Nanon berencana mengajak semua sahabatnya makan bersama di sebuah Caffe. Ia sudah menghubungi Ohm, First, Drake dan Frank. Mereka sedang otw ke Caffe yang Nanon share locasion. Tinggal Chimon, namun ia ragu. Mengingat kemarin kondisi Chimon sedang tidak baik baik saja membuat dirinya mengurungkan niatnya.Setelah beberapa menit, semuanya telah sampai di Caffe. Mengbrol sambil memesan makanan.
" Non, Lo nggak ngajak Chimon? " tanya Frank. Nanon menggeleng.
" kenapa? " giliran First yang membuka mulut.
" gue gak enak, liat kondisinya kemarin, dia butuh banyak istirahat sama waktu buat sendiri "
Yang lain hanya mengangguk. Ohm yang biasanya menceritakan sesuatu menjadi pendiam.
" Ohm, kenapa? " tanya First. Ohm terdiam cukub lama
" gue, nggak tau. Gue cuma lagi bingung aja sama situasi sekarang. Terlalu rumit " jawab Ohm akhirnya. Frank terkekeh sinis.
" terlalu rumit? Buat masalah apa nih? " tanya Frank sambil tersenyum miring.
" Chimon " jawab Ohm
" kenapa Chimon? dia gak butuh kasian lo Ohm Zibrano " sinis Frank. First yang sadar Frank berusaha memancing emosi Ohm kemudian melerai mereka.
" Frank, udah gak usah usil. Lo juga Ohm, nggak usah dengerin kata kata Frank. Lagi kumat dia! Bener kata Nanon, kita biarin Chimon sendiri dulu " lerai First.
Frank lagi dan lagi terkekeh sinis.
" sendiri?! Kalo gitu....itu siapa?! " tanya Frank ketus sambil menunjuk seseorang yang sangat mereka kenal. Duduk dengan seorang mantan Detektif terkenal.
" Chimon " kata mereka serempak
" dia sama siapa? " tanya Ohm
" Singto Anan Widjaya " jawab First
" hah?!!! " serempak mereka kecuali First dan Frank
" mantan Detektif terkanl yang harus berhenti karna kecelakaan yang ngebuat dia sempet lumpuh selama dua tahun " timpal Frank.
" kenapa Chimon bisa sama Singto Singto itu? " tanya Drake.
" firasat gue, Chimon lagi coba cari siapa penabrak Wave " timpal Frank tepat sasaran. Mereka semua mengangguk, masih fokus pada Wave dan Singto. Sedikit mereka bisa mendengar pembicaraan mereka karna jarak yang tak jauh. Dan firasat Frank memang benar, nama Wave disebut Chimon beberapa kali.Beberapa menit kemudian, mereka melihat Singto yang telah pergi. Mereka kemudian berjalan menuju meja Chimon berada.
" Chimon " panggil mereka serempak
" kalian? Kalian ngapain disini? " tanya Chimon kaget. Ia segera mengganti aura kelamnya menjadi aura Chimon biasanya.
" seharusnya kita yang tanya? Lo ngapain disini? " tanya First.
" ketemu seseorang " jawabnya datar.
" siapa? " tanya Nanon datar.
" nggak semua orang yang gue temuin harus lapor sama Lo Nanon " sinis Chimon, yang dijawab kekehan sarkas Nanon.
" oke! Tapi bisa lo kasih tau gue?! Kenapa Lo nemuin Singto Anan Widjaya?! " tanya Nanon sarkas. Tubuh Chimon langsung membeku. Tak hanya nama itu yang lancar disebut Nanon yang membuatnya cosplay patung, tapi juga nada suara itu. Sarkas, dingin, datar, dan penuh tuntutan.
" Lo kenal dia darimana?! " nada itu lagi yang digunakan Nanon.
" dia..sahabat lama Papi sekaligus mantan tunangan Papa " dan sialnya, kenapa Chimon harus gugub. Ia menelan ludah kasar.Nanon sialan!!!! ~ batin Chimon
Nanon menatab tajam tepat pada mata kelam Chimon. Nanon melihat dengan jelas, ada luka yang berusaha disembunyikan Chimon.
" buat apa Lo nemuin dia? " kali ini nada Nanon melembut.
" gue cuma pengen ketemu aja. Nggak lebih " jawab Chimon sesantai mungkin. Nanon sebenarnya tak percaya, tapi dapat dilihat dari matanya bahwa Chimon sangat tidak nyaman dengan situasi sekarang.
" yaudah kalo gitu, gue masih ada urusan, kalian mau nongkrong kan? Lanjutin aja, gue pergi duluan " mata Chimon. Ia lalu berdiri dan melangkah pergi. Diikuti Nanon dengan aura dominan dan tatapan tajam menatap Chimon. Frank tersenyum tipis dengan tingkah Nanon.
" gimana Ohm? Udah sadar belum? " tanya Frank tersenyum miring. Ohm tak membuka suara, hanya melihat Nanon yang terus mengikuti Chimon hingga ke mobil dan membuat Chimon marah, yang malah terlihat lucu bagi Nanon.
" Frank udah, jangan mulai lagi " peringat First.Didalam mobil Chimon suasana hening dan sunyi. Chimon hanya diam fokus menyetir, sementara Nanon hanya fokus melihat wajah Chimon berusaha mencari sesuatu yang salah disana.
" kenapa Lo ngeliatin gue gitu banget? Ntar suka kapok Lo " ucap Chimon
" nggak papa, habisnya Lo manis sih "
" bulshit! " Chimon berusaha fokus lagi kejalanan dan menyembunyikan rona merahnya dari Nanon, dan sialnya tetab saja ketauna oleh Nanon.
" cieee salting " goda Nanon
" apasih nggak ya " elak Chimon. Chimon menoleh pada Nanon saat mobil berhenti di lampu merah. Tiba tiba saja Nanon keluar dari mobil dan bergerak ke sisi lain mobil, mengetuk jendela mobil Chimon. Chimon menurunkan jendelanya dan menatab Nanon aneh.
" Lo mau ngapain sih?! " tanya Chimon geram, pasalnya lampu merah sebentar lagi akan berubah menjadi hijau.
" pindah ke bangku penumpang, biar gue yang nyetir "
" hah??? "
" nggak usah hah hah hah, cepet pindah, dah mau lampu ijo noh "
Mau tak mau, Chimon berpindah ke bangku penumpang dan Nanon masuk ke bangku supir. Disaat yang tepat, lampu berubah menjadi hijau. Nanon melajukan mobilnya dengan santai.Chimon masih diam ketika Nanon membawa mobil Chimon ke daerah yang tak ia kenal. Ia masih bingung namun hanya diam karna melihat Nanon yang fokus menyetir. 30 menit awal masih terlihat banyak gedung tinggi atau bangunan besar, namun kemudian, mulai jarang bangunan dan lebih didominasi oleh pepohonan dan sawah hijau.
" kita mau kemana sih Non? " tanya Chimon heran, ia menoleh pada Nanon yang sesekali melirik ke arahnya.
" udah, Lo diem aja. Nikmatin noh keindahan alam. Lo udah jarang kan liat pemandangan kayak gini? " jawab Nanon, Chimon menghela napas. Kata kata Nanon memang benar, jarang bahkan tidak pernah ia melihat pemandangan hijau ditengah tengah kota yang padat polusi.1 jam perjalanan, Nanon membawa Chimon ke wilayah yang jarang penduduk. Nanon mulai memelankan laju mobil dan berhenti tepat di depan minimarket. Nanon turun diikuti Chimon masuk ke minimarket.
" ambil makanan apapun yang bisa buat Lo bertahan seharian penuh nanti " titah Nanon
" hah? Kita mau ngapain sih? "
Nanon mengangkat bahunya acuh oleh Nanon. Chimon cemberut kesal melihat Nanon yang cuek, dan malah terlihat lucu bagi Nanon. Tangan Nanon maju mengacak rambut Chimon dan tersenyum manis. Membuat jantung Chimon bekerja dua kali lebih keras. Rona merah muncul di wajahnya.
" apasih?! " ketusnya sambil menepis tangan Nanon. Memasang wajah cemberut yang membuat Nanon bertambah gemas.
" gue mau ajak Lo kerumah nenek gue, Lo mau? " ajak Nanon, Chimon mengerutkan alisnya.
" nenek Lo? Bukanya dia udah gak ada ya? " tanya Chimon hati hati.
" iya, makanya gue mah ajak Lo kesana "
" kenapa? "
" buat nenangin diri, mungkin " kata Nanon ragu, menoleh ke Chimon yang menatabnya tajam.
" gue gak papa " kata Chimon akhirnya
" gak, Lo gak baik baik aja, gue tau "
Chimon menatab Nanon dengan pandangan yang sulit diartikan. Kemudian terkekeh sinis, lalu tersenyum kecut. Nanon semakin yakin bahwa Chimon sedang tidak baik baik saja.
" dari semua orang yang gue kenal, cuma Lo yang tau kapan gue baik baik aja dan gak baik baik aja, kenapa cuma Lo? Bukan Papi atau Papa? "
Perlahan satu tetes air jatuh dari mata kelam Chimon. Nanon maju memeluk Chimon, memberinya ketenangan.
" mereka tau kok, cuma mereka gak tau gimana caranya nunjukin ke Lo "
" hmm, makasih " kata Chimon setelah melepaskan pelukan Nanon.
" udah sana, ambil makanan apapun, gue yang bayar "
" oke " Chimon melangkahkan kakinya mengambil keranjang dan memilih makanan yang akan ia ambil. Saat sedang memilih makanan, matanya melihat sebuah roti kesukaan Nanon. Chimon tersenyum, megambil beberapa buah roti dan memasukannya ke keranjang. Melirik kearah Nanon yang sedang sibuk memilih bahan masakan. Tersenyum manis.
" makasih Nanon, Lo selalu ada buat gue, meski gue gak butuh seorangpun. Makasih atas semua yang udah Lo kasih ke gue. Gue sayang sama Lo, dan gue gak mau kehilangan Lo " gumam Chimon. Matanya masih fokus melihat Nanon. Nanon yang sadar menoleh ke arah Chimon saat sadar jika dari tadi ada seseorang yang sedang menatabnya. Nanon tersenyum sambil memberi isyarat jika ia harus cepat memilih makanan ringannya. Chimon mengangguk dan kembali Memilih makanan ringan yang ia mau sambil tersenyum manis.Setelah selesai memilih, Nanon menggandeng tangan Chimon dan membawanya ke kasir. Membayar semuanya setelah selesai dihitung.
" udah semua kan? " tanya Nanon
" iya "
" yaudah lanjut jalan " ajak Nanon, kembali menggandeng tangan Chimon, sebelah tangannya membawa semua plastik berisi makanan ringan dan bahan makanan.
" gak mau gue bantuin? " tanya Chimon melihat Nanon membawa semua plastik makanan itu sendiri.
" gak usah, gue gak mau tangan Lo jadi pegel karna plastik plastik ini "
Chimon yang salting mengalihkannya dengan memukul pelan kepala Nanon, membuat Nanon mengaduh meski pukulan Chimon tak terlalu sakit.
" kok dipukul sih? "
" ha habisnya Lo sendiri, itu plastik gak berat ya. Gue gak selemah itu " protes Chimon, Nanon terkekeh mendengar protes Chimon.
" emang gak berat. Tapi tangan Lo itu kecil, kalo pegel gimana? "
Sekali lagi, kepala Nanon menerima pukulan ringan Chimon.
" apasih, nggak sekecil itu kali. Tangan Lo aja yang kaya gajah "
Nanon tertawa keras, Chimon menutub muka dengan sebelah tangannya karna malu dengan tawa Nanon yang jelas membuat beberapa orang disana menoleh kearahnya. Dengan rona merahnya, ia melepas genggaman tangan Nanon dan berjalan cepat ke mobil meninggalkan Nanon yang tersenyum melihat tingkah gemas Chimon. Menggerakkan kaki, membuka pintu belakang dan menaruh plastik belanjaan dan berjalan ke arah kursi kemudi dan kembali melanjutkan perjalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Feeling ~Namon~
Fiksi Remaja" terima kasih telah berada dihidubku, terimakasih sudah menemaniku disaat hari hari kelamku, terimakasih telah menjadi sandaranku disaat aku membutuhkan seseorang di sisiku. tapi bolehkah aku berharap lebih darimu, untuk terus ada di sisiku, untuk...