlari kekamar mandi meninggalkan Nanon yang terkekeh kecil.

Dalam kamar mandi, Chimon berdiri didepan kaca. Mencuci wajahnya yang merah berkali kali. Berharab rona merah itu hilang. Chimon juga mengatur nafasnya agar jantungnya kembali berdetak normal. Ia menelan ludah berkali kali mengingat kelakuan Nanon barusan.
" apa apaan tuh kaya gitu. Bikin jantung anak orang nggak aman aja. Kalo tiba tiba gue jantungan gimana? Dia pasti nggak mau tanggung jawab tuh " monolognya. Chimon kembali memegang dadanya, ia masih bisa merasakan detak jantungnya.
" sialan juga nih jantung! Nggak ngerti kondisi apa ya! Inget Nanon tuh sahabat Lo, bukan pacar Lo " makinya pada diri sendiri.

Chimon keluar dari kamar mandi setelah yakin jika semuanya sudah kembali normal. Ia melihat lampu kamar Nanon yang telah dimatikan, pertanda jika sang empu kamar telah tidur tampan. Perlahan, Chimon menuju sisi kasur Nanon untuk tidur. Awalnya ia menghadapkan tubuhnya pada Nanon. Tanganya tergerak untuk mengusap lembut wajah tampan Nanon. Tangan itu berhenti saat sadar jika apa yang dia lakukan itu bisa saja mengganggu Nanon. Ia segera membalik tubuhnya agar tak melakukan hal yang sama. Namun tiba tiba tubuhnya malah ditarik mendekat oleh Nanon.
" Non... "
" sssst, udah malem Mon " timpal Nanon mengeratkan pelukannya pada pinggang Chimon. Chimon hanya pasrah setelahnya. Percuma ia menolak, toh hatinya juga menginginkan pelukan tidur Nanon sejak lama.

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang