--***--Bel istirahat berbunyi, seperti biasa semua siswa berhamburan keluar kelas. Namun, tidak dengan Alana. Hari ini gadis itu enggan untuk keluar kelas. Entah kenapa tiba-tiba ia teringat dengan lelaki itu, lelaki yang mampu membuatnya berdebar. Sifatnya yang dingin mampu membuat Alana penasaran, yang membuat ia tambah tidak mengerti adalah. Lelaki itu memiliki sifat kebalikan dari kakak dan adiknya yang menyenangkan. Lelaki itu cenderung diam dan tak suka banyak bicara.
Tanpa Alana sadari, ia sedikit menyunggingkan senyum di bibirnya. Lelaki itu memiliki tatapan sorot tajam yang lembut, dan sepertinya Alana menyukai tatapan itu. Jika lelaki itu adalah pasien Papanya, maka suatu hari Alana pasti dapat melihatnya lagi. Alana meremas dadanya, jantungnya kembali berdebar. Ia benar-benar bingung dengan apa yang ia alami belakangan ini.
"Woeh, kantin yuk!!" ajak Bella, sembari menepuk pundak Alana.
"Ngagetin aja lu," ucap Alana cemberut.
"Mikir apa sih? gue lihat dari tadi lo bengong, trus senyum senyum sendiri. Atau jangan-jangan." Bella menempelkan telapak tangannya di jidat Alana. "Lo gila," timpalnya.
"Apaan sih bel, gak jelas banget. Hari ini gue males ke kantin. Lu sendiri aja ntar gue nitip." Alana berkata ringan lalu terkekeh.
"Enak banget, hidup lu nyonya." Bella menyilangkan kedua tangan di depan dada. Membuang pandangannya sembari menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
"Eh gimana kabar mas-mas ganteng?" tanya Bella dengan cepat merubah eksperinya. Mas-mas ganteng adalah sebutan untuk lelaki yang akhir-akhir ini mengusik hati dan pikiran Alana.
Alana mendesah pelan.
"Setelah hari itu, gue belum ketemu dia lagi." Alana memanyunkan bibirnya sembari menopang dagu di atas meja. "Udah 2 kali gue ketemu dia, tapi gue masih belum tahu namanya."
"Trus kenapa gak lu tanya."
"Gue selalu gak bisa. Setiap gue ajak dia bicara, dia jarang respon, dan anehnya setelah kejadian itu. Dia gak mau pergi dari pikiran gue. Saat gue melihat dia, gue gugup. Jantung juga selalu berdebar," jelas Alana.
Bella terkekeh. "Itu sih namanya Lo jatuh cinta."
Alana membulatkan matanya, dan dalam sedetik raut wajahnya berubah. Alana mengerutkan keningnya. Ia masih tidak mengerti.
"Gue jadi penasaran setampan apa cowok itu sampai bikin lo jatuh cinta," lanjut Bella. Alana terdiam, ia berusaha mencerna kata kata sahabatnya itu. Apa benar ia jatuh cinta pada lelaki yang baru 2 kali ia temui itu. Jika ya, apa yang harus ia lakukan?
Bella melirik Alana. "Udah yuk, kita ke kantin udah hampir jam masuk," ajak Bella, belum sempat Alana mengiyakan ajakannya , Bella sudah menarik lengan Alana.
Setibanya Alana dan Bella di kantin. Mereka memesan makanan dan minuman favorit mereka. Memilih tempat strategis yang cukup dekat dengan pintu masuk kantin.
Alana menggeleng - gelengkan kepala melihat sahabatnya dengan lahap menyantap makanannya. "Pelan-pelan dong Bel, keselek baru tau rasa lo," omel Alana.
"Habisnya lo lama, untung gue belum mati kelaparan," balas Bella tanpa melihat ke arah Alana, ia tetap fokus dengan makanan di hadapannya.
Tak lama kemudian pandangan Bella tertuju pada pintu arah masuk kantin. Ia berhenti makan lalu menopang kepalanya dengan satu tangan. Ia tersenyum saat melihat mereka. Mereka 4 cowok yang baru saja datang, membuat para gadis yang berada di kantin itu membicarakan mereka sembari berteriak lirih.
Keempat cowok itu adalah Reza, Aldy, Vano dan Justin. Cowok populer juga idaman para gadis di sekolah itu. Tim basket dan juga aktif dalam band sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU ITU SIRIUS
Teen FictionTuhan memberikan takdir terbaik dalam hidupku. Karena telah mengijinkan aku bertemu kamu. Sosok laki-laki penuh cinta dan luka. Laki-laki yang memiliki senyum tipis namun hangat. Laki-laki yang memiliki rasa takut akan kehilangan dan bahkan lupa car...