48. Hari Para Bucin

382 38 1
                                        

Seperti biasa abaikan typo

Setelah 3 hari libur, kini murid sekolah kembali masuk. Mereka masuk sudah tidak lagi harus berhadapan dengan soal. Mereka hanya masuk untuk membedah kisi ujian sekolah. Setalah itu mereka dibebaskan untuk melakukan apapun asal jangan menganggu Murid kelas bawah.

Guru baru saja keluar dari kelas Chimon pukul 8.30 tepat. Selesai membahas soal soal Matematika, membuat beberapa murid langsung bergerak untuk kekantin. Tapi tidak untuk pasangan Drake Frank. Mereka lebih memilih untuk tetab dikelas. Frank bersandar di dada Drake sambil membaca novel. Sementara Drake memejamkan mata dengan earphone yang terpasang di telinganya. Tanganya melingkar di pinggang ramping Frank. Mereka sama sama diam.
" Drake " panggil Frank
" apa? " jawab Drake sembari melepas satu earphone-nya.
" kira kira bisa nggak Lo kayak karakter di novel ini? " tanya Frank membuat Drake mengerutkan alisnya.
" emang karakter di novel kaya gimana? "
" dingin, cuek tapi romantis, perduli sama pacarnya " jawab Frank. Drake mengangguk paham. Tangannya tergerak untuk mengelus surai lembut Frank.
" bisa kalo gue tokoh wattpad "
" ihhhh, gue serius Drake " sebal Frank.
" ya gue juga serius Frank. Lo tau kan, gue bukan karakter novel. Meskipun ada cowo kaya gitu, gue yakin cuma ada 1 dari 100 cowok "
" kenapa? " tanya Frank bingung.
" karakter itu terlalu sempurna. Karakter yang dingin, cuek, tapi romantis dan peduli. Kalo di logika, mana ada orang yang cuek tapi peduli. Kalo cuek ya cuek. Peduli ya peduli. Cuek sama peduli itu beda. Nggak bisa disamain "
" kalo ada gimana? "
" ya silahkan cari. Tapi kaya apa yang gue bilang. Cuma 1 dari 100 yang kaya gitu " jawab Drake cuek. Frank hanya diam.
" nggak jadi cari deh. Lagian aku nggak butuh yang kaya gitu. Aku butuh kamu aja udah " final Frank mau tak mau membuat Drake terkekeh geli. Frank yang tiba tiba menggunakan aku kamu dalam bahasanya masih sangat canggung ditelinga Drake.
" nah itu, lagian meskipun aku nggak kaya karakter favorit kamu, aku cinta sama kamu. Dan cinta aku kekamu itu asli. Nggak cuma tertulis di kertas buram yang kalau dibakar ilang dan nggak ada lagi, sekalinya adapun cuma salinan yang bahkan udah  kecetak berpuluh puluh halaman " 
Frank tersenyum mendengar kata kata Drake.
" salinan si, tapi kan banyak " ujar Frank. Drake menghela napas.
" banyak? Iya. Tapi sama aja kan. Penulisnya satu cuma diperbanyak cetakan. Buat dijual dan ngehasilin uang. Coba bandingin cinta aku kekamu. Cuma satu dan nggak diperbanyak. Nggak dijual buat ngehasilin duit. Dan yang pasti cintaku ke kamu nggak cuma tertulis buat dibaca. Tapi beneran ada buat dirasa. Nggak bakal ilang walau dibakar juga "
Frank tersenyum. Menundukkan kepala menyembunyikan wajah merahnya. Drake entah untuk beberapa puluh kali, kembali mengaduk perasannya. Sementara Drake yang menyadari tingkah Frank terkekeh kecil. Prinsip Drake kalau drake menggunakan gue elo, maka Drake pun akan sama. Tapi jika Frank menggunakan aku kamu, maka Drake pun juga akan menggunakan aku kamu sebagai panggilan.

Sementara dikantin, suasana ramai menjadi hal yang biasa bagi setiap sekolah. Namun keramaian itu tak menggangu sosok manis yang duduk di pojok kantin. Sibuk dengan hp entah apa yang ia lakukan dengan hpnya. Sesekali menyeruput milkshake coklatnya. Mengabaikan keberadaan Ohm yang menatabnya memelas.
" First " panggil Ohm entah sudah beberapa kali. First bahkan sampai bosan mendengar suara Ohm memanggil namanya.
" First " panggilnya lagi.
" Lo kalo nggak betah disini kekelas aja sana. Daripada ganggu gue disini " ujar First akhirnya, menatab Ohm malas.
" Lo kan tau gue pengen nemenin Lo. Gimana si " ujar Ohm kesal. Wajahnya tertekuk total seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.
" jadi Lo nyalahin gue nih? Tadi yang mau ikut kekantin siapa coba? Lo kan? Jadi ya ngga usah protes " ketus First. Ohm menghela napas, ia sudah menduga sebelumnya. Akan susah mendapatkan perhatian First lagi.
" yaudah Ok. Gue pergi " kata Ohm kesal seperti perempuan. Ia lantas berdiri. Belum sempat ia berjalan, kaki panjangnya tersandung kaki meja dan membuatnya jatuh dengan tidak elitnya. Membuat seisi kantin yang melihatnya tertawa. Tapi tidak dengan First yang malah meringis seolah merasakan sakit yang Ohm rasakan. Dengan penuh perhatian First membantu Ohm berdiri dan mendudukkannya di kursi yang Ohm duduki tadi.
" Lo nggak papa Ohm? " tanya First khawatir. Matanya telaten meneliti kaki Ohm, takut ada yang terluka. Bukanya memberi tau mana yang sakit. Ohm malah tersenyum manis, membuatnya beberapa gadis yang melihatnya memekik karna ketampanannya.
" kenapa malah ketawa siii!! Gue tanya ada yang sakit nggak?? Kok malah ketawa kaya orang stress tau gak Lo?!! " kata First kesal yang malah terlihat manis untuk Ohm.
" nggak ada yang sakit kok, tenang aja. Cuma malu aja sih, diliatin murid murid lain " ujar Ohm.
" makanya kalau mau jalan itu liat liat. Jangan asal jalan aja. Gimana kalo tadi kaki Lo keseleo atau malah patah " omel Frist.
" nggak akan Sampek patah First kalo jatoh gitu doang " santai Ohm.
" ya kan kalo sakit nggak ada yang tau!! Gimana sih Lo! "
Ohm tersenyum, tanganya tergerak menarik First yang masih berdiri disampingnya. First melotot ketika Ohm dengan sengaja menjatuhkan First di atas pangkuannya, dan dengan tidak ada malunya, Ohm memeluk pinggang First. First hanya bisa menggigit bibir dalamnya, karna melihat muka tampan Ohm dari dekat. Matanya berkeliaran, mengamati seisi kantin yang memandang mereka dengan tatapan yang berbeda beda. Ada yang jijik, biasa bahkan tak sedikit yang memandang mereka berbinar. First menelan ludah ketika tangan Ohm mengelus pelan wajahnya. Mulai dari mata, hidung, pipi, hingga yang terakhir bibirnya. Berbeda dengan First yang malu malu, Ohm malah menatab intens bibir First. Entah keberanian dari mana, First mendekatkan wajahnya dengan wajah Ohm. Hingga tertinggal beberapa centi saja maka bibir mereka akan bertemu. Mata mereka saling menatab. Mereka bisa merasakan hembusan nafas masing masing karna saking dekatnya. First yang tersadar jika mereka masih dikantin berniat menjauhkan wajahnya dari Ohm. Namun Ohm malah menahan tengkuk First dan menyatukan bibir mereka. First tentu saja kaget dengan apa yang dilakukan Ohm. Terlebih lagi kni dikantin. First berpikir Ohm sudah tidak memiliki urat malu lagi. First berusaha menghentikan ciuman Ohm dengan mendorong dada Ohm. First bahkan menutub rapat bibirnya. Ohm yang merasakan penolakan First malah semakin tertantang. Ia menggigit bibir bawah First hingga sebuah desahan kecil keluar dari mulut First.  Tak membuang kesempatan, Ohm segera melesakkan lidahnya memasuki mulut manis First. First yang awalnya menolak, memilih memejamkan mata dan mengalungkan kedua tanganya di leher Ohm. Menikamti ciuman Ohm yang benar benar memabukkan. Mengabaikan pekikan murid lain karma tingkah mereka, juga mengabaikan beberapa siswi yang mimisan karna ciuman yang mereka lakukan.

Nanon sibuk membelai pelan rambut halus dan wangi milik Chimon. Tangan yang tidak mengelus lembut rambut Chimon ia gunakan untuk memeluk pinggang ramping si manis.  Matanya tak lepas dari wajah Chimon yang cantik, manis namun juga imut dan tampan. Sementara Chimonya sendiri sedang bersandar di dada Nanon sambil membaca buku novel yang belum rampung ia baca karna ujian. Diam diam Chimon menikmati elusan lembut diatas kepalanya. Aroma parfum Nanon yang tidak pernah berubah selalu bisa memenangkan Chimon. Chimon ingat, parfum yang digunakan Nanon adalah pemberian Chimon dulu. Chimon cukub bahagia ketika apa yang ia berikan slalu dipakai oleh Nanon. Bahkan Nanon masih menggunakan barang yang sama dengan merk yang sama.
" Mon " panggil Nanon lembut ditelinga Chimon. Membuat Chimon sedikit merinding.
" hmm "
" Lo cantik, imut, manis, tapi kadang kadang Lo juga ganteng. Jadi bingung gue, sebenarnya Lo itu cowok apa cewek sih? Apa jangan jangan Lo itu bidadari ya? Yang khusus dikirim Tuhan cuma buat gue " ujar random Nanon yang mau tak mau membuat Chimon terkekeh geli.
" apaansih Lo? Random amat " ujar Chimon masih terkekeh geli. Nanon terdiam, entah untuk keberapa kali Nanon terpesona melihat wajah Chimon.
" gue nggak bohong. Gue jujur dari apa yang gue lihat. Mata Lo, bulu mata Lo cantik. Hidung sama Pipi cabi Lo buat Lo keliatan imut, mulut Lo juga nambah kesan manis Lo. Dan dari itu semua Lo juga keliatan ganteng. Percaya sama gue, orang lain juga bakal beranggapan sama kaya gue ke Lo "
Chimon blushing mendengar kata kata Nanon. Ia merasa seseorang telah melepaskan ribuan kupu kupu dalam perutnya. Jantungnya bahkan berdegub dengan tidak normal. Sekarang giliran Nanon yang terkekeh melihat wajah malu malu Chimon.
" tali sayangnya Chimon, segala kesempurnaan Lo ini nggak yang bisa liat "
" kenapa? " hanya Chimon bingung. Ia bergerak menjauh dari Nanon untuk melihat kearah Nanon.
" karna segalanya cuma gue yang bisa liat. Manis Lo, cantik Lo cuma gue yang bisa liat. Ah gak cuma manis sama cantik atau imut Lo doang. Tapi segalanya, tangisan Lo, manja Lo, semuanya cuma bisa gue lihat. Cause you're mine. Forever mine. because I will never let you go. once you want to leave me, you just have to remember, I will never let go of what I love and love. and you will forever be mine. even though you don't want me anymore understand that. " jelas Nanon dengan suara rendahnya, begitu mendominasi telinga dan hati Chimon. Chimon hanya bisa mengangguk kemudian dengan wajah kepiting rebus. Membuat Nanon jatuh cinta untuk kesekian kalinya.

TBC

Sebenernya rencana awal tu harusnya ada ujian lagi. Cuma karna authornya lupa mau ada ujian apa, dan juga terlalu males buat nyari di chap chap sebelumnya jadi ya gini. Di selesain aja ujiannya, terus fokus ke kebucinan mereka. Hehehe... Jangan bingung ya kalau yang di chap sebelumnya baca bakal ada ujian lagi. Hehehe...

Oke bye bye, janlup Vote And komen yaa.....

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang