--***--
Arka Raditya, membuka matanya yang masih terasa berat. Sinar matahari menembus jendela kamar tidur dan menyilaukan matanya. Ia melirik jam dinding. Ahh.. masih terlalu pagi. Ia ingin sebentar lagi menutup matanya. Semalaman ia belajar sampai harus tidur terlalu larut.
Bersamaan dengan itu pintu kamar Arka terbuka. Seorang gadis masuk tanpa permisi masuk ke kamar Arka. Ia terlihat sedikit kesal entah karena apa. Arka tidak peduli. Gadis itu duduk di tepi tempat tidur.
"Arka bangun, sudah pagi. Aku sudah siap. Kamu gak lupa kan hari ini hari apa?"
"Hari Minggu," jawab Arka ringan, tanpa membuka mata. Wajah gadis itu merah padam. Bagaimana bisa Arka melupakan hari yang selalu ia tunggu setahun sekali itu. "Arka hari ini ada pameran buku besar di pusat kota. Kata kamu kita harus berangkat pagi. Kalau kita gak cepat sampai sana parkirnya bakalan penuh. Kita gak akan bisa dapat koleksi buku yang kita mau. Ayo bangun!"
Arka menguap lebar, ia mengangkat tangannya dan mengerang pelan. Ia mencoba menarik selimutnya lagi. Secepat kilat gadis itu mencegahnya. Memanggilnya berkali kali agar ia cepat bangun. Arka membuka matanya dan mendapati gadis itu sudah ada dekat di sampingnya. Ia memaksakan diri untuk bangun. Mengubah posisi nya dari Berbaring ke posisi duduk. "Iya aku bangun, Jessy bawel." Arka menghela napas, kemudian ia mereggangkan otot lengannya.
"Aku gak akan lupa hari ini, aku mau mandi kamu keluar dulu sana!" pinta Arka.
Gadis itu menggeleng. "Aku mau di sini aja, lagian kalo kamu mandi pintunya ditutup kan." Jessy menolak sembari cekikikan.
"Dasar gak jelas."
Gadis itu tersenyum puas. Akhirnya Arka bangun juga, pikirnya. Gadis itu bangkit dan berjalan ke meja belajar Arka. Di sampingnya terdapat rak buku yang tersusun rapi. Juga ada beberapa foto masa kecil mereka. Gadis itu bahagia melihatnya. Ia selalu bahagia berada di samping Arka. Gadis itu bernama Jessy seseorang yang selalu bersama Arka, sekaligus teman masa kecilnya.
Jessy gadis yang cantik dan manis. Memiliki rambut panjang hitam legam. Tatapannya tajam. Postur tubuh tinggi dan lansing. Ia memiliki hoby yang sama dengan Arka, karena apapun yang mereka lakukan dari kecil selalu sama. Mungkin Jessy menyadari ia bukan sekedar menganggap Arka sahabatnya semata, namun lebih dari itu.
--***--
Dalam waktu hanya beberapa menit Arka sudah siap. Jessy tertegun melihat sahabatnya itu. Ia terlihat tampan hari ini. Bukan ia memang selalu tampan. Arka tidak pernah berusaha tampil mencolok. Kali ini dia memakai kaos hitam di padukan dengan hoddie warna abu. Celana jinz dan juga sepatu. Rambutnya ia biarkan sedikit terlihat berantakan. Style apapun selalu terlihat cocok untuknya. Namun ia tidak pernah peduli akan hal itu.
Mereka berlari menuruni tangga, dari bawah Kak Amara sudah menyambut mereka.
"Sarapan dulu yuk, Kakak masak enak hari ini. Jessy sarapan juga ya," ajak Kak Amara bersemangat. Arka melirik ponselnya. "Udah gak sempat Kak, aku sama Jessy langsung saja ya. Nanti aku sarapan di luar."
"Loh, kok gak sarapan. Kakak masak banyak. Nanti siapa yang habisin?" Amara kecewa.
"Nanti suruh Adek habisin," jawab Arka sambil berlari kecil menuju mobilnya. Sedangkan Jessy mengikutinya.
"Hati-hati." Amara sedikit berteriak sedangkan mereka berdua sudah berada di dalam mobil dan beberapa saat kemudian mereka melaju.--***--
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU ITU SIRIUS
Teen FictionTuhan memberikan takdir terbaik dalam hidupku. Karena telah mengijinkan aku bertemu kamu. Sosok laki-laki penuh cinta dan luka. Laki-laki yang memiliki senyum tipis namun hangat. Laki-laki yang memiliki rasa takut akan kehilangan dan bahkan lupa car...