--***--
Arka melepaskan tangan Jessy dari lengannya ketika mereka berjalan di koridor menuju kantin untuk menyusul teman-temannya. Ia melirik ke arah Jessy yang tengah menatapnya curiga. Sesekali Arka mendengar gadis itu menghela berlebihan. Namun, ia memilih diam dan berusaha tidak ingin tau.
"Kamu kenal dia?" tanya Jessy ketus.
"Siapa?" Arka membalas bertanya tanpa menoleh ke arah Jessy.
Jessy memutar bola matanya. Ia muak dengan apa yang ia lihat tadi. Di tambah lagi sikap Arka yang tidak peduli. "Cewek tadi, kamu kenal?"
Arka melirik Jessy sebentar. "Nggak."
"Jadi dia yang genit deketin kamu?" Jessy geram. Telapak tangannya ia kepalkan kuat-kuat.
Arka berhenti kemudian menatap Jessy. Ia memegang kedua pundak Jessy. "Dia gak genit ke aku. Aku cuma minta tolong dan berterimakasih ke dia, itu aja gak lebih," jelasnya kemudian melepaskan tangannya dari pundak Jessy.
Jessy mengangkat satu alisnya dan tersenyum kecut menatap Arka. Ia heran sejak kapan seorang Arka meminta tolong pada seorang yang tak ia kenal. "Seorang Arka minta tolong sama cewek yang belum kamu kenal. Aku benar-benar heran sama kamu Ka, atau jangan-jangan kamu suka sama cewek baru itu?"
Arka mendengus, kemudian menatap tajam ke arah Jessy. "Bisa gak, kita gak usah ngomongin hal yang gak penting. Aku dan dia gak ada apa-apa! Kamu tahu kan selama ini perasaan ku cuma untuk siapa."
Setelah mengucapkan itu Arka membuang muka dan berjalan cepat meninggalkan Jessy. Jessy berdecak kesal. Ia seperti sudah kehabisan kata-kata ketika menghadapi sikap Arka yang selalu seperti ini.
Jessy sampai di kantin dan melihat sekeliling untuk mencari beberapa temannya. Terutama Arka cowok yang ia sukai. Setelah menemukan mereka Jessy langsung mencari cela agar ia bisa duduk di samping Arka.
"Ni lagi si cewek satu, gak bisa santai duduknya," ucap Aldy kesal.
"Berisik!" balas Jessy datar. Ia menoleh ke arah Arka. Kemudian dengan cepat menyandarkan kepalanya ke pundak Arka. "Kamu marah sama aku, Ka?" tanya Jessy dengan wajah memelas.
"Nggak."
"Serius?"
Arka mengangguk. Gadis itu tersenyum puas. Ia tahu Arka tidak akan bisa marah kepadanya.
"Modus tross!!" seru Justin dengan nada keras dan dibuat-buat. Kemudian dengan cepat Jessy memukul lengan cowok itu. Sedangkan yang lain hanya tertawa melihat Jessy kesal dengan sindiran Justin.
Kecuali Arka, ia terfokus dengan gadis yang berada di meja seberang.Tak berapa lama kemudian. Tiba-tiba semua siswa yang makan di kantin menjadi hening. Arka menyapu pandangan dan menangkap sosok yang ia kenal dari sudut matanya. Ia memasuki area kantin bersama dengan ketiga temannya.
Dengan langkah percaya diri Reygan dan ketiga temannya mendekati salah satu meja yang berada di kantin. Ia tersenyum puas saat menemukan seseorang yang ia cari. Ia melangkah menemui gadis itu, tanpa memperdulikan semua tatapan aneh dari siswa yang memandangnya.
"Hai, masih ingat aku," sapa Reygan, membuat Alana sedikit terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba
"Kamu cowok yang tadi pagi kan?" tanya Alana sembari berusaha mengingat ingat. Ia cowok yang tadi pagi, cowok yang tak sengaja bertabrakan dengannya.
"Yups, betul ternyata kamu masih ingat sama aku." Reygan mengulurkan tangannya tepat di depan Alana. "Reygan."
"Alana."
"Cantik." Reygan menatap Alana dengan tatapan aneh.
"Apanya?" tanya Alana berusaha memahami.
"Kamu, cantik."
Alana yang mendengar itu langsung menunduk karena malu. Wajahnya tiba tiba berubah kemerahan. Ia sadar jika sekarang ia menjadi pusat perhatian.
"Lo pergi dari sini. Ganggu aja lo, tau kan kita lagi makan?" tangkas Bella dengan tatapan sinis.
"Santai aja. Gue gak ganggu kalian." Reygan beralih memandang Alana yang masih menunduk. "Gue cuma mau kenalan sama teman lo yang cantik ini." Kini senyum Reygan berubah tersenyum licik. "Iyakan Alana?" tambahnya. Alana tak menjawab dan semakin menunduk dalam, kalau boleh jujur ia memang sedikit risih dengan kehadiran Reygan.
"Lo pergi dari sini. Kita gak ada urusan sama lo," usir Bella yang semakin emosi. "Ayo pergi. Gue bisa tonjok muka lo sekarang juga, kalo lo tetep maksa di sini." Bella mengancam dengan tangan yang sudah ia kepalkan. Bersiap jika Reygan bertindak macam-macam pada Alana.
Reygan menatap Bella santai. Kemudian ia mengarahkan pandangannya pada Arka yang sudah terlihat emosi melihat tingkahnya. "Salah?" Reygan kembali menatap Bella, kali ini ekspresi Reygan serius. "Kalau gue suka sama orang yang mirip dengan, Aleta." Reygan melirik ke arah Arka yang beranjak kemudian meninggalkan kantin.
Reygan tersenyum sarkas melihat reaksi dari Arka. "Cabut!" ajak Reygan sembari memberikan kode kepada teman-temannya untuk pergi dari situ.
Alana hanya terdiam mendengar ucapan dari Reygan. Gadis itu sedikit terkejut dengan pengakuan Reygan yang secara terang-terangan.
Bella berdesis melihat punggung Reygan dan ketiga temannya menjauh dari pandangannya. Ia tak habis pikir dengan tingkah Reygan yang berani mendekati sahabatnya Alana.
"Jangan sampai lo mau berurusan sama tuh orang, Lan. Otaknya gak beres," umpat Bella.
"Emangnya dia kenapa?"
"Pokoknya jangan sampai lo berurusan sama tuh orang. Kalau nggak mau bermasalah," tegas Bella. Alana hanya mengangguk mencoba memahami situasi yang baru saja terjadi.
"Ya udah gue mau ke perpus bentar Bell, kayaknya tadi pagi buku gue ada yang ketinggalan deh." Alana bangkit dari duduknya. Sedangkan Bella hanya mengangguk.
Dalam perjalanan ke perpustakaan. Alana masih berusaha mencerna perkataan dari Reygan. Ia sempat menyebut nama Aleta, dan itu membuat Alana menjadi berpikir keras sekarang. Siapa Aleta? Kenapa Reygan menyebutkan nama Aleta?
Tanpa Alana sadari Seseorang dari belakangnya sedang berjalan mendekat ke arahnya. Ia berjalan cepat dengan membawa tatapan marah pada Alana. Alana terkejut ketika orang itu menyalipnya dan berhenti tepat di depannya. Ia menatap tajam ke arah Alana dan menunjukan ekspresi tidak suka.
"Lo suka Arka?" tanya Jessy tanpa basa-basi. Alana yang mendengar itu hanya diam ia enggan menjawab. "Tunggu, kayaknya Lo gak asing." Jessy berusaha mengingat Alana yang sepertinya tak asing untuknya. "Lo cewek yang ada di pameran buku itu kan?"
Alana mengangguk, ia tahu dari awal Jessy tak pernah menyukainya. Alana berpikir Jessy adalah pacar Arka. Karena dari awal, Jessy lah yang selalu berada di samping Arka. Cewek yang ia temui pertama kali di pameran buku waktu itu.
"Oh pantes, dari awal lo udah ngincer Arka?" tanya Jessy.
"Enggak kok. Kejadian di pameran buku itu murni ketidak sengajaan."
"Gue peringati jangan dekati Arka. Arka cowok gue. Kalau sampai gue lihat lo deketin Arka lagi, lo akan tau akibatnya," ancam Jessy yang kemudian beranjak pergi meninggalkan Alana.
Alana mendesah pelan, menatap punggung Jessy yang semakin lama jauh dari pandangan. Dugaannya benar, Jessy adalah pacar Arka.
--***--
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU ITU SIRIUS
Teen FictionTuhan memberikan takdir terbaik dalam hidupku. Karena telah mengijinkan aku bertemu kamu. Sosok laki-laki penuh cinta dan luka. Laki-laki yang memiliki senyum tipis namun hangat. Laki-laki yang memiliki rasa takut akan kehilangan dan bahkan lupa car...