44. Nanon Chimon

327 40 6
                                    


Chimon masih terdiam diatas kasurnya, ia Mengabaikan cacing di perutnya meminta diisi dengan makanan lezat. Matanya sudah memerah. Ia tidak ingin terlihat lemah, namun ia juga ingin menangis. Hanya Nanon tempatnya mengadu dan menangis, jika Nanon tidak ada di sampingnya, bagaiamana ia bisa menangis. Ia bahkan juga mengabaikan Off dan Gun yang terus mengetuk pintu kamarnya. Hanya mengeluarkan kata "Chimon ngantuk mau tidur" padahal semalaman ia sudah tertidur. Sing yang semakin khawatir dengan Chimon berusaha mencari cara agar Chimon keluar. Dia berusaha bernegosiasi dengan Chimon, membujuknya agar segera keluar. Entah itu untuk makan, mandi atau bahkan pergi sekalipun yang penting keluar kamar. Mereka ingin melihat kondisi Chimon.

Sementara dikamarnya Nanon malah semakin sakit. Ia yang seharusnya istirahat total, bukan hanya badan tapi juga pikiran malah sibuk memikirkan Chimon hingga begadang semalaman. Tay dan New sudah berkali kali mengajak Nanon kerumah sakit, namun Nanon menolak. Bahkan Pluem sudah mengatakan jika ia akan memanggil Chimon, Nanon juga menolak dengan alasan saat Chimon sedang down ia butuh dirinya, jika tidak ia butuh sendiri. Pluem yang mendengarnya hanya menghela napas kasar. Keluarga  itu sudah bingung bagaiaman cara membujuk bungsu si keluarga Januarta itu. Tay dan New sudah angkat tangan dengan Nanon. Hanya Pluem yang masih berusaha membujuk Nanon. Hingga ia lelah, pada akhirnya, ia berkomunikasi diam diam dengan Sing. Memberi kabar satu sama lain tentang Nanon dan Chimon. Menghela napas kasar karena kondisi mereka sama sama buruk.

Di ruang keluarga Adikari, Sing mengacak rambut kasar. Disampingnya Guns sudah menggenggam tangan Sing lembut. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Hingga kini, Chimon sama sekali belum keluar. Otaknya buntu memikirkan bagaiamana caranya Chimon keluar dari kamar nyamannya. Hingga ide muncul di otak Sing. Ini cara terakhir yang bisa dipikirkannya, jika gagal maka ia akan menyerah dan membiarkan Chimon bosan, hingga dia akan keluar dengan sendirinya. Sing berjalan mendekati kamar Chimon, mengetuk pelan pintunya.
" Mon Lo yakin nggak mau keluar? " tanya Sing.
" yakin!! " jawab Chimon dari dalam.
" oke kalau gitu. Gue balik dulu. Oh ya tadi Kak Pluem telfon gue, katanya Nanon sakit, dari kemarin nggak sembuh sembuh. Malah tambah parah lho, diajak kerumah sakit juga nggak mau " ujarnya memancing Chimon. Sing tersenyum licik, ia segera pergi dari kamar Chimon kembali ke ruang keluarga.

Sementara dikamarnya, Pluem sedang berbicara dengan Janhae dengan fitur video call. Pluem terlihat stress dimata Janhae. Janhae sebagai pacar yang baik mencoba menghibur Pluem. Sangat susah menghibur Pluem yang sedang stress, Janhae membutuhkan banyak ekspresi untuk membuat Pluem tersenyum lagi seperti biasanya. Pada akhirnya, Pluem bisa tersenyum meski hanya senyum kecil.
" lagian aku heran sama adik kamu Pluem. Aneh, waktu dia udah sadar sama perasaannya kenapa malah malu, pake takut segala lagi. Kenapa nggak langsung confess aja. Sekarang kalo udah kaya gini malah jadi kepikiran dan langsung sakit kan "
" aku juga nggak tau ah Jan, aku juga pusing sama adek aku sendiri "
" kamu udah ngomong sama Chimon kalo Nanon sakit? "
" nggak sempet Jan. Kamu pernah aku ceritain kan kalo dia ada masalah sama keluarganya? "
" kata kamu mereka udah membaik sekarang? "
" ya membaik sementara "
" maksud kamu? "
" ya tadi ada temennya Chimon bilang kalo akhirnya, orangtua Chimon mutusin buat cerai. Dan sekarang Chimon lagi down banget. Dia bahkan nggak mau ngangkat telfon dari aku atau bahkan Nanon sendiri "
" susah sih kalau gitu, yaudah gini aja. Kamu paling nggak chat atau yang telfon dia lagi, siapa tau nanti diangkat "
" yaudah deh, ntar aku telfon dia lagi "
" okedeh. Pluem kalo Nanon nggak semangat kamu juga harus semangat dong "
" iya iya, kamu juga jangan lupa makan, inget kamu punya maag "
" iya iya yaudah aku tutup ya "
" iya "
" Bye yank "
" bye sayangku "

Chimon menjadi gelisah mendengar Nanon sakit. Tanganya terulur mengambil hp. Chimon ragu akan manelfon Nanon atau tidak. Otaknya terus berpikir. Otaknya terus mencoba tidak peduli, namun hatinya tidak bisa berbohong bahwa dia masih sangat peduli pada Nanon. Chimon berulang kali mengambil nafas dan mengeluarkannya lewat mulut. Mencoba tenang untuk berpikir, namun nihil. Pada akhirnya, ia berdiri mengambil kunci motor kesayangannya yang sudah lama tak ia gunakan. Berlari keluar kamar, mengabaikan Off, Gun, Sing dan Guns yang mengkhawatirkan dirinya sejak kemarin. Dengan kecepatan tinggi, ia memacukan motornya memecah angin jalanan. Ia benar benar khawatir dengan Nanon.

Nanon tiduran, matanya terbuka memerah. Badanya semakin memanas. Kondisi Nanon yang memburuk seharusnya memaksa Nanon untuk pergi kerumah sakit, tapi Nanon tetab tidak mau, bahkan ia mengancam akan kabur jika mereka membawa Nanon kerumah sakit secara paksa. Tay hanya mampu memijat pelipis pusing, New yang khawatir dan Pluem yang pasrah.

Chimon mengetuk pintu rumah Nanon. Tak lama terbukalah pintu besar itu, keluarlah sosok New yang keluar dengan wajah khawatir. New tampak kaget dengan kedatangan Chimon.
" Chimon "
" permisi Papa New, katanya Nanon sakit ya? " tanya Chimon To The Point.
" masuk suku yuk " ajak New, Chimon hanya mengangguk. Ketika masuk keeumah itu, matanya tak sengaja bersitatap dengan Pluem yang menatabnya lega. Chimon yakin, Pluem pasti tau penyebab Nanon sakit.
" Nanon sakit apa Pa? " tanya Chimon lagi begitu ia duduk dihadapan Pluem. Matanya melirik Pluem yang masih menatabnya lega.
" kecapekan kalo kata dokter, sama Nanon stress akhir akhir ini katanya. Jadi imbasnya ke sistem badanya yang lemah "
" usah baikan Pa? " tanya Chimon lagi. Kali ini Pluem melihat ekspresi bersalah pada Nanon.
" sayangnya belum Mon, malah main parah. Disuruh ke dokter gak mau, malah marah marah pake ngancem mau kabur segala lagi. Pusing Daddy " keluh Tay.
" kakak bilang mau nelfon kamu katanya malah nggak usah " tambah Pluem.
" sekarang Nanon lagi apa? "
" tidur Mon, kamu langsung aja ke kamarnya " kata New. Chimon hanya mengangguk. Dia berjalan ke kamar Nanon.

Chimon membuka perlahan pintu kamar Nanon. Perlahan ia masuk, melihat Nanon yang tertidur dengan posisi miring, dengan selimut yang menutupi tubuhnya hingga ke bagian dada. Chimon menghela napas pelan. Ia tak tau jika kata katanya kemarin bisa membuat Nanon stress hingga sakit seperti ini. Perlahan ia duduk di ranjang di samping Nanon. Tanganya bergerak membelai lembut kepala Nanon. Rasa panas langsung menyergap tanganya. Nanon membuka mata pelan. Mengubah posisinya menjadi menghadap Chimon. Nanon kaget, awalnya ia mengira jika itu adalah New. Namun ternyata yang membelai kepalanya adalah sosok manis Chimon. Nanon langsung memeluk erat perut Chimon. Panas Nanon pun ikut memeluk Chimon. Tangan Chimon bergerak mengelus punggung Nanon.
" kenapa bisa sakit si? " tanya Chimon lembut.
" kemaren kehujanan gue " jawab Nanon dengan suara seraknya.
" Lo kan pake mobil, kok kehujanan? "
" gue jalan kaki, nggak kepikiran buat pake mobil Mon. Yang ada dipikiran gue cuma Lo " jawab Nanon, masih memeluk perut rata Chimon. Sementata Chimon hanya terdiam.
" seberpangaruh itu kata kata gue buat Lo? " tanya Chimon lirih, matanya menatap wajah Nanon pucat lekat. Tanganya mengelus pelan wajah Nanon yang terasa panas. Nanon tersenyum melihat wajah Chimon.
" dari pada mikirin gue, mending Lo mikirin diri Lo sendiri. Gimana sama Lo, Lo nggak ngurung diri dikamar sampek sehari full kan? " pertanyaan Nanon membuat Chimon terkekeh.
" kenapa? Lo khawatir? "
" yaiyalah. Lo pikir gue nggak khawatir apa? Lo tau nggak paniknya gue tau papi Off Papa Gun cerai. Gue langsung kepikiran sama Lo. Gue gak mau Lo kenapa napa. Gue sayang sama Lo " kata Nanon. Tanpa mereka sadari, ada Tay dan New yang mengintip dan mencuci dengar pembicaraan mereka. Mereka menjadi penasaran setelah Pluem mengatakan Nanon akan sembuh jika Chimon ada.
" gue..... "
" Mon gue sayang sama Lo. Gue gak mau Lo sakit "
" tapi yang sakit sekarang itu Lo, bukan gue "
" sekhawatir itu Lo sama gue? Sampek Lo nggak bisa ngrasain kondisi badan lo sendiri? "
" kenapa? " tanya Chimon bingung.
" muka Lo pucet, mata Lo juga hampir bengkak. Gue yakin Lo nggak makan bahkan Lo nggak keluar kamar kan? Gue lebih khawatir sama Lo " jelas Nanon.
" gue gak papa, Lo nggak perlu khawatir "
" ngga bisa "
" kenapa? "
" karna nggak ada yang kenal Lo lebih baik dari gue. Orang lain mungkin bakal percaya kalo Lo nggak apa apa lewat muka datar Lo. Tapi gue nggak akan pernah percaya. Karna cuma gue yang ada di samping Lo saat Lo down. Cuma gue yang ada disamping Lo saat Lo nangis, cuma gue yang slalu ada si sisi Lo kapanpun itu. Jadi cuma gue yang kenal Lo dengan baik baik " jelas Nanon. Dia menggenggam erat tangan Chimon. Mata Chimon berkaca kaca sekarang.
" ya cuma Lo. Sejak dulu emang cuma Lo yang bisa liat gue lagi gak baik baik aja, meski kita nggak saling kenal sekalipun. Itu yang buat gue suka sama Lo " kata Chimon datar dengan suaranya yang bergetar.
" maaf, buat semuanya, gue tau gue salah. Gue bodoh, gue bego gue akuin itu " ujar Nanon. Kembali memeluk perut Chimon. Nanon mengabaikan sakitnya. Chimon menunduk menangis. Ia menahan isakanya agar orang diluar kamar tak mendengar tangisnya. Meski nyatanya, Tay dan New melihat bahkan mendengar semuanya.

Tbc

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang