13. Si Manis

406 44 8
                                        


Mobil Nanon berhenti di sebuah rumah kecil. Sosok laki laki paruh baya keluar dari rumah itu bersama wanita yang lebih muda dan seorang anak kecil yang manis dan lucu.
" Lo tunggu sini " titah Nanon, Chimon mengangguk. Melihat Nanon yang bersalaman dengan kedua orang itu dan juga anak kecilnya. Berbicara sebentar dengan mereka dan mengambil sebuah kunci yang diulurkan oleh laki laki tua itu. Tersenyum tipis, Nanon kembali ke mobil dan tersenyum manis pada Chimon.
" siapa mereka? "
" Kakek Ahmad, Bibi Rena, sama Almira " jawab Nanon santai
" ya siapa mereka? " tanya Chimon geram
" penjaga rumah nenek selama ini. Mereka yang jaga dan bersishin rumah nenek selama keluarga gue di Kota "  jelas Nanon, Chimon mengangguk paham.
" masih jauh gak rumah nenek Lo? "
" nggak, kenapa? "
" bosen di dalem mobil " jawab Chimon santai, menyenderkan kepalanya ke belakang dan menutub mata. Nanon tersenyum tipis.
" tenang aja, sampai sana nanti bosen Lo bakal hilang "
" hmm " Chimon mengangguk.

Mobil Nanon kembali berhenti. Kali ini berhenti di sebuah rumah bercat putih, tidak terlalu besar memang, namun terlihat indah dengan pagar sliver dan juga tanaman hijau menghiasi bagian depan rumah, juga bunga bunga yang berwarna warni. Mata Chimon berkeliaran melihat seisi rumah.
" ini rumah nenek Lo? "
" iya, gimana Lo suka gak? "
" iya, suasananya enak disini " jawab Chimon " gue boleh liat liat gak? " tanyanya antusias. Nanon mengangguk mengganti jawaban iya. Dengan langkah pasti, Chimon mengelilingi rumah itu.

Chimon membawa kakinya melangkah ke setiap ruangan yang ada disana. Ia mulai dari kamar ruang tamu, ruangan itu tak besar, hanya ada beberapa barang yang tersusun rapi dan terkesan sederhana. Namun Chimon tau, barang barang yang ada disana bukanlah barang barang dengan harga kecil. Dapat dipastikan jika barang barang itu bernilai jutaan bahkan milyaran jika dijual. Chimon kembali melangkah, kali ini ia membawa kakinya ke lorong kecil dengan 3 kamar disana. Chimon membuka kamar pertama, tidak bagak barang-barangnya, hanya ada tempat tidur, lemari, meja belajar dan nakas disamping tempat tidur. Chimon memasukinya. Berjalan pelan melangkah masuk kesana. Chimon berhenti di depan meja, terdapat satu foto Tay ketika masih remaja disana.
" Dad Tay ternyata dulu ganteng juga ya, pantes nurun ke Nanon " monolog Chimon. Setelah puas, ia keluar dan tak lupa menutub pintu. Ia kemudian memasuki kamar utama, Chimon memasukinya dan melihat banyak barang kali ini. Mulai dari tempat tidur, beberapa lemari, dan sebuah meja yang cukub besar. Hanya dengan melihat nuansanya saja Chimon tau bahwa ini kamar Nenek Nanon.
" kamarnya rapi meskipun banyak barang " monolog Chimon lagi.
Kali ini Chimon memasuki kamar terakhir, tidak seperti dua kamar sebelumnya. Kamar jnj terlihat lebih berantakan dengan sedikit barang tapi banyak poster. Chimon memasuki kamar itu dan tersenyum penuh arti kala tau siapa sang pemilik kamar.
" bener bener cowok, kamarnya berantakan banget. Katanya setiap hari diberesin, diberesin apanya kaya gini. Kamar udah kaya kapal pecah gini kok " monolog ketiga Chimon. Tanpa Chimon sadari, seseorang tersenyum dibalik pintu mendengar protes dari sahabatnya satu itu. Setelah puas melihat lihat kamar, ia pun keluar. Chimon melihat Nanon yang berdiri sambil bersender di tembok.
" Lo kenapa sih suka banget nyender ke tembok? Lo mau jadi cicak ya " protes Chimon.
" oke gue jadi cicak, asalkan temboknya Lo " canda Nanon.
" apasih?! Basi tau gak! Gombalanya jadul!! " ketus Chimon yang kembali berjalan keruang tamu, disusul Nanon.
" lah siapa yang gombal? Kan pembahasan cicak Lo duluan yang mulai, gimana sih " elak Nanon.
" terserah Lo aja deh. Capek gue debat ama Lo " turun Chimon, ia pun merebahkan dirinya di sofa empuk dan menutub mata.
" kalo nagntuk Lo tidur aja dulu, gue mau masak buat makan malam. Nanti gue bangunin Lo kalo makanannya udah siap "
" hmm "
Nanon pun melangkahkan kakinya ke area dapur.

Malam telah tiba, Nanon sedang menyiapkan makanan yang ia masak ke meja makan. Ia tersenyum melihat masakanya. Ada beberapa menu disana, dan semua itu menu makanan kesukaan Chimon. Ia kemudian berjalan ke ruang tamu dan melihat Chimon masih terlelap dalam tidurnya. Mata Nanon fokus pada wajah manis Chimon. Nanon terpana sesaat melihat wajah bag malaikat itu. Kulit wajah yang putih mulus, bulu mata yang lentik, bibir tipis yang terlihat seksi. Tanpa sadar Nanon mendekatkan wajahnya ke wajah Chimon. Melihat Chimon dari jarak yang benar benar dekat. Menikmati keindahan wajah Chimon yang menjanjikan.
" Lo manis dan cantik, kenapa gue baru sadar ya " gumam Nanon. Tangan Nano kemudian tergerak untuk membelai lembut rambut halus Chimon.
" gue heran Mon, Lo itu cewek apa cowok sih? Lo cowok tapi cantik, Lo kaya Cewek, tapi Lo  punya batang " monolognya. Karna terlalu banyak bicara, Chimon perlahan membuka matanya. Tubuhnya langsung menegang ketika melihat wajah Nanon yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya.
" mau ngapain Lo?! " tanya Chimon panik. Nanon mengambil langkah mundur dan menghela napas lega.
" mau bangunin Lo, udah waktunya makan malem noh. Ayi makan " jawab Nanon santai.
" ya udah, tapi ngapain deket deket?! "
Nanon mendekat, memposisikan tubuhnya lebih dekat ke Chimon dan membisikkan sesuatu tepat ditelinga Chimon.
" habisnya Lo cantik, gue gak yakin kalo Lo cowok. Gimana kalo kita liat aja, Lo Cowok atau bukan "
Tubuh Chimon meremang. Ada yang berbeda dengan suara Nanon kali ini. Suara itu terdengar berat dan rendah.
" a...apaansih Lo...nggak jelas tau gak! Udah ah...gue laper...gue mau makan! Minggir " kata Chimon gugub. Ia mengumpulkan semua tenaganya untuk mendorong tubuh bongsor Nanon. Dengan malu ia berjalan ke meja makan. Nanon tersenyum tipis tingkah Chimon. Nanon pun menyusul Chimon ke meja makan dan makan bersama. Nanon tersenyum melihat wajah Chimon yang sedari tadi tadi merona karna malu.
" usah gak usah malu segala, tadi gue bencana kok "
" sialan! Becanda lo  nggak ya bangsat!! " umpat Chimon, yang dijawab gelak tawa oleh Nanon.
" iya iya, makanya gue minta maaf "
" hm " jawab Chimon singkat

Selesia dengan urusan makan, Chimon membantu Nanon mencuci piring. Namun maga Chimon masih berkeliaran membiaskan diri dengan rumah itu.
" Non, di halaman belakang ada apa? "
" danau "
" danau?! " pekik Chimon.
" iya, kenapa sih "
" danau asli?! "
" nggak, itu cuma danau buatan Dad Tay dulu, nggak terlalu dalem sih, tapi airnya jernih. Soalnya itu air asli dari pegunungan. Jadi ya jernih plus segee gitu. Kenapa? Lo mau kesana? "
" boleh? "
" boleh boleh aja, kenapa nggak "
" yeayy makasih Nanon, Lo emang yang terbaik deh " pekik Chimon senang. Ia langsung memeluk Nanon dan berlari ke halaman belakang seperti anak kecil. Sementara Nanon menjadi patung untuk sementara waktu. Darahnya bersedia panas dan jantungnya berdetak lebih cepat karna pelukan Chimon barusan.

Chimon duduk di pinggir danau buatan itu, kakinya ia masukan ke danau. Danau itu tak begitu luas, hanya seukuran kolam renang dirumahnya. Namun danau itu tetab indah sebab terdapat beberapa teratai air disana. Juga ada beberapa lampu taman yang memperindah suasana malam disana. Matanya berbinar melihat banyak bintang yang bjaanha tak terlihat di kota. Chimon mencari bintang yang paling terang, saat ia menemukannya, Chimon menutub matanya menikmati hembusan lembut angin malam. Terasa dingin, namun nyaman bagi Chimon. Ingatanya kembali melayang ke Wave. Rasa bersalah dan menyesal muncul kembali membuat dadanya sesak. Setetes demi setetes air jatuh dari matanya. Ingatan akan kecelakaan itu kembali terputar diotaknya. Terisak lirih, merindukan sosok Wave yang tak akan pernah kembali.

Saat tangis Chimon mereda, Nanon datang memeluknya dari belakang dan menyelimuti tubuh mereka dengan selimut tebal. Nanon menarik tubuh Chimon menjauh dari danau agar kakinya tak lagi terendam dalam air. Chimon mengenakan posisi di pelukan Nanon. Menyandarkan kepalanya ke bahu Nanon dan memandang jutaan bintang yang bertebaran di langit, ditemani bulan purnama yang bulat dan indah. Menghela napas, lalu tersenyum ketika sadar bahwa ia jauh lebih tenang sekarang.
" makasih " ucap Chimon tiba tiba
" makasih buat apa? "
" buat ini semua. Lo bener, gue jauh lebih tenang sekarang, dan itu semua karna tempat ini. Gue mau makasih karna lo dah aja gue kesini "
" hm, sama sama " hening sesaat. Chimon makin merapatkan dirinya pada Nanon.
" kedinginan? "
Chimon mengangguk
" masuk yuk " ajak Nanon, akan tetapi Chimon malah menggeleng.
" gue mau disini, gue kangen Wave "
" yaudah " final Nanon. Ia merapatkan pelukannya agar Chimon lebih hangat.
" Lo tau Wave? "
" tau "
Chimon kaget, ia menoleh dan mendapati senyum manis Nanon.
" kapan dan gimana caranya? "
" kemarin, dari Papi Off sama papa Gun "
Chimon menghela napas. Ia kembali menyamankan diri kepada Nanon.
" Lo tau, gue ngerasa bersalah banget. Gue yang ngajak dia ketaman waktu itu. Gue yang ngajak dia main. Andai aja kalo gue gak ajak dia, pasti sekarang dia masih ada sama gue. Gue nyeles Non " ungkap Chimon, nadanya bergetar, ia kembali terisak.
" hey dengerin gue okey, ini semua udah takdir Mon. Lo nggak bisa nyalahin takdir. Ini semua bukan salah Lo okey " hibur Nanon.
" nggak Nanon ini salah gue!!! " ronta Chimon, ja melepaskan diri dadi pelukan Nanon. Menghadap ke Nanon dan melihat Nanon dengan tatapan putus asa. Hati Nanon seakan hancur melihat Chimon yang begitu rapuh. Tangannya menarik tangan Chimon hingga Nanon bisa memeluk Chimon kembali.
" dengerin gue Chimon, ini semua bukan salah Lo kok. Gue yakin, kalo Wave bisa ngomong sama Lo, dia pasti bakal bilang kalo ini senua udah takdir. Lo gak bisa nyalahin diri Lo sendiri. Wave pasti bakal bilang kalo dia sayang sama Lo dan dia gak mau liat Lo kaya gini. Dia mau hidub Lo normal tanpa rasa bersalah, karna emang Lo nggak pernah salah. Yang salah adalah mereka yang nabrak, bukan Lo, okey. Jadi tenang dan lupain itu semua, gue sama Wave sama sama gak mau liat Lo kaya gini " Buhun Nanon. Chimon mengangguk, memeluk Nanon dan terisak kencang. Melepaskan segala rasa bersalah.

Tbc...

Sumpah makin gak jelas ni cerita astagaaa😭😭😭 semoga kalian nggak bingung dan bosen ya bacanya...

Vote
Komen

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang