--***--
Alana menyibakkan rambutnya kebelakang. Ia menghela napas pelan kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sekitar koridor dekat dengan perpustakaan. Alana memejamkan mata dan menggigit bibir bawah.
Beberapa hari ini ia diselimuti rasa takut, pada nomor tak dikenal yang terus menerornya. Setiap hari Alana selalu mendapatkan pesan dari nomor yang sama dan isi yang sama pula. Alana membuka mata, menatap geram layar ponsel yang saat ini ia gengam. Tanpa aba-aba Alana langsung menekan tombol Off. Kali ini saja ia ingin tenang.
Alana bangkit dan beranjak berjalan menuju kantin. Akhir-akhir ini pikirannya terkuras dengan teror yang terus mengganggunya. Alana merasa tenggorokannya kering, ia mempercepat langkah. Mungkin air mineral akan sedikit menghilangkan rasa hausnya. Kali ini ia tidak bersama Bella, sahabatnya itu sedang berada di ruang guru sekarang.
Kantin hari ini ramai seperti biasanya. Alana menghentikan langkah tepat di depan pintu masuk kantin. Sekilas ia melihat sekeliling. Setelah ia menemukan tempat tujuannya ia kembali melangkah.
Alana berhenti di salah satu stand yang berada di barisan kiri kantin. Ia meraih sebotol air mineral kemudian langsung membayarnya. Sebelum ia berbalik, napasnya tercekat ketika ia mendengar suara bisikan di telinga kanan.
"Hai, cantik!"
Alana berbalik dan mendapati Reygan dengan ketiga temannya tengah memandangnya dengan tatapan aneh. Memilih mengabaikan Alana melangkah ingin meninggalkan kantin itu secepatnya. Namun, niatnya harus terhenti ketika tangan Reygan berhasil mencengkal tangan Alana kuat, dan sedikit mendorong menyudutkan Alana sehingga air mineral yang berada pada genggamannya terjatuh.
"Mau kemana?" Reygan menatap Alana tajam. "Lo hindarin gue?" Reygan memperkuat cengkeramannya pada tangan Alana, hingga membuat cewek itu sedikit meringis kesakitan.
Tanpa sadar Alana menjadi pusat perhatian semua siswa yang berada di kantin. Bahkan ada beberapa siswa yang memilih meninggalkan makanan mereka yang masih utuh dan beranjak pergi dari sana. Mereka takut dan memilih menghindari Reygan sebelum mereka ikut terbawa masalah. Sementara siswa yang tersisa, menatap kearah mereka dengan berbagai tatapan aneh sembari berbisik-bisik.
"Lepasin!" ucap Alana dengan lirih.
Reygan tersenyum puas. Ia kembali memperkuat cekalan pada tangan Alana.
"Mau kemana sih? Jangan buru-buru dong, kita belum pesan makanan apapun."Reygan mengulurkan jari dan mengangkat pelan dagu Alana. "Kita satu meja ya cantik?" Reygan tertawa pelan, diikuti ketiga temannya yang saat ini tertawa puas.
Alana menahan air mata agar tidak jatuh. Aksi berani yang Reygan lakukan tiba-tiba tidak hanya membuatnya takut, ia juga tertekan. "Lepasin, aku mohon!" ucap Alana serak dengan tatapan memohon.
Reygan kembali tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya pada Alana. "Gue bakal lepasin, asal lo turutin kemauan gue!"
"A-apa?"
"Jadi milik gue mulai sekarang!"
Alana hanya terdiam, air mata yang semula ia tahan perlahan turun. Reygan mengulurkan tangan dan mengusap pipi Alana. "Oh, Baby.. jangan nangis, aku tau kamu terharu. Kaget ya? Kalau aku suka banget sama kamu."
Reygan kembali menyentuh wajah Alana, dan mengusap bibir Alana yang bergetar. Kemudian Reygan berbisik lirih. "Cantik."
Reygan terus saja mengganggu Alana, ia menyentuh pipi Alana yang terus berderai air mata. Sampai pada akhirnya, Seseorang dengan kasar menepis tangan Reygan. Ia Mengambil alih tangan Alana, menggenggamnya dan menariknya kearah belakang. Cowok itu berdesis dan menatap Reygan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU ITU SIRIUS
Teen FictionTuhan memberikan takdir terbaik dalam hidupku. Karena telah mengijinkan aku bertemu kamu. Sosok laki-laki penuh cinta dan luka. Laki-laki yang memiliki senyum tipis namun hangat. Laki-laki yang memiliki rasa takut akan kehilangan dan bahkan lupa car...