Chapter 46 : Hancur

162 22 27
                                    

***

"Kepercayaan itu perihal kata-kata. Namun, maknanya penting jika bisa menjaganya."


•••


Baru beberapa langkah memasuki rumah. Arka kembali berdecak kesal. Ponselnya terus berdering sejak ia pulang dari sekolah. Reza terus menghubunginya, mengiriminya pesan tanpa henti. Sehingga Arka terpaksa harus mematikan ponselnya agar tak lagi merasa terganggu.

Setelah terakhir berbincang dengan pak Hanly. Arka memutuskan pulang tanpa menunggu bel berbunyi. Ia merasa dunia sedang tidak berada dipihaknya. Satu hari ia habiskan dengan penuh rasa sakit juga kecewa.

"Baru pulang?"

Arka menghentikan langkah, tubuhnya berbalik dan mendapati sang Bunda tengah berjalan kearahnya dengan tersenyum lebar. Sepertinya Adellyn memang sengaja menunggu kepulangan Arka.

Laki-laki itu mengangguk, ia terpaksa harus mengurungkan niatnya untuk cepat sampai kamar dan istirahat karena Adellyn memanggilnya.

"Kakak dan Azka belum pulang?" tanya Arka. Senyum Adellyn memudar perlahan. Ia hanya mengangguk, kemudian meraih tangan Arka dan menggenggamnya erat.

"Bunda," panggil Arka pelan, ia merasakan ada yang aneh dengan Adellyn hari ini. "Ada apa? Bunda mau ngomong sesuatu?"

"Bunda mau kabarin kamu. Mulai Senin besok kamu gak perlu lagi dateng ke sekolah."

Dahi Arka mengernyit tak mengerti. "Kenapa emangnya?"

Untuk yang 3 kali Arka melihat Adellyn kembali menghela napas panjang. Terdapat raut rasa bersalah di sana. "Senin besok, kamu mulai Homeschooling. Bunda sudah daftarkan kamu."

"Kok, Bunda gak bicarain ini sama Arka? Bunda gak minta persetujuan Arka dulu?" Arka menghela tak menyangka. Apakah belum cukup rasa sakit yang ia terima seharian ini?

"Bunda tau kamu gak akan setuju, tapi ini semua demi kebaikan kamu."

"Kebaikan? Bunda pikir dengan melakukan hal ini, Arka bakal baik-baik aja?"

"Arka, tolong dengerin Bunda. Bunda melakukan ini karena Bunda sayang Arka. Setiap lihat kamu keluar rumah, Bunda selalu merasa... kamu bakal ninggalin Bunda."

"Arka bukan anak kecil yang harus diawasi 24 jam. Ini gak adil buat Arka," tekan Arka tegas. "Arka gak mau dan gak setuju."

Tubuh Arka berbalik, ingin secepatnya lari sebelum wanita itu bicara lagi. Namun sebelum ia melangkah Adellyn menahannya.

"Arka—"

"Kenapa baru sekarang Bunda takut kehilangan Arka? Selama ini kemana aja?"

Adellyn tak menjawab, wanita itu hanya tertunduk. Anak laki-lakinya benar, ia memang tak ada banyak waktu untuk ketiga anaknya. Ia telah menghabiskan waktu di negeri orang. Ia sendiri yang membuat waktu itu terbuang sia-sia. Dan kini Arka yang harus menerima imbasnya.

"Arka gak pernah minta apapun, Arka cuma mau Bunda hargai keputusan Arka. Aku gak mau homeschooling," tekan Arka sekali lagi.

KAMU ITU SIRIUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang