Ujian hari pertama
Ujian sudah tinggal menghitung detik. Mereka sudah duduk di tempat masing-masing, dengan guru pengawas didepan mereka. Menatab mereka tegas sambil menjelaskan peraturan peraturan ujian yang sama sekali tidak boleh dilanggar. Sedangkan para murid sedang menahan napas karna Sola ujian yang sebentar lagi ada si hadapan mereka. Terlebih Chimon yang belum paham beberapa pelajaran karna terlalu sering bolos dan galau akan Nanon. Apalagi First yang sama sekali belum paham apapun. Mereka yakin nilai mereka pasti buruk nanti.
Pukul 7.45 lembaran soal dan selembar kertas jawaban sudah adavsi hadapan mereka. Harus diisi dengan jawaban yang benar atau lebih banyak benarnya untuk menentukan masuknya mereka si kampus pilihan mereka. Nanon dan Ohm menghela napas berat, terlalu memikirkan Chimon dan First membuat mereka tak memiliki waktu untuk belajar. Melihat soal soal itu saja sudah mampu membuat mereka berkaca kaca. Mereka sedang menghadapi matematika kalau kalian mau tau. Sementara ditempatnya, ada Chimon dan First yang lega karna soal yang ia hadapi tidak sesusah apa yang mereka bayangkan. Mereka bisa dengan mudah mengerjakan soal soal itu.
Ujian masih 30 menit lagi. Pengawas ujian sedang asyik berkeliling mengawasi para peserta ujian yang masih menunduk menghapal soal soal ujian. Nanon bahkan sudah pasrah dengan nilai ujiannya nanti. Namun dahinya mengernyit ketika sebuah menatab kertas datang di hadapannya. Dengan bingung, ia membuka rematan kertas itu. Dan semakin bingung, mendapatkan sebuah nomer dengan jawaban. Kebingungannya berhenti ketika ia mendapat kertas lagi bernama nama Chimon. Nanon pun melirik Chimon yang menatabnya penuh isyarat. Nanon pun tersenyum karna mendapatkan jawaban dari orang pintar, dan lebih senang lagi karna ternyata Chimon masih peduli padanya.
Berbeda Nanon Chimon, berbeda dengan Ohm First. Ohm benar benar menyerah dengan soal yang ia baca sekarang. First yang menyadarinya hanya bisa tersenyum tipis. Ia pun diam diam membuka hpnya, dan membuat nama kalau untuk hpnya. Menelfon pengawas ujian agar pengawas ujian keluar. Dan benar saja, pengawas itu langsung keluar. Dan dengan cepat First memfoto lembar jawabannya yang telah terisi semua dan mengirimnya pada Ohm. Ohm sempat mengerutkan kening heran dengan pesan First yang tiba tiba. Ia sempat berpikir kalau First akan mengatasinya bodoh dan payah. Namun salah, Ohm malah mendapat apa yang ia butuhkan dan ditambah dengan kata kata semangat dari First. Ohm secara tiba tiba menjadi kembali semangat.
Akhirnya, ujian hari ini selesai. Namun mereka belum diperbolehkan pulang karena ada les mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk besok. Mereka diberi istirahat selama satu jam untuk menginginkan kepala mereka yang panas karena angka angka yang tak bisa mereka pahami.
Untuk mendinginkan pikiran mereka, mereka sepakat untuk pergi kekantin. Mereka berjalan berdampingan. Drake dan First anj di paling depan, Ohm First di tengah, dan Nanon Chimon di paling belakang. Drake dan Frank asyik mengobrol sambil bergandengan tangan, Ohm dan First yang hanya saling lirik, dan Nanon Chimon yang hanya diam dan Chimon yang acuh.
" makasih " ujar Nanon memecah keheningan antara mereka.
" buat? " tanya Chimon cuek.
" jawaban tadi. Gue udah bener bener tadi "
" oh " singkat Chimon. Ia terus berjalan, mengabaikan Nanon yang menatabnya sendu. Dengan segera Nanon menghentikan langkah Chimon dengan menggenggam tangannya.
" kenapa lagi sih?! Gue laper mau makan. Mau kekantin " ujar Chimon kesal. Ia berusaha menghindari mata Nanon yang menatabnya dengan tatapan tak dapat diartikan.
" Please kasih gue kesempatan "
" kesempatan buat apa lagi?! " tanya Chimon semakin kesal. Kali ini ia memberanikan dirinya menatab mata Nanon. Dan alhasil ia berkaca kaca sekarang.
" buat kita kaya dulu "
" kaya apa maksud Lo?! Dari dulu sampe sekarang kita cuma sahabat dan gak lebih!! Lo berharab apa lagi emang!! " bentak Chimon. Kali ini dia benar benar menangis. Hati Nanon mencelos melihatnya. Mereka bahkan mengabaikan orang orang yang menatab mereka heran. Nanon membawa tubuh Chimon masuk ke dalam pelukannya. Berusaha menenangkan meski malah semakin kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Feeling ~Namon~
Ficção Adolescente" terima kasih telah berada dihidubku, terimakasih sudah menemaniku disaat hari hari kelamku, terimakasih telah menjadi sandaranku disaat aku membutuhkan seseorang di sisiku. tapi bolehkah aku berharap lebih darimu, untuk terus ada di sisiku, untuk...
