43. Keputusan Awal

364 36 1
                                        

Abaikan Typo....

Malam hari, Nanon terbangun karena mimpi buruk. Sudah menjadi kebiasaan bagi Nanon jika sedang sakit pasti akan mimpi buruk. Kali ini, Nanon memimpikan hal yang paling Nanon takutkan untuk saat ini, yaitu Chimon yang pacaran dengan Sing. Chimon yang menjadi kekasih Sinh adalah hal yang paling menautkan untuk saat ini. Nanon tentu belum siap dengan itu. Untuk menerima Chimon tak mau memberinya kesempatan saja sudah membuatnya galau hingga seperti ini, apalagi jika Chimon benar benar menjadi milik Sing, Nanon pasti akan hidub terasa mati.

Karna mimpi buruk yang sebenarnya tidak buruk membuat Nanon tidak bisa tidur lagi. Pikirnya terus saja menuliskannya. Ia belum siap melihat Chimon mencintai orang lain lagi selain dirinya. Nanon bahkan Mengabaikan tubuhnya yang masih jauh dari kata sembuh. Jika saja Tay atau New tau Nanon begadang dengan kesehatannya yang buruk. Tapi untungnya, ini sudah larut malam, seluruh orang dirumah ini pasti sudah tidur.

Di hari yang sama, Di rumah Chimon, keluarga itu dengan makan dengan tenang. Dirumah itu juga ada Sing dan Guns. Entah ada apa dengan Off dan Gun yang tiba tiba mengundang Sing dan Guns kerumahnya, yang pasti untuk saat ini, firasat Chimon buruk. Entah kenapa tanganya bergetar, dan dirinya ingin menangis. Di bawah meja, Tangan Sing menggenggam erat tangan Chimon. Memberinya kekuatan untuk menghadapi apa yang akan datang.

Gun dan Sing membereskan meja makan, Guns membantu untuk mencuci piring. Sementara Off dan Chimon hanya duduk saling tatap dengan pandangan hanya satu sama lain yang tau. Gun, Sing dan Guns telah menyelesaikan pekerjaannya, kembali duduk di kursi yang tadi mereka tempati. Mereka tidak berani membuka percakapan karna melihat tatapan bersalah Off dan tatapan tajam Chimon. Muka Off yang memerah menahan tangis dan muka Chimon yang datar tanpa ekspresi.
" Chimon nggak kaget Pi, Pa. Chimon nggak tau cepat atau lambat pasti bakal ada yang pergi " ujarnya. Suaranya begitu dingin dan datar. Off Gun tau, untuk kesekian kali, mereka melukai hati anak kesayangan mereka karna keegoisan mereka.
" Maafin Papi Mon, Papi Papa nggak bisa kaya dulu " lirih Off samhil terisak. Sesaat diam, hanya detak jarum jam yang terdengar. Sing dan Guns bahkan tak berani membuka suara. Itu bukan urusan mereka.
" Papa tau kami egois Mon, tapi benar benar nggak bisa, maaf "
" apa gunanya maaf Pa Pi? Selama ini bukanya kalian nggak pernah mikirin Chimon ya? Bukanya sejak awal, Chimon cuma benalu disini? " tanyanya datar. Sungguh hati Off dan Gun sakit mendengarnya.
" bukan Chimon, bukan seperti itu sayang "
" Chimon bicara sesuai fakta Pa Pi " lirih Chimon, kini air matanya turun tanpa bisa ia tahan.
" Mon... " lirih Gun
" Chimon pernah bilang kalo kalian harus kembali demi kebahagian kalian. Chimon yang ngebebasin pilihan kalian. Kalian yang ambil keputusan. Jadi jangan pernah minta maaf dan jangan pernah merasa bersalah. Ini bukan salah kalian " ujar Chimon setenang mungkin dan langsung pergi kembali kekamar.

.

.

.

Pagi telah tiba, matahari bersinar terang memperlihatkan kemilau kuning yang hangat. Seseorang baru saja terbangun dari tidurnya. Menghela napas berat, terasa sakit dan sedih. Lagi dan lagi, untuk entah seberapa kali, ia menyakiti hati putra yang tinggal satu satunya. Hanya karena kegoisanya lagi, Chimon harus terpuruk entah yang beberapa kali.

Di rumah lain, Nanon yang baru tertidur subuh harus bangun karna mendengar suara menggelegar New yang memanggil Tay. Nanon tak tak tau apa Daddy-nya lakukan kali ini hingga mampu membuat orang seperti New berteriak pagi pagi begini. Kepalanya berdenyut juga tubuhnya yang semakin melemas. Sudah Nanon duga ia ikut hidub tanpa nyawa jika ia tanpa Chimon. Ia ingin sekali menghubungi Chimon dan memberitaunya bahwa ia sakit dan butuh obat. Dan obat yang paling ampuh bagi Nanon adalah keberadaan Chimon. Namun, ia ragu karna ia tau Chimon untuk sementara tak mau menemuinya.

Kembali ke rumah Gun Attaphan. Chimon duduk diam diatas kasurnya. Ia baru saja mandi, rambutnya masih basah dengan aroma shampoo kesukaan Nanon. Keputusan tanpa kata yang keluar dari mulut Off membuatnya down lagi. Ia jelas membutuhkan seseorang. Chimin jelas membutuhkan Nanon sekarang. Tapi ia tak mau. Ia tak mau menemui luka keduanya.

Di lantai bawah rumah Chimon. Sing tampak memegangi hpnya dengan khawatir. Sejak semalam, Chimon tidak mau keluar kamar Bahkan hanya untuk sarapan. Sing juga sudah mengetuk pintu kamar Chimon tapi hanya kata 'pergi' yang terdengar. Dan kali ini Sing ada di batas kekhawatiran. Akhirnya, ia menuliskan untuk menelfon Nanon.

New baru saja keluar dari kamar Nanon membawa mangkok sarapan dan juga obat Nanon. Dan tiba tiba, hpnya berdering tanda telfon masuk. Mengerutkan kening ketika melihat nama ' SingSetan ' di layarnya. Dengan malas, ia kemudian mengangkat telfonya.
" hallo, kenapa telfon?! "
" suara Lo serak. Lo sakit? "
" bukan urusan Lo!! Cepet bilang kenapa Lo telfon gue! "
" Chimon down " Ujar sibg lewat telfon diseberang.
" maksud Lo apa? Gue ngga paham "
" Om Off dan Om Gun udah ambil keputusan Non. Gue yakin, Lo udah tau apa yang gue maksud "
Seketika hati Nanon menjadi gelisah. Nafasnya memburu tak tenang. Apalagi dengan Sing yang tiba tiba saja terdiam. Kata kata Chimon down sudah menjadi jawaban dengan keputusan Off Gun.
" mereka mutusin buat cerai. Chimon down dan dia ngurung diri dikamar. Nggak mau keluar sejak tadi malem. Bahkan dia nggak sarapan " jelas Sing. Hati Nanon benar benar khawatir dengan Chimon.
" Sing gue sakit..Papa larang gue buat keluar rumah "
" gue tau Non, seenggaknya Lo telfon Chimon gih "
" iya gue telfon sekarang "

Nanon benar benar khawatir dengan kondisi Chimon saat ini. Nanon tau, jika ini tentang Off dan Gun Chimon tidak akan pernah baik baik saja. Dan seakan menjadi bukti, Chimon tak mau mengangkat telfonya bahkan didering ke-10. Nanon juga sudah meminjam HP Tay, New, Pluem bahkan HP jadul milik ART rumah mereka. Namun tetab tak ada jawaban. Nanon mengabaikan Pluem yang memandangnya jengah, bosan dengan Nanon yang hanya memikirkan Chimon.
" kamu tuh Non. Diem dulu bisa nggak sih. Masih ssakit juga. Chimon itun dah gede, dia pasti paham dan nerima keputusan Om Off dan Om Gun. Udah tenang aja, Chimon itu berpikir luas. Daripada mikirin Chimon, mending kamu sehat dulu, baru khawaririn Chimon " nasihat Pluem jengah. Nanon menghela napas kasar, dia menatab Pluem dengan tatapan tajam.
" sekarang Nanon tanya, Kakak berapa kali ketemu Chimon? Berapa kali Kakak ada di deket Chimon pas Chimon lagi down? Berapa kali Kakak liat Chimon nangis tentang apapun yang berhubungan sama Papi Off dan Papa Gun? Berapa kali kak? " tanya Nanon sarkas. Dia melupakan sakitnya.
" jawabannya, Kakak jarang ketemu Chimon. Kakak jarang ada sama dia waktu dia down. Kakak nggak pernah liat Chimon nangis. Kakak dan orang orang cuma percaya sama Chimon yang dingin dan datar. Kalian nggak bisa liat kalo Chimon cuma pake topeng buat nutupin lukanya dia. Luka tentang Wave, luka tentang Papi Off dan Papa Gun, Bahkan luka tentang Nanon " nafas Nanon memburu. Entah kenapa emosinya termasuk ketika Pluem mengatakan bahwa Chimon baik baik saja ketika ia sendiri tau kalau Chimon sedang tidak baik baik saja. Pluem terdiam kali ini. Dia tau Pluem telah salah bicara. Dia memag bukan orang yang paham dengan Chimin sebaik Nanon.
" yaudah. Terserah kamu aja. Kakak mau turun, kalo butuh apa apa telfon kakak aja "
Nanon hanya mengangguk.

Tbc....

Masih keputusan Awal, belum akhir😊

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang