Chimon terbangun dari tidurnya saat matahari masih tenggelam. Berdiam diri sesaat diatas kasur sambil memikirkan cintanya yang masih antara benar dan salah. Ia ingin egois, tapi apakah itu baik untuk dirinya dan Nanon. Cinta mau bagaimana pun tidak bisa dipaksa. Chimon tak ingin karna keegoisnya merusak semuanya. Perasaan Nanon masih mengambang, setidaknya itu yang Chimon pahami saat menatap mata tajam Nanon.
Chimon merasa bodoh semalam. Ia bukanya tak tau atau tak meyadari apapun. Chimon tau, saat ia bertengkar dengan Ohm ada Nanon dan First yang mendengarnya. Chimon tau Nanon merasa bersalah, Chimon tau First terluka. Tapi apa yang bisa diperbuat Chimon? Yang hanya bisa dilakukan Chimon adalah diam, mengamati apa langkah yang akan diambil Nanon. Apa keputusan First tentang perasaanya, dan terakhir, apa Ohm alak menyerah.
Perlahan Chimon turun dari kasur Drake. Ia terkekeh kecil saat mengingat kelancanganya semalam. Begitu selesai berdebat dengan Ohm, ia berlalu begitu saja kekamar Drake dan membanting pintu seakan pintu rumah sendiri. Tidak peduli tatapan maut Drake dan tatapan khawatir Frank. Chimon terdiam sesaat, dan tersenyum tipis kemudian saat melihat posisi tidur Drake dan Frank yang lucu bagi Chimon. Bagaimana tidak, mereka tidur saling berpelukan diatas sofa yang bahkan jika Drake bergerak maka ia akan terjatuh. Romantis bukan? Hahh Chimon jadi ingin melakukannya bersama Nanon.
Chimon kembali menggerakan kakinya keluar Apartemen Drake. Chimon menaiki Lift yang akan membawa dirinya ke Rooftoop Apartemen. Begitu keluar lift, ia telah sampai di lantai tertinggi. Berjalan sebentar untuk menaiki tangga terakhir dan berhenti didepan pintu lift. Ia membukanya perlahan. Chimon heran, kenapa pintu lift tidak terkunci padahal jam masih menunjukan waktu tengah malam. Chimon berjalan pelan ke pinggir Rooftoop. Memegang halus pagar pembatas, kepalanya menegadah melihat bintang. Chimon mencari cari dimana bintang yang paling terang, apakah ia bersembunyi atau memang lagi tidak bersinar. Chimon alhirnya menundukan kepalanya, lelah mencari bintang.
" Lo itu kaya bintang Nanon, terlihat tapi gak mampu gue gapai. Lo ada tapi merasa jauh " monolognya.
Chimon memutuskan untuk duduk dengan lutut tertekuk ke depan. Chimon memeluk lututnya sendiri dan menaruh kepalanya diatas lututnya. Kepalanya kembali menengok atas kembali mencari bintang.
" gue kangen hidub gue yang dulu. Masa kecil gue yang cuma tau ketawa, main, makan sama tidur. Ngga kaya sekarang yang harus berhadapan sama masalah keluarga, cinta dan persahabatan " monolognya lagi. Tiba tiba angin berhembus, membuat tulang Chimon terasa membeku. Dalam dinginya, Chimon mempererat pelukan pada lututnya. Chimon dibuat kaget saat tiba tiba seseorang memberinya selimut dan memakaikannya. Chimon mendongak mendapati First yang tersenyum manis.
First duduk di samping Chimon, ikut masuk ke dalam selimutnya. Mereka terdiam sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga First yang tahan diam membuka suara.
" apa pilihan yang bakal Lo ambil kali ini Mon? "
" mengamati " jawab Chimon singkat. First mengernyitkan dahinya saat mendengar jawaban Chimon.
" kenapa? "
" karna nggak semua cinta harus saling memiliki First. Lo nggak bisa maksain cinta Lo ke Ohm. Gue juga gak bisa asal minta Nanon buat jadi milik gue. Kalo kita nglakuin itu, kita egois namanya " jelas Chimon. First mengangguk paham.
" jadi, Lo mau nunggu Nanon? " chilon mengangguk.
" sampai kapanpun? "
Chimon kembali mengangguk.
" dan kalo Nanon lebih milih Ohm, Lo mau apa? "
Kali ini Chimon diam, tak ada pergerakan apapun. Dan beberapa menit kemudian, ia menghela napas, menengok kearah First yang masih melihatnya dengan tatapan penuh tanya.
" cinta itu bukan cuma soal terbalas dan memiliki First. Ketika kita siap jatuh cinta, maka kita juga harus siap sama resikonya. Patah hati, sakit, kecewa, kita juga harus siap untuk itu. Paham kan? "
Kali ini First yang mengangguk.
" kali ini, gue yang tanya sama Lo, gimana kalo Ohm gak pernah liat Lo dan selalu fokus ke Nanon? Apa yang bakal Lo lakuin? "
First terdiam di pertanyaan Chimon. Jujur ia tak tau harus apa, ia cinta Ohm dan akan melakukan segala cara buat dapetin Ohm. Tapi, ia alan menjadi egois untuk itu. Chimon diam memperhatikan First yang memasang ekspresi tak terbaca. Namun Chimon paham kearah mana jalan pikiran First. Mereka orang yang hampir sama. Sama sama diam tentang masalah dan keinginan mereka, namun akan tertekan jika tak memiliki lawan untuk bercerita. Chimon setidak memiliki Frank, dan First memiliki Drake. Tapi melihat ekspresi First, Chimon paham jika First tak mungkin menceritakannya pada siapapun.
" gue gak tau apa yang Lo pikirin First. Tapi apapun itu, satu saran gue, jangan pernah pake cara licik yang bisa ngehancurin persahabatan kita. Kalo Lo nglakuin hal itu, artinya Lo nggak cinta sama Ohm, tapi Lo terobsesi sama dia. Paham kan Lo? "
First mengangguk.
" hmm, Thanks "
Pagi ini pagi yang benar benar buruk bagi Nanon. Sejak semalam ia dibuat tak enak hati oleh Chimon dan Ohm dan pagi ini ka terlambat sekolah karna Drake. Nanon juga menginap di apartemen Drake kemarin malam. Ia tak ikut Ohm yang memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Dan pagi ini, Nanon telat bangun dan alhasil disinilah ia sekarang, di lapangan sekolah bersama Drake yang juga ikut terlibat. Entah Sang Matahari berniat ikut menghukum Nanon atau memang Sang Matahari sedang semangat, Matahari begitu terik pagi ini. Serasa di atas kepala padahal waktu masih menunjukan pukul 8 pagi.
Jika kalian bertanya, dimana Chimon, Frank, dan First yang juga menginap di rumah Drake, jawabnya adalah, mereka sedang dikelas, mendengarkan pelajaran dengan baik. Pagi pagi sekali, mereka bangun dan pergi kembali kerumah, siap siap dirumah jadi mereka tidak terlambat. Drake dan Nanon yang memang pemalas akhirnya bangun tanpa melihat jam, dan kaget saat melihat jam telah menunjukan angka 7.15 miris bukan.
Nanon terus mengelap keringatnya yang terus menetes. Bajunya basah dan berbau asam sekarang. Dari dalam kelas yang berhadapan dengan lapangan, tampak sepasang mata yang melirik khawatir. Chimon hafal dengan sifat Nanon yang cenderung ceroboh. Chimon tau Nanon belum sarapan, bahkan mungkin Nanon yang panik kalau akan terlambat pasti ke sekolah dengan cara berlari. Hufttt, Nanon memang menyebalkan.
Chimon mengangkat tangannya, izin ke toilet. Tapi bukanya pergi ke toilet, ia malah membawa kakinya ke kantin. Berhadapan dengan ibu kantin.
" loh, mas Chimon kok ada disini jam segini? Ndak ada kelas tho? " tanya ibu itu dengan logat medoknya.
" ada Bu, jamnya pak Victor. Tapi karna saya lagi malas, jadi saya bolos Bu " jawan Chimon sopan
" healah, koo malah mbolos tho cah bagus. Ndak apik begitu itu. Kasian sama orang tua ne Mas Chimon Tho " ujarnya lagi. Chimon terdiam, pikirannya melayang ke orangtuanya. Tadi pagi saat ia kembali, rumah dalam keadaan kosong. Chimon tau, Gun pasti akan ketempat selingkuhannya Oab Nithi, dan Off pasti akan pergi ke rumah mantan istrinya Mook Woranit. Chimon menghela napas lelah kala mengingat setiap sebab dari perkelahian kedua orangtuanya adalah keegoisan masing masing.
" Mas, Mas, Mas Chimon " panggil ibu kantin karna Chimon yang tiba tiba terdiam.
" ah ya, kenapa Bu? " tanya Chimon bingung.
" kok mas Chimon malah bengong Tho. Ndak sakit kan? "
" nggak kok Bu " jawabnya, Chimon kemudian mengambil dua bungkus roti dan dua aqua untuk Drake dan Nanon. Chimon membayarnya dan langsung pergi dari sana meninggalkan ibu kantin yang bingung akan sikap dingin Chimon.
Nanon masih berada di tengah lapangan bersama Drake. Kali ini mereka terduduk lesu di sana. Tubuh mereka basah kuyup sekarang. Nanon menghela napas. Ia benar benar lelah. Nanon berharap, ada seorang malaikat yang memberinya makanan sekarang. Dan secara ajaib, sebuah roti dan sebotol minuman sudah ada di depan matanya.
" Wawwww, makasih, tau aja gue lagi laper " katanya tanpa memperhatikan siapa sang pemberi. Chimon juga memberikan hal yang sama untuk Drake saat Drake memicingkan matanya.
" gue kira Ohm yang bakal kasih ini makanan ke Nanon " ceplos Drake. Nanon seketik menengok ke arah Drake dengan tatapan bertanya, sementara Chimon tetab memasang wajah datarnya.
" lah bukanya ini o..... " Nanon tak menyelesaikan katanya ketika sadar yang memberinya makanan memang Chimon dan bukan Ohm. Ia merasa bersalah sekarang.
" jadi Lo berharap Ohm yang bakal kasih ini buat Lo? " tanya Chimon berusaha lembut. Tapi tetab tak bisa menahan nada kecewanya.
" nggak, nggak bukan gitu Mon, gue gak maksud buat... "
" gue ngerti kok, mungkin gue emang cuma sahabat buat Lo " lirih Chimon. Ia mengalihkan matanya agar tak menatap Nanon. Sementara Nanon terdiam, ia merasa bersalah.
" kalo gitu, gue ke kelas dulu ya " pamit Chimon. Ia segera pergi dari sana dengan mata berkaca kaca. Semakin menjauh dari Nanon, semakin ia tak bisa menahan air matanya. Dia berjalan cepat karna sebentar lagi jam istirahat tiba. Dari jauh, Nanon menatab Chimon dengan tatapan terluka, tapi ia sendiri tak tau kenapa.
Tbc...
Typo maklum ya...
Menurut kalian cerita ini gimana sih? Aneh atau gak?
Maaf ya kalo emang ceritaku feel nya gak dapet🙏 aku susah tau bikin cerita yang ngefeel...
Jangan lupa klik tanda bintang ya, kritik dan saran sangat diperlukan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Feeling ~Namon~
Teen Fiction" terima kasih telah berada dihidubku, terimakasih sudah menemaniku disaat hari hari kelamku, terimakasih telah menjadi sandaranku disaat aku membutuhkan seseorang di sisiku. tapi bolehkah aku berharap lebih darimu, untuk terus ada di sisiku, untuk...
