--***--
"Kantin yuk Ka, biasa kita nongkrong di depan stand Bu Siti. Dia bikin menu baru," ajak Vano, ketika bel istirahat Sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu.
Kelas itu sudah sepi hanya tersisa mereka Berlima dan juga Jessy. Semua siswa sudah keluar dengan aktivitas mereka masing masing di jam istirahat.
Vano menatap Arka dengan tatapan heran. Sahabatnya itu tidak menanggapi ajakannya melainkan sibuk membolak balikkan kertas di hadapannya. Dengan gerakan cepat Vano menyahut kertas itu dari Arka dan mengangkat kertas itu ke atas dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya menopang di atas meja Arka.
"Makan woe! belajar mulu, lo tuh udah pinter, " ledek Vano.
Arka diam sejenak, kemudian ia menatap Vano tajam. Dengan gerakan cepat Arka bangkit dan merebut kembali kertas itu dari Vano.
"Gue gak lagi pengen makan, lo tau 3 Minggu gue gak masuk. Gue udah tertinggal banyak materi pelajaran," tegas Arka setelah ia kembali duduk di kursinya.
"Emang kamu gak laper? Atau mau nitip aja? Aku temenin di kelas ya?" ucap Jessy yang saat ini sudah duduk di dekat Arka.
"Kamu ikut mereka aja, aku gak bisa belajar kalo kamu di sini," jawab Arka datar. Jessy cemberut.
"Sukurin, modus terus lu." Justin meledek sembari tertawa.
"Lo serius gak mau ikut kita?" tanya Reza memastikan. Arka hanya menggeleng tanpa memandang wajah teman-temannya.
"Ya udah, ntar aku bawain kamu makanan ya. Kamu di sini aja sambil istirahat," ucap Jessy dengan menampilkan senyum yang paling manis. Arka hanya diam dan tidak merespon. Kemudian selang beberapa menit teman-temannya sudah meninggalkannya di dalam kelas.
Arka menghela napas berat. Ia memandang buku di depannya dengan tatapan kesal. Jika ia tidak sakit mungkin ia sudah bisa menjalani aktivitas normal seperti siswa lainnya. Mungkin, semua temannya mengganggap hal itu ringan untuk Arka. Jika diingat lagi Arka adalah siswa yang memiliki kecerdasan otak di atas rata-rata. Namun, semua ini berat untuknya. Ketika ia drop, Arka akan kesulitan untuk belajar.
Arka membuka kembali buku yang ia pelajari, kemudian dengan cepat ia mengerjakan soal-soal di buku tersebut. Tak terasa ia sudah selesai mengerjakan banyak soal ketertinggalannya dengan cepat.
Ia meluruskan kedua tangannya di atas meja dan melakukan peregangan ringan. Kemudian melipat kedua tangannya di atas meja. Masih ada waktu sebelum bel masuk. Ia berniat memejamkan mata sebentar. Namun, sebelum semua keinginannya terjadi. Ia malah dikejutkan dengan suara orang di depan kelasnya.
Arka menoleh dan menatap ke arah pintu kelasnya. Sepertinya ia tahu siapa orang itu. Ia sedang bersembunyi di balik tembok, ketika menyadari keberadaan Arka di dalam kelas.
"Masuk aja! Mau di situ sampai jam masuk?"
--***--
Bella berhenti dan memegang perutnya erat. Ia meringis karena merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya.
"Lo ke kelas duluan aja Lan, perut gue mules banget. Kayaknya tadi kebanyakan makan sambel deh," ucap Bella sembari meringis kesakitan.
Alana merotasikan kedua bola matanya. "Kebiasaan lo, orang makan itu yang bener nasi lauk sambel, bukan sambel lauk nasi."
"Bawel lo, udah sana lo ke kelas duluan. Gue mau ke toilet dulu." Tanpa menunggu jawaban dari Alana Bella bergegas, berlari kecil ke toilet sekolah yang jaraknya cukup jauh dari kelas. Alana tertawa ringan sembari menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU ITU SIRIUS
Teen FictionTuhan memberikan takdir terbaik dalam hidupku. Karena telah mengijinkan aku bertemu kamu. Sosok laki-laki penuh cinta dan luka. Laki-laki yang memiliki senyum tipis namun hangat. Laki-laki yang memiliki rasa takut akan kehilangan dan bahkan lupa car...