26. Belajar Bareng

320 44 3
                                        


Malam hari telah tiba. Nanon, Ohm dan yang lain sudah ada di rumah Chimon. Mereka tinggal menunggu Sing dan Prame. Sembari menunggu, Sing dan Prame, mereka menyiapkan makanan dan minuman yang akan menemani mereka belajar bersama. Mereka akan belajar diruang tamu. Sementara di ruang makan, ada Off dan Gun yang sedang makan malam bersama. Terlihat tenang dan layaknya suami istri biasanya. Namun, Chimon tetab memandang mereka sendu. Jujur saja ia takut jika keputusan yang akan mereka ambil adalah berpisah. Nanon yang menyadari kegelisahan Chimon pun menghampirinya dan menggenggam tangannya.
" mereka bakal baik baik aja kok, Lo yang tenang ya " hibur Nanon. Sebagai jawaban, Chimon hanya menganggukan kepalanya.

Sekitar pukul setengah delapan Sing dan Prame datang. Mereka pun langsung memulai belajar. Di jam pertama, mereka mempelajari matematika materi matriks. Sing menjelaskan apa yang diajarkan oleh guru di pelajaran pertama. Sing dan Prame kemudian memberi soal serupa.
" Sing ini gimana sih caranya? Gue masih gak paham deh " ujar Chimon menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sing kemudian tersenyum. Ia yang semula duduk didekat Frank berpindah disamping Chimon.
" sini gue ajarin " katanya. Sing dengan pelan mengajari Chimon. Cara menghitung hingga menemukan jawabannya.
" gue masih gak paham Sing, ini matematika kok bikin pusing si!! " keluh Chimon. Ia belum mengerti sama sekali dengan apa yang diajarkan Sing barusan.
" makanya kalo belajar ru fokus, jangan mikirin hal lain. Nggak paham kan jadinya " kata Sing, ia mengelus lembut dahi Chimon hang berkerut karna melihat puluhan angka di atas buku paketnya. Gerakan Sing tadi mendapatkan tatapan heran dari yang lain, serta tatapan tajam serta sinis dari Nanon. Sementara Chimon yang diperlakukan seperti itu hanya menoleh dan memasang wajah bingung dan pasrah pada matematika, membuat Sing gemas.
" sini gue terangin lagi, tapi inget harus perhatiin, jangan sampe ngelag lagi " ujarnya, ia pun mengajari Chimon sekali lagi. Dan kali ini Chimon memperhatikannya dengan sungguh sungguh.

Ini sudah pukul sembilan malam, namun Chimon dan yang lain masih berkutat pada buku pelajaran. Kali ini mereka mempelajari pelajaran Fisika yang lagi lagi harus harus berhubungan dengan angka.
" kenapa sih pelajaran ini nggak jauh jauh dari angka! " kesal First. Otaknya sudah mendidih saat ini, tadi ia masih paham di matematika, tapi kali ini fisika benar benar memporak porandakan otaknya.
" Lo masih nggak paham First? " tanya Prame. First hanya menggeleng lemas dan pasrah.
" nyerah gue kalo fisika. Lebih rumit, lebih banyak rumus, makin nggak paham " keluh First.
" payah Lo " ejek Prame. Dan seperkian detik kemudian Prame mendapatkan lemparan bantal dari First.
" kenapa sih?! "
" kalo ngga paham ya Lo ajarin kek! Nggak peka amat! Tugas Lo disini ngapain sih! " First makin kesal. Prame hanya menyengir ria.
" yuasah sini sini gue ajarin " kata Prame, ia mendekati First dan duduk tepat di samping First. Meraih bolpoin yang dipegang First dan buku tulisnya. Menulis sebuah soal disana.
" kok Lo malah nulis soal sih Prame?! Kata Lo mau ngajarin?! Kok malah ngasih soal?! Gimanasih!! " protes First. Ia akan membuka mulut lagi tapi tangan Prame lebih cepat. Ia membungkam mulut First. Membuat posisi keduanya semakin dekat karna sebelah tangan Prame merangkul bahu First. Mereka bahkan bertatapan selama beberapa menit.  Mengundang tawa gemas yang lain.
" bisa nggak sih ngga usah protes! Siapa juga yang mau ngasih Lo soal! Orang gue mau nagajarin Lo pake soal ini kok! Gue tau Lo nggak bakal paham kalo cuma lewat buku paket kan? Makanya gue buat soal dan gue bakal terangin ni soal sama Lo " kata Prame agak kesal.
" ya maaf " kata First meringis.
" makanya apa apa tu tanyain dulu, jangan asal mangap aja! " ketus Prame. Meskipun begitu, ia tetab mengajari First dengan pelan dan teliti. Mengabaikan tatapan mematikan Ohm sejak awal Prame berinteraksi dengan First.

Gun menuruni tangga, ia masih penasaran apa anaknya dan teman temannya yang lain masih belajar atau sudah berhenti. Gun tersenyum ketika mendapati mereka tergelatak dengan wajah kelelahan. Gun memaklumi itu, ia juga pernah muda. Gun kemudian berjalan kedapur, membuat sesuatu untuk mereka.
" anak anak nih ayi dimakan dulu. Kalian pasti capek kan belajar 4 jam? Nih dimakan " suara lembut Gun memecah keheningan mereka.
" makasih Pa " ujar Chimon.
" sama sama sayang " ujarnya sambil meletakkan dua piring berisi roti sandwich berisi daging dan sayuran, lalu pergi kembali kekamar. Mereka mengambil satu satu lalu memakannya.
" enak juga nih sandwich buatan Papa Gun " puji Nanon yang hanya diangguki yang lain.
" eh kalian bawa baju seragam gak? Kalo bawa nginep aja disini. Udah malem banget soalnya, nggak mungkin kan kalian pulang jam segini. Rumah kalian kan jauh, terutama Lo berdua " kata Chimon menunjuk Sing dan Prame.
" boleh? " tanya Sing
" orang tua Lo gak keberatan emangnya? " timpal Prame.
" ngga kok, mereka nggak keberatan. Mereka juga pasti ngerti. Tenang aja " jawab Chimon.
" yaudah kalo gitu kita naik aja "
" emang cukub Mon 8 orang di satu kamar? " tanya Frank yang sedari tadi diam.
" nggak, tapi kan dirumah ini ngga cuma punya satu kamar. Di lantai atas ada kamar tamu kok " jawab Chimon.
" yaudah, gaslah. Gue ngantuk nih " kata Drake mendahului langkah Chimon yang mengundang decakan malas dari Nanon.
" yang punya rumah siapa, yang duluan siapa " sinis Nanon.
" udah ngga papa kali. Toh gue juga udah ngantuk nih "

Mereka semua pun berjalan menuju lantai dua dan berhenti di depan pintu kamar Chimon. Chimon menunjuk pintu sebelah kamarnya.
" 4 anak masuk sana ya. Yang lain masuk kamar gue " perintah Chimon. Tanpa banyak bicara, Nanon masuk dalam kamar Chimon karna tak mah kesukuan Sing, diikuti Ohm yang menarik tangan First. Akhirnya dengan sedikit tidak rela, Drake dan Frank memasuki kamar tamu diikuti oleh Sing dan Prame. Sementara Chimon hanya menghela napas sambil masuk dalam kamarnya. Ia kemudian melihat Nanon yang sudah berbaring di kasurnya, sementara Ohm First yang sudah tertidur di sofa besar kamar Chimon. Chimon kemudian menyusul Nanon berbaring di kasur. Awalnya terlentang, ia melirik Nanon yang sudah memejamkan matanya.

Pukul 3 dini hari dan Chimon masih setia membuka matanya. Ia masih diposisi yang sama seperti awal berbaring, memunggungi Nanon. Banyak hal yang ia takutkan sekarang, tentang Off, tentang Gun juga tentang Nanon. Ia merubah posisinya menjadi terlentang. Menatab kosong langit langit kamarnya. Tiba tiba sebuah tangan melingkar indah di pinggang rampingnya. Dan 1 detik kemudian tubuh Chimon tertarik mendekat ke tubuh lain yang sangat ia kenal.
" ngapain sih Non?! Awas ah gue mau tidur " bentak Chimon pelan takut membangunkan Ohm dan First.
" yaudah tidur aja kali " jawab Nanon santai.
" ya lepasin dulu ini!!! " ujarnya sambil berusaha melepaskan pelukan Nanon. Namun bukanya melepaskan Chimon, Nanon malah memeluk memeluk Chimon makin erat.
" biarin gini aja. Gue pengen Lo tidur nyenyak "
Chimon terkekeh sinis.
" emang gue nyaman dalam pelukan Lo? " ketus Nanon.
" nggak tau. Tapi kalaupun Lo nggak nyaman, gue akan berusaha buat Lo nyaman! Nggak peduli gimanapun caranya! " kata Nanon tajam. Chimon menelan ludahnya. Pada akhirnya, ia hanya menyamankan dirinya dalam pelukan Nanon, menyembunyikan wajahnya di dada Nanon.
" See. Gue akan buat Lo nyaman sama gue " kata Nanon.
" gue udah lama nyaman sama Lo sejak dulu Non, kalo Lo mau tau " lirih Chimon yang sayangnya didengar Nanon.

Ya, gue tau. Dan sekarang gue yang bingung harus gimana Mon ~ kata Nanon dalam hati.

Tbc...

Makasih sama yang udah mampir, jangan lupa Vote sama komen ya.... Makasih

Wrong Feeling ~Namon~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang